Majalah Sunday

Gerbong Tuhan

Malam ini gelombang cahaya sedang anjlok sinarnya tertahan di jalur stasiun harapan paket dari matahari berakhir macet menyisakan bulan yang meraung-raung dalam kegelapan   Pukul lima sore di balik kaca jendela ada bocah dipenjarai baki-baki makanan ringan setitik cahaya masih bertahan di sudut bibirnya mengiringi kaki-kaki renta, yang tergegas menapaki setiap jalan kesempatan   Peluhnya… Continue reading Gerbong Tuhan

Diam-Diam

Diam-diam aku sama seperti mereka, berjalan antara jejeran etalase toko dan daftar harga baju berlogo   Diam-diam aku sama seperti mereka, berjalan di antara riuh rendah suara buruh penjaja barang mewah yang gajinya dibayar murah   Aku sama saja seperti mereka yang seenaknya minta dilayani dengan dalih telah mengupahi   Aku tak ada bedanya dengan… Continue reading Diam-Diam

Beku

Entah ia yang terlalu berani untuk membirukan luka.. Atau aku yang terlalu takut menyimpulkan bahwa itu luka.. Entah ia yang terlalu kuat untuk membekukan waktu.. Atau aku yang melulu meragu..   Baru kumengerti bahwa rumah tidak melulu ditanya oleh kata tanya “apa?” melainkan dapat menjadi “siapa?” Begitu pula dengan pergi, padamu bukan lagi “ke mana?”,… Continue reading Beku

Cerita Senja

Biarkan senja bercerita tentang langit yang jingga seketika lalu jingga merambat gulita   Biar senja ku tanya, tentang kelakar purnama, tentang gelagat pria, tentang pesona yang buat ku tunduk dan merana   Senja berkisah, masih dia di sana pria yang  duduk terdiam menunggu wanitanya   Nurul Azizah UNJ

Lingkaran

Kita di dalam lingkar kau dan aku, membingar! ujung tak punya ujung oh! lingkar menyambung   Rapatkan! pada kau lelah siksa badan baik kau padatkan, rapatkan!   Jangan celah kau bolongi lelah temanmu merapati kita buat tembok nan tinggi bisa dia lompati?   Penulis : Nurul Azizah | Universitas Negeri Jakarta

Akhir Hari

Tak tahan lagi! Disini gelap! Bahaya di setiap dimensi tempat. Dia merasakannya. “Aku yang diburu deru napasmu. Ribuan mata laiknya pedang yang meniru ketajamannya, menikam sekuntum bunga penuh arti.” Gigil itu mengoyak tubuhnya dengan perlahan Dalam gemetar, menunggu bibir itu untuk siap menggugurkan beberapa nama, dan kata. “Maaf. Relakan.. Takut. Hentikan. Berat! Tolong.. Maafkan! Maafkan!… Continue reading Akhir Hari

Getar Untuk Perunduk

  Terpaku semu terpendam Terajut tanpa jumput emas Tenggelam hingga meredam Tersingkir tanpa terbias Jika lubuk serukan nama Tapi fikir menebas semua Jika langkah sudah mengaba Tapi diri hanya sanggup mengiba Mengapa diam lirih tertunduk Tak sanggupkah genggam angan Mengapa putih mebisu di ufuk Tak bisakah untuk terbitkan Jika ekspresi kian dititih Engkau lihat apa… Continue reading Getar Untuk Perunduk

Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?