Majalah Sunday

Heaven: Mystery of Hidden Gem School Part 11:
Pertarungan Terakhir 1

Penulis: Ingesia Aulia Kamila – Universitas Negeri Malang.

Chapter 11: Pertarungan Terakhir 1

Suasana dalam ruangan serba putih tempatku, Ab, guru Kashmir dan Gashem berada cukup tenang, kami punya rencana hebat, ide seorang jenius sombong yang tidak ingin kalah saing denganku.

“Hei, bisakah kau mengubah kata sombong dan tidak mau kalah itu? Itu sangat negatif, menunjukkan betapa buruknya perangaiku” Ab menyenggol lenganku tidak terima.

Aku mengangkat kedua bahuku tidak peduli.

“Sudah, sudah, mereka sebentar lagi akan datang” Guru Kashmir bersiap di tempatnya.

Benar saja, pintu dibuka, dua orang petugas dengan kostum yang kurang lebih mirip dengan baju cleaning service yang menangkap kami muncul di balik pintu, membawa empat nampan besi yang entah berisi jenis makanan apa.

“Biarkan aku melihat apa menu hari ini, kalian tidak memasukkan bahan-bahan yang sudah kuberi tahu kemarin bukan?” Guru Gashem menahan pergerakan dua petugas yang hendak keluar “Hei, bukankah sudah ku bilang jangan masukkan jahe ke dalam makananku?!”

“Kami tidak memasukkannya” Salah satu petugas itu mengambil nampan besi yang dipegang guru Gashem, mencium makanan, berusaha menemukan aroma jahe yang dimaksud guru Gashem.

Kode silang dari tangan guru Gashem diterima.

“Akhh” Pria yang tadi mencium aroma makanan mengaduh, guru Gashem mendorong nampan besi itu sehingga menubruk kepala si petugas.

“SEKARANG!!”

Ab berlari cepat merobek kantong baju petugas itu dan mengarahkannya ke pintu, membuat pintu ruangan putih itu kembali terbuka, ia kemudian berdiri di depan koridor, membayangkan sebuah denah yang terbentuk dari hasil hitungan langkahnya.

“Bagaimana?” Aku ikut di belakangnya.

“Kita akan lurus ke depan, di dekat lift harusnya ada pintu darurat, kita tidak bisa naik lift karena itu masuk ranah mereka, bahaya. Pun kalau mereka juga lewat tangga darurat kita masih bisa bergerak, kita akan lewat sana, kita sekarang berada di lantai enam, lantai tertinggi, ruang kontrol dan pertemuan yang ditemukan Tameem dan Daisy ada di lantai dua, tiga lantai dari sini”

“Kau hebat juga anak muda” guru Gashem dan guru Kashmir sudah keluar ruangan juga.

Ab mengangguk bangga.

Kami bergerak cepat menuju arah lift, benar saja tampak sebuah pintu merah di arah berlawan di depan lift, pintu yang mengarah ke tangga darurat.

“Tunggu” Aku seperti mendengar lift bergerak “Mereka bergerak”

Koridor Gedung(AI picture from Canva)

Ting!

Benar saja, sebelum kami sampai ke pintu darurat pintu lift terbuka bersamaan dengan itu pengeras suara di ujung ruangan berbunyi.

“Hai kalian semua, tidak akan semudah itu untuk bisa keluar dari sini. Gashem, Kashmir, bukankah kalian sudah berjanji pada kami untuk bekerja sama?”

Guru Gashem dan guru Kashmir tampak geram.

“Itu saat perjanjian kita belum kau langgar PENGHIANAT!!” Guru Gashem menunjuk ke sembarang arah, ia tahu di sekitar sini ada CCTV.

“Ohh, kau kasar sekali untuk ukuran seorang kawan lama, asal kau tahu, itu bukan salahku, anak-anak itu yang lebih dahulu menggangguku kawan”

Aku mencoba melihat lebih jauh, mencari sosok yang sedang berbicara lewat pengeras suara itu.

“Ahh, kau tidak sopan sekali Heaven, matamu itu harus tau sopan santun sedikit”

Entah apa yang dilakukan orang itu tapi rasanya ada satu ruangan yang tidak bisa ku tembus, seperti ada aliran kekuatan yang melindunginya.

“Hei kalian!”

“Kami?” Aku menunjuk diriku sendiri, diikuti Ab, guru Gashem dan Kashmir.

“Bukan, kalian yang di depan lift, kenapa hanya diam? TANGKAP MEREKA!!”

Para petugas yang dari tadi hanya diam ikut mendengarkan ocehan pimpinan mereka langsung bergerak.

Guru Gashem dengan lincah melompati mereka bak anak tangga, berputar balik dan melakukan satu tendangan berputar, mengenai kepala mereka.

“WUAAA” Aku dan Ab tidak bisa menahan kekaguman kami.

“Payah! Ayo cepat bergerak, sebelum mereka mengirim lebih banyak orang lagi!!”

Kami kemudian bergerak cepat menuju tangga darurat, menuruni tangga dengan sedikit tergesa-gesa.

Dari arah bawah terdengar suara derap langkah sekelompok orang yang bergerak menaiki anak tangga, tapi dibanding itu mataku menangkap sesuatu yang mengalihkan perhatianku.

“Gerbang depan!” Teriakku.

Ab, guru Gashem dan Kashmir berhenti, ikut menoleh ke jendela yang mengarah ke gerbang, tampak sebuah pertarungan kecil terjadi di sana.

“Bukankah itu?” Aku memperpendek jarak pandangku “Tameem, Daisy, ayah? ibu?”

“Kak Jordan” Pelan kudengar Ab berbisik menyebut nama Kak Jordan.

Aku menoleh, menebak apa yang tersembunyi di balik raut wajah Ab.

“Kalian benar-benar menyusahkan kami”

Tak sempat, para petugas gedung sudah berada di hadapan kami.

“Heaven, kau ingat bagaimana aku mengajarimu beberapa cara menuruni tangga?” Guru Gashem melirik ke arahku sembari maju paling depan, membuat dirinya menjadi tameng bagi kami.

Aku mengangguk.

“JAWAB DENGAN SUARA!!”

“YA, GURU!!”

“Ajak Ab, dan temui pimpinan organisasi ini lebih dulu, tunggu kami lima menit lagi!”

“YA, GURU!!”

Aku segera menarik tangan Ab mundur.

“Apa ini? Apa yang akan kita lakukan?” Ab kebingungan melihatku menggenggam tangannya.

“Jangan lepas tanganku, kuatkan kakimu, lakukan persis seperti yang aku lakukan”

“Aaa?”

“Tinggal satu lantai lagi, ini tidak akan sulit”

“Aku lempar kau, pegang erat railing, tendang orang di depanmu dan lakukan hal yang sama padaku, mengerti?”

“Aaa?”

“Ah, kau lamban sekali, satu, dua, tiga!!”

Meskipun sedikit kaget, spontanitas Ab cukup bagus, ia berhasil menangkap intruksiku.
Kami berhasil sampai ke lantai dua.

“Gila! Itu yang diajarkan guru Gashem padamu?”

Aku menepuk bajuku yang terkena debu tangga, mengangguk.

“Ada yang lebih keren, tergantung bentuk tangganya, kau mau ku ajari?”

Ab melengos pergi, tak peduli.

“Hei tunggu aku!!”

Pimpinan Organisasi di Ruangannya (AI picture from Canva)

Kami keluar dari ruang tangga darurat, di dalam sana guru Gashem dan guru Kashmir berusaha menahan petugas untuk tidak mengikuti kami.

“Ruangan ini” Ab berhenti di sebuah pintu yang sama persis dengan yang kami lihat lewat kamera tersembunyi Tameem dan Daisy.

Aku mengangguk, ruangan ini pula yang tidak bisa ditembus penglihatanku, ada perisai kuat yang melindunginya.

“Kalian sampai juga di sini”

Lagi, suara yang menjadi pengontrol gedung ini terdengar.

“Siapa kau sebenarnya?! Apa maumu?!” Aku berteriak ke sembarang arah.

“Kalian memang anak-anak dari agen yang tidak punya tanda terima kasih”

Aku dan Ab saling bertukar pandang, kami memang sama-sama tahu keterkaitan orang tua kami dengan organisasi ini di masa lalu, tapi kami tidak tahu sejauh apa peran mereka dalam organisasi dan apa yang terjadi sampai detik ini kami bisa berada di sini dan melihat segala kekacauan yang ada.

“Apa maksudmu?”

“Itulah alasan kalian harus berada di sini, dan sebentar lagi yang lain juga akan bergabung, jika kalian tidak bisa diajak dengan halus, maka terpaksa dengan cara kasar, tapi sebelumnya biarkan aku bercerita terlebih dahulu, ini agar kalian mengerti apa artinya perjuangan”

Lorong di depan ruangan menjadi gelap.

Sebuah hologram muncul dari ujung koridor, menunjukkan sebuah video dokumenter dengan kualitas khas tahun 1900-an akhir.

“Kota lama” Ab berbisik, menebak lokasi di dalam video.

To be continued ~

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 33