Sejak adanya wabah pandemi, hari demi hari terasa semakin menjenuhkan. Hal ini juga dialami oleh Nola, gadis berambut coklat itu merasa bosan karena setiap harinya hanya membuka aplikasi pembelajaran daring, scrolling sosial media atau streaming film atau series luar negeri. Ia ingin sekali bisa kembali bebas mengobrol dan bermain bersama teman-temannya. Namun, sejak adanya wabah pandemi ia harus membatasi diri untuk tidak sering berpergian keluar rumah.
“Oh! aku ada ide. Bermain lewat video conference kayaknya seru… Aku akan coba mengundang Juan, Fera, Sean, Vio, dan Rina,” seru Nola dalam hati.
***
Lilu mulai menyalakan laptopnya dan menjalankan aplikasi video conference. Tidak lupa, ia juga mengirimkan undangan ke grup chat berupa link yang akan otomatis menghubungkan ke ruang yang telah Nola buat.
Fera
Wadaw malming daring juga nih??
Nola
Bukaaannnn itu link room buat ngegabut Fer.
Jadi yang gabut cuss join yuk kita main apa kek gitu. Bosen banget
Juan
Yuk gass gabut juga nih abis pushrank.
Vio
Otw joiiinnn
Satu per satu teman Nola mulai masuk ke ruang aplikasi video conference yang telah Nola buat. Yang pertama ada Juan, lalu disusul oleh Fera dan kemudian disusul Vio yang ternyata sedang bersama Sean.
“Cie Sean berduaan sama Vio.” ujar Fera dengan nada meledek.
“Apa sih orang abis ngerjain bareng tugasnya pak Beno. Ya kan Vio?” bela Sean.
“Iya. Curigaan banget nih Fera,” sahut Vio.
“Udah, udah. Eh, ngomong-ngomong Rina mana ya? Tumben nih ga muncul,” tanya Nola berusaha menengahi dan mulai mengalihkan percakapan teman-temannya.
“Tadi pagi sih bilangnya hari ini dia pergi ke rumah tantenya, La,” jawab Fera. “Jadi cuss langsung mulai main aja yuk!”
“Skuy. Jaringannya pada bagus semua kan???” tanya Juan.
“Selalu bagus. Kan pake WiFi,” jawab Fera dengan percaya diri.
“Huuuu sombooonnnggg….,” seru Sean.
“Gapapa sombong yang penting cantik,” jawab Fera.
“Lah emang situ cantik, Fer??” tanya Sean.
“Fera sama Sean mau pilih mute atau kick nih? Belum mulai main udah adu otot,” ancam Nola dengan nada bercanda.
Setelah keributan kecil itu akhirnya mereka memulai permainan.
Pertama mereka bermain tebak kata dengan cara salah satu dari mereka mematikan mikrofon kemudian mengucapkan serangkaian kata dalam waktu tertentu. Sementara yang lain membaca gerakan bibirnya dan menuliskan apa yang mereka tebak.
“Juan kalo udah nemu kata yang klop jangan lupa langsung mute mic,” sahut Nola.
“Oke siaappp,” jawab Juan sambil memindai referensi kata yang ada pada gawainya dan kemudian tertuju pada kata bunga tidur. “Udah nemu nih. Mulai ya.”
Juan kemudian mematikan mikrofon dan mulai melafalkan kata bunga tidur.
“Akuuuuu,” jawab Fera antusias. “Buang situ??”
Juan menggeleng menandakan jawaban Fera salah dan disusul dengan gelak tawa teman-temannya.
“Lah terus apaan dong…,” ujar Fera sambil mengerutkan kening.
“Uang biru kali,” jawab Nola asal.
Juan menggeleng lagi.
“Ruang pilu?” jawab Sean dan gelak tawa kembali memenuhi room aplikasi tersebut termasuk Juan yang ternyata sudah menyalakan kembali mikrofon.
“Ngenes amat jawabannya boyyy,” sahut Juan masih setengah tertawa. “Pada nyerah gak nih?” sambungnya.
“Nyeraaahhh,” jawab mereka kompak.
“Jawabannya jeng jeng jeng.. Bunga tidur.” kata Juan. “Ini kata-katanya yang susah atau pelafalanku yang gak jelas? Kok jawabannya pada jauh banget.”
“Bukan salah kamu, An. Ini salah kita yang emang kadar otaknya cuma seperempat sendok nyam nyam jadinya ngaco parah,” jawab Nola dengan nada sedih dibuat-buat.
“Bukan kita, La. Yang otaknya seperempat sendok nyam nyam cuma Fera,” sahut Sean.
“Kan aku lagi yang kena,” kata Fera.
“Sebelum ada sesi baku hantam online mending lanjut main lagi,” kali ini Vio yang berusaha menengahi Fera dan Sean.
“Eh iya coba main tebak gambar aja yuk,” usul Juan.
“Tebak gambar kayak gartic gitu ya, An?” tanya Nola.
“Nah iya, La. Tapi kita mainnya pake whiteboard disini aja biar ga ribet ngumpul di website.”
“Oh, I see. Yuk mulai,” ujar Nola bersemangat.
“Yuk Fera yang gambar,” kata Juan.
“Ini kamu lagi ngejek atau beneran lupa kalo aku ga bisa gambar?” kata Fera dengan muka memelas.
“Justru milih yang ga bisa gambar biar susah nebaknya Fer,” jelas Juan.
“Yaudah oke.. aku mulai gambar sekarang yaps,”
“Nah itu guys, ada yang bisa nebak gak?” kata Fera sambil terkekeh melihat hasil gambarnya.
“Apaan tuh? Earphone?” tebak Nola.
“Bukan.”
“Headset Bluetooth?” tanya Sean.
“Bukaaann.”
“Itu mah cacing berantem,” kata Juan.
“Juan aku pukul online ya.”
“Stetoskop?” tebak Vio.
“Betul Vioooo. Pinter deh kamu,” ujar Fera dengan bangga.
“Stetoskop harusnya ada buletan di bawahnya Feraaaa,” ujar Nola geram.
“Eits, suka-suka yang gambar dong buktinya Vio bisa nebak tuh,” jawab Fera dengan santai.
“Ganti deh ganti. Nola aja yang gambar. Kalo Fera yang gambar nanti sesat lagi,” usul Sean.
***
Dari permainan virtual tersebut Nola menyadari satu hal. Meskipun saat ini ruang gerak dibatasi dan menjenuhkan tetapi kita tidak boleh pesimis ataupun cemas karena pada dasarnya kita tidak sendirian melewati masa sulit ini dan nyatanya masih ada banyak cara untuk membuat hari terasa menyenangkan.
Alda Alviani Zahroh
Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta