Majalah Sunday

Studi Kasus Pembunuhan Brigadir Yosua: Bolehkah Doxing ke Anak Pelaku?

studi kasus pembunuhan brigadir yosua

Hari-hari ini, ketika kita membuka sosial media kita, banyak sekali pembahasan soal kasus yang dialami oleh Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat yang sekarang ini sangat viral di seluruh Indonesia. Yuk kita belajar dari kasus tersebut!

Studi Kasus Pembunuhan Brigadir Yosua

Menukil dari penelitian “Studi kasus dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan Prosedurnya” karya Mudjia Rahardjo, studi kasus berasal dari terjemahan dalam bahasa Inggris “A Case Study” atau “Case Studies”. Kata “Kasus” diambil dari kata “Case” yang menurut Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English 3 (1989; 173), diartikan sebagai:

1. Instance or example of the occurrence of sth (contoh kejadian).

2. Actual state of affairs, situation (kondisi aktual dari keadaan lain).

3. Circumstances or special conditions relating to a person or thing (lingkungan atau kondisi tertentu tentang orang atau sesuatu”.

Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat merupakan salah satu anggota Bareskrim yang berdinas di Jakarta dan dia memiliki pemimpin yang bernama Kadiv Propam Irjen  Ferdy Sambo. Beliau merupakan atasan atau pemimpin mereka yang dimana segala sesuatu yang terjadi maka mereka akan bertanggungjawab kepadanya. Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat sangat dekat dengan keluarganya, sehingga diangkat menjadi orang kepercayaan dan mengkoordinir semua anggota yang dipimpin oleh Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo. Sebagai seorang atasan, Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo memiliki banyak anak buah yang bisa melindungi dirinya. Dia juga memiliki istri cantik yang bernama lengkap Putri Candrawathi yang memiliki profesi sebagai dokter gigi.

Bagaimana aksi doxing yang bisa mempengaruhi mental orang lain

Beberapa waktu lalu publik diramaikan dengan beredarnya foto diduga anak dari Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo. Apakah kamu juga pernah menerima dan menyebarkannya ke circle? Hal ini ternyata merupakan aksi doxing, yaitu tindakan mempublikasikan informasi pribadi atau identitas tentang individu atau organisasi di internet tanpa persetujuan, dengan tujuan kurang baik. Biasanya, netizen mencari dan menyebarkan info pribadi ini agar orang tersebut juga menjadi bahan bullyan warganet.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Susanto mengimbau agar masyarakat tidak menyebarluaskan foto dan merundung anak dari Irjen Ferdy Sambo. Dari awal kasus Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat mencuat, anak-anak Irjen Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi ini selalu didampingi erat oleh psikolog. Anak-anak dari Irjen Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi sendiri diketahui ada 4 orang.

Dan kasus ini, bisa kita membayangkan apa yang akan dialami oleh anak Irjen Ferdy Sambo, mungkin  akan merasa depresi. Oleh karena itu, mari kita bersimpati. Apakah kamu akan aktif di sosial media atau bahkan sering keluar rumah? Tentu saja, kita tidak akan seberani itu karena dari kasus ini mental kita sangat diuji dan pastinya down banget. Kasus orang tuamu diketahui seluruh masyarakat dan tentunya ketika kamu pergi keluar rumah maka kamu kuatir akan dibully oleh masyarakat. Tanpa kita kehendaki, kasus orang tua yang membuat nama kita menjadi ikut terseret dan pastinya kita akan dibenci banyak orang. Inilah hal yang sedang menimpa anak-anak dari Irjen Ferdy Sambo.

Yuk stop doxing dan lebih bijak lagi saat bermedia sosial karena kita nggak pernah tahu.

Hal yang terjadi pada remaja lain, bisa juga menimpa kita tanpa terduga.

By : Lois Ernike Hutabarat-Universitas Kristen Indonesia

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?