Penulis: Shafiyah Maulida – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Banyak remaja yang berpikir merasa sudah aman karena pakai alat kontrasepsi saat berhubungan intim. Pikirkan lagi! Sering sekali sudah merasa terlindungi sepenuhnya saat menggunakan pengaman, padahal kenyataannya tidak sesederhana itu, tetap ada kemungkinan terjadinya kehamilan di luar nikah pada remaja. Persepsi “aman 100%” ini bisa jadi bumerang yang justru membawa risiko tak terduga.
Menurut jurnal Kesehatan Masyarakat yang ditulis oleh Naura Athira Putri dan Sudarto Ronoatmodjo, kontrasepsi merupakan alat, obat, cara, atau perilaku yang dirancang untuk mencegah kehamilan dan infeksi menular seksual. Berdasarkan masa perlindungannya, metode ini dibedakan menjadi dua, yaitu Metode Jangka Panjang (MJP) dan non Metode Jangka Panjang (nonMJP). Berikut adalah jenis-jenis nya :
Ini adalah salah satu yang populer dan mudah diakses. Kondom pria dan wanita bekerja sebagai penghalang fisik untuk mencegah sperma bertemu sel telur. Selain mencegah kehamilan, juga dapat mencegah penularan Infeksi Menular Seksual (IMS).
Pil KB mengandung hormon yang mencegah ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur). Ada pil kombinasi (estrogen dan progestin) dan pil khusus progestin. Efektivitasnya sangat tinggi jika diminum secara teratur dan sesuai petunjuk. Mirip dengan pil KB, suntikan ini juga mengandung hormon yang mencegah kehamilan dan diberikan setiap 1 atau 3 bulan sekali, tergantung jenisnya.
Implan KB adalah alat kecil berbentuk batang yang berisi hormon dan dimasukkan di bawah kulit lengan atas. alat ini dapat mencegah kehamilan hingga 3 tahun. Sedangkan IUD (Intrauterine Device) adalah alat kecil berbentuk T yang dimasukkan ke dalam rahim. Ada dua jenis IUD, yaitu tembaga (tanpa hormon) dan hormonal. IUD bisa efektif hingga 5-10 tahun.
Pil ini digunakan setelah hubungan seks tanpa pelindung atau jika metode kontrasepsi lain gagal.
Meskipun dirancang untuk mencegah kehamilan atau IMS, ada beberapa faktor yang membuat penggunaannya tidak selalu menjamin keamanan seperti kesalahan pengguanaan pengaman sehingga mengurangi efektivitasnya, kegagalan alat, interaksi beberapa obat lain yang sedang dikomsumsi dapat mengurangi cara kerja pil KB atau implan KB, dan penyimpanan yang salah.
Akibat faktor-faktor di atas, ada risiko tinggi yang tetap mengintai walaupun merasa sudah “pakai pengaman”, sebagai berikut:
Meskipun alat kontrasepsi atau pengaman merupakan inovasi yang sangat membantu dalam perencanaan keluarga dan pencegahan IMS (khususnya kondom), rasa aman yang berlebihan bisa berbahaya. Selalu ada risiko yang melekat, terutama jika tidak digunakan dengan benar atau jika ada kesalah pahaman tentang fungsinya.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.