M. Nur Arsyad Satria Pratama – STID Al Hadid
Di era digital saat ini, kehidupan remaja Indonesia sangat lekat dengan kehadiran gadget dan media sosial. Mulai dari bangun tidur hingga kembali ke tempat tidur, banyak remaja yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar-baik untuk belajar, Scroll Sosmed, maupun bersosialisasi. Namun, ternyata dibalik kemudahan yang dihadirkan oleh kehadiran gadget dan media sosial, ternyata hal ini bisa meningkatnya stres, menurunnya konsentrasi, hingga perubahan perilaku yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental dan tentu saja akan mempengaruhi waktu produktifitas kita sebagai pelajar jika kita menggunakan gadget tersebut secara berlebihan. maka dari itu muncul konsep Digital Minimalism yang dianggap mampu untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul tersebut. Seperti apa konsepnya? Mari kita simak bersama!
Menurut Artikel Goodlife.id, Digital Minimalism adalah filosofi yang mendorong penggunaan teknologi secara sadar, selektif, dan dengan tujuan yang jelas sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup . Konsep ini diperkenalkan oleh Cal Newport, seorang profesor ilmu komputer, yang menekankan pentingnya hanya menggunakan teknologi yang benar-benar memberikan nilai tambah dalam hidup, sambil menghindari penggunaan yang berlebihan dan tidak perlu. Digital minimalism bukan berarti anti-teknologi, tetapi memilih teknologi yang mendukung tujuan dan nilai pribadi, serta mengurangi distraksi digital agar hidup lebih fokus dan bermakna
Singkatnya, digital minimalism mengajak kita untuk memilah dan memilih mana penggunaan teknologi yang mendukung tujuan hidup kita, dan mana yang justru mengalihkan perhatian serta menguras energi.
Dengan mengurangi distraksi digital, otak kita bisa lebih fokus dalam belajar, menyelesaikan tugas, atau mengejar hobi yang produktif. Hal ini membantu remaja untuk mencapai hasil yang lebih baik dan mengoptimalkan waktu yang dimiliki.
Tidak terus-menerus membandingkan diri di media sosial atau merasa tertekan oleh notifikasi membuat pikiran lebih tenang dan emosi lebih stabil. Digital minimalism ini dapat membantu mengurangi kecemasan yang sering muncul akibat tekanan sosial di dunia maya hal ini karena kita mencoba untuk membatasi diri kita kepada dunia maya jika hal itu tidak sesuai/tidak menunjang kepada tujuan yang kita inginkan
Dengan lebih sedikit gangguan digital, kita lebih mudah mendengarkan diri sendiri, ataupun menggunakan waktu yang kita miliki untuk mempelajari hal yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kesadaran ini penting untuk pengembangan diri dan pengambilan keputusan yang lebih baik. Dalam hal ini bukan berarti kita tidak mengguankan Gadget atau sosmed sama sekali, kita tetap menggunakan hal tersebut jika memang kita membutuhkannya dan bisa membantu kita untuk menunjang tercapainya tujuan yang kita inginkan
Lantas apakah hal ini tidak mengizinkan kita untuk hanya sekedar scroll sosmed atau bermain gadget seperti apa yang biasa kita lakukan? Tentu saja tidak, kita tetap di perbolehkan untuk melakukan hal-hal tersebut asal kita memiliki tujuan yang jelas. Semisal, dalam mencapai tujuan yang kita inginkan, pasti ada masanya kita merasa jenuh, maka kita ingin refreshing untuk mempersiapkan diri kita untuk siap lagi dalam mencapai tujuan yang diinginkan dan itu sangat diperbolehkan untuk membantu diri kita bisa lanjut produktif lagi, Namun pastikan tidak terlalu memakan banyak waktu untuk refreshing tersebut.
Hapus aplikasi yang cuma bikin kita buang-buang waktu, seperti game yang nggak penting atau media sosial yang bikin kamu gampang terdistraksi. Simpan aplikasi yang membantu belajar, mengasah keterampilan, atau mendukung hobi positif supaya gadgetmu jadi alat yang produktif.
Gunakan fitur screen time di ponsel kita atau unduh aplikasi pengatur waktu supaya kita nggak kebablasan main media sosial atau game. Misalnya, buat aturan cuma main 30 menit setelah selesai belajar, supaya waktu kita tetap terjaga.
Terkadang notifikasi yang terus muncul bikin kita susah fokus, Matikan saja notifikasi dari aplikasi yang nggak penting supaya kita nggak tergoda buka ponsel terus-menerus saat harus belajar atau mengerjakan tugas.
Coba buat aturan nggak pegang gadget saat makan, sebelum tidur, atau saat belajar. Waktu tanpa gadget ini bikin otak kita lebih rileks dan membantu kita fokus belajar lebih maksimal.
Daripada terus scroll media sosial, mending kita coba olahraga ringan, baca buku favorit, belajar hal baru, atau ngobrol langsung sama teman dan keluarga. Aktivitas ini bikin kita lebih sehat secara fisik dan mental, plus bikin suasana hati jadi lebih baik
Dengan konsep Digital Minimalism bukan berarti kita harus anti-teknologi atau meninggalkan semua bentuk kemajuan digital. Sebaliknya, ini adalah tentang mengambil kendali atas teknologi, agar teknologi tetap menjadi alat yang mendukung kehidupan kita, bukan sebaliknya.
Sebagai remaja yang hidup di tengah derasnya arus digital, penting untuk mulai menerapkan digital minimalism. Dengan begitu, kita bisa menjadi individu yang lebih fokus, produktif, sehat secara mental, dan lebih siap menghadapi masa depan.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.