Karma Dan Bully
SMA Negeri 1 Permadi merupakan sekolah yang unggul dan memiliki siswa terbanyak di kota itu serta di kenal dengan bullying.
Di pagi hari yang cerah ada seorang siswa baru yang bernama Lisa, dia merupakan seorang gadis yang ramah, pintar dan baik, Lisa merupakan siswa pindahan karena keluarganya mengikuti ayahnya yang pindah kerja ke Medan.
hari pertama masuk sekolah ia merasa takut karena di sana tidak memiliki teman yang bisa untuk diajak ngobrol. Di lobi sekolah ada empat teman serangkai dan mereka merupakan salah satu anak geng yang ada di sekolah itu dan mereka menghampiri Lisa yang duduk sendirian di lobi sekolah
“Hai …. Kamu siswa baru yah?” tanya Putri salah satu anggota geng sekolah.
“Iya… aku siswa baru,” jawab Lisa.
“Oh gitu, ya udah sampai bertemu di lain kesempatan,” kata Dila anggota geng sekolah.
“Yuks geng, kita masuk ke kelas,” kata Bela ketua geng Putri dan Dila.
Setelah mereka pergi tidak sengaja salah satu siswa sekolah tersebut bernama Alis dia merupakan gadis yang baik, pintar, dan ramah. Dia melihat Lisa dan menghampiri dia dan mereka saling berkenalan. Di saat itu juga Alis memberitahukan bahwa mereka adalah geng sekolah yang memiliki sifat sombong dan suka membully siswa di sekolah itu.
“Hai… aku Alis siswa kelas XII kamu siswa baru yah?”
“Hallo … aku Lisa siswa pindahan kelas XII.”
” Ooh ya…… Salam Kenal.” Mereka pun saling tersenyum.
Setelah perkenalan singkat itu, Lisa dan Alis menjadi teman dekat di sekolah; mereka selalu barengan pulang sekolah karena rumah mereka juga dekat. Suatu hari ketika mereka sedang makan di kantin, tiba-tiba geng sekolah itu menghampiri mereka dan mulai membully Lisa.
“Hei Alis… kamu kenapa mau bergaul sama Lisa? Kamu ga malu punya teman kayak dia?” tanya Bela.
“Dia juga tidak secantik kita yah gengss. Malu banget punya teman kayak dia,” kata Putri dan Dila.
Kemudian Alis menjawab pertanyaan sombong mereka, “Aku tidak pernah malu memiliki teman seperti Lisa dan aku lebih malu punya teman seperti kalian yang suka membully orang.”
“Apa kamu bilang? Kamu itu harusnya punya teman kayak kita yang glow up dan bisa beli apa pun sesuka kita,” jawab Bela.
“Bener, ngapain bergaul dengan dia, mukanya kek pizza, jerawataaannn! Eh atau jangan-jangan Alis juga belum pernah makan pizza, aduh!” kata Putria.
Diva pun menyela, “Eh tapi, tapi, muka Alis sekarang bersihan lho, dulunya kotoran.”
Akhirnya mendengar bullyan dari mereka geng anak sekolah itu Lisa dan Alis pergi keluar dari kantin tersebut, Lisa sangat merasa sakit hati dan dia menangis. Setelah kejadian itu Lisa dan Alis membenci geng sekolah mereka.
Suatu hari ketika musim pergantian semester gasal tiba…
Nilai ujian akhir Lisa dan Alis ternyata menjadi yang paling tinggi di kelas, sementara geng yang dianggap paling keren di sekolah justru ada di posisi terakhir. Tak terhindarkan, teman sekelas menertawakan anak geng sekolah itu saat guru membacakan perolehan nilai. Lisa dan Alis hanya saling bertukar senyum – mereka paham tidak enaknya menjadi bahan olok-olok.
“Itulah sikap yang selalu menganggap diri sudah baik, tapi tanpa disadari masih memiliki banyak kekurangan,” bisik Alis.
“Tapi dengan prestasi yang kita raih sekarang, semoga kita juga jangan meninggikan diri sama mereka, sampai membully-nya juga ya. Kita coba tawarkan mereka belajar bersama aja, supaya di akhir tahun kita semua bisa lulus bareng” kata Lisa.
Sunners jangan lupa komen mengenai artikel Karma Dan Bully.
Oleh: Lois Ernike Hutabarat-Universitas Kristen Indonesia