Penulis: Ingesia Aulia Kamila – Universitas Negeri Malang.
Chapter 10: Pertemuan kembali.
“Hai Heaven, Ab!!”
“Gawat jaringan kita disabotase” Aku buru-buru mematikan sambungan kamera tersembunyi kami dan berusaha memperbaikinya.
“Kenapa? Jaringannya diambil alih siapa?”
Aku hendak menjawab, namun menyadari suara yang masuk ke telingaku rasanya asing, ini bukan suara Ab.
Aku menoleh, melihat Ab sudah dibekap oleh salah satu petugas cleaning service.
Baru tubuhku hendak mengambil ancang-ancang, gerakanku langsung dibekukan.
“Kalian kira mudah mengelabui kami?” Kini pria yang tadi kami ganti pakaiannya dengan pakaian satpam rumah Daisy sudah berdiri menahan gerak tubuhku, kekuatannya sungguh tidak main-main, walau badannya tampak kurus begitu.
Lima belas menit berikutnya kami dibawa keluar rumah Daisy, di halaman sudah terparkir sebuah mobil Jeep hitam besar, muncul seorang pria botak dengan janggut panjang dari kursi supir, mirip seorang pesulap kondang yang ku kenal di masa kecilku.
“Bos bilang ingin bertemu mereka, aku sudah bawakan pula kaca mata khusus untuk anak yang bernama Heaven” Pria botak itu melempar kaca mata hitam mirip pemberian kakek, tapi yang ini lebih canggih, sudah dilengkapi tombol lepas pasang.
“Yang satunya juga tutup matanya, pakai kain apa saja”
Maka disinilah kami berakhir, di sebuah ruangan serba putih, termasuk furniture yang melengkapi di dalamnya, menunggu orang yang katanya ingin bertemu denganku. Para penjaga melepas kaca mataku, tapi rasanya sama kemampuan supranatural mataku tidak bisa digunakan, walaupun lensa mataku juga dilepas, ruangan ini seperti menyedot semua kekuatan yang kumiliki.
“Hei, sepertinya kita tidak sendiri di ruangan ini” Ab berbisik, menunjuk sofa putih yang menghadap ke arah jendela, ada orang tertidur di sana “Di sana juga” Ia menunjuk ke arah ruangan kecil di ujung yang sepertinya sebuah kamar mandi.
“Aah, benar, sepertinya tidak hanya kita yang ditangkap, apa itu Daisy dan Tameem?” Aku menebak ragu, sosok yang sedang tidur di sofa perawakannya lebih besar dibanding tubuh Tameem yang tinggi tapi kurus, dimiripkan dengan Daisy pun rasanya lebih tidak cocok, aku yakin dia seorang pria.
Ab menggeleng, ia juga tidak yakin kalau itu Tameem dan Daisy.
Krekkk
Pintu kamar mandi terbuka.
“Gashem, kau bangunlah !! aku sudah selesai mandi”
Aku dan Ab serentak saling menampar pipi.
“Kau gila? Tamparanmu sangat sakit”
“Kau kira tamparanmu lembut?”
“Heaven, teman Heaven, sedang apa kalian di sini?” Pria tua berkulit hitam legam berambut putih yang baru keluar dari kamar mandi terlihat sama terkejutnya denganku dan Tameem.
“Guru Kashmir??”
Pria itu, guru Kashmir.
Aku langsung berlari memeluknya.
“Hei, kau cengeng sekali” guru Kashmir mengacak rambutku seperti anak kecil.
“Ahhh, mm,” Aku melepas pelan pelukanku pada guru Kashmir dan menoleh perlahan ke arah sofa yang tadi ditunjuk Ab.
Guru Kashmir mengikuti arah pandangku dan menepuk pundakku.
“Kau pasti lebih merindukannya”
Guru Kashmir berjalan mendekat ke sofa, menepuk seseorang yang sedang tidur di sana.
“Ahh, bukankah mereka bilang kita tidak perlu melatih hari ini?” Sosok itu menggeliat dan berusaha untuk kembali tidur “Kau tau mereka membuatku terbangun sampai pukul lima pagi hanya untuk melatih para petarung amatiran itu, badan lemah, otot tidak ada, itu namanya penyiksaan dua pihak, murid tersiksa guru pun tersiksa”
“Baiklah, baiklah, kubiarkan kau kembali tidur, biarkan aku yang melayani murid kesayanganmu ini”
Perlahan tubuh besar namun tetap terawat itu bersandar ke punggung sofa, mengucek matanya, dan sesekali menguap, berusaha mengumpulkan kesadarannya.
“Heaven?” Ia bertanya dengan suara tercekat, seakan tidak mungkin bisa melihatku berada di ruangan yang sama dengannya.
“Ya, guru!” Aku spontan menjawab seperti saat latihan dulu, bersamanya, guru Gashem, guru bela diri yang mengajarkanku Savate di antara banyaknya bela diri yang ia kuasai.
“Sial! Mereka berjanji tidak akan menyentuh siapapun lagi jika aku bergabung dengan mereka” Guru Gashem menggeram, ia seperti bukan orang yang baru bangun tidur lagi, ia bangkit dari sofa dan melempar bantalnya ke udara bebas.
“Kau tenanglah dulu, kita tidak tahu apa yang terjadi di luar sana, dan mengapa kedua anak ini bisa berada di sini” Guru Kashmir berusaha menenangkan guru Gashem “Ada baiknya kita mendengarkan mereka”
Dan menit selanjutnya aku dan Ab diserang berbagai pertanyaan dari kedua guruku itu, kami pun tidak bisa mengelak, tidak ada gunanya.
“Jadi, kalian masih melanjutkan pencarian kalian setelah ku arahkan ke gudang itu? Dan juga setelah ku buat kalian mengelilingi kota lama?” Guru Kashmir menepuk dahinya.
“Oh,Tuhan! Kalian memang anak-anak tidak waras, persis orang tua kalian saat muda”
Aku dan Ab saling pandang.
“Maksud guru?”
“Itu semua hanya rekayasa? Bahkan sampai Heaven harus ditinju sampai pingsan?”
Giliran guru Kashmir yang kebingungan
“Ditinju siapa?”
Giliran guru Kashmir yang kebingungan
“Ditinju siapa?
“Gudang itu dijaga preman dengan badan besar seperti…” Ab melirik ke arah guru Gashem.
“Ya, kau sebut saja langsung sepertiku” Guru Gashem menjawab cuek, sibuk memperbaiki topinya yang tampak sudah makin lusuh dari terakhir kali ku lihat dua tahun yang lalu.
Ab tertawa canggung ” Ah, iya, mm mereka menyambut kami saat baru masuk ke dalam gudang, gudang itu juga dijaga dari luar, mirip dengan tempat ini, tapi masih kurang ketat”
“Ini pasti ulah mereka juga, mereka sudah mengawasi gerak-gerik semua orang yang pernah terlibat dengan organisasi, dan sepertinya mereka juga mengincar anak-anak dari agen tertentu”
“Mereka?” Aku dan Ab kembali saling tukar pandang.
“Ya, sepertinya sudah saatnya kalian tahu, kami, ” Guru Gashem menunjuk dirinya sendiri dan guru Kashmir “Kedua orang tua kalian, pihak sekolah, dan orang-orang yang mengelola tempat ini dulunya berada di organisasi yang sama, meskipun kami organisasi independen, kami menjadi garda terdepan bagi negara.
Saat negara mengalami krisis, dalam hal apapun, kami membantu menangani, kami sudah disiapkan sejak remaja, diidentifikasi kemampuan dan bakat yang kami miliki, dilatih dan diberi vitamin khusus dari lab organisasi untuk membuat kami memiliki kemampuan supranatural yang tumbuh dari bakat alami kami”
Aku dan Ab untuk kesekian kalinya saling pandang.
“Wow, itu keren sekali!”
“Tapi sekarang sudah berubah, sejak tahun itu, negara mengalami krisis moneter, kerusuhan di mana-mana, pihak pemerintah bersikap otoriter tanpa mempertimbangkan keadaan rakyat sipil, kami memihak ke rakyat dan akhirnya izin organisasi kami dicabut, semua orang yang terlihat masih bergerak dikejar, dan kami berakhir bubar.
Baru-baru ini kami tahu, jika ada teman-teman yang merasa ini perlu diperbaiki, pemerintah harus membayar atas apa yang mereka lakukan, tidak sedikit teman seperjuangan kami yang juga tertangkap aparat dan entah apa yang terjadi pada mereka, tidak ada berita, menghilang bersama aktivis yang juga saat itu ditangkap” Guru Kashmir melanjutkan.
“Lalu apa yang akan guru lakukan?” Aku merasa mereka tidak akan diam setelah mendengar cerita kami, dan juga setelah akhirnya mereka memutuskan menceritakan masa lalu mereka.
Guru Gashem berdiri “Kita akan keluar dan berunding dengan pimpinan mereka”
“Tapi, kita tidak tahu tempat ini, kau tau bukan mata kita selalu ditutup saat diantar ke tempat pelatihan, bahkan terkadang jika bertingkah kita akan dibius oleh orang-orang gila itu” Guru Kashmir mendengus kesal.
Ab tersenyum dan ikut berdiri di samping guru Gashem “Kalau soal itu tenang saja, aku sudah menghafal denah gedung ini, setidaknya kita akan menemukan ruangan tempat kontrol dan pintu keluar utama jika terjadi apa-apa dan kita perlu kabur”
Aku langsung merangkul Ab “Kau memang tidak diragukan” Pantas saja tak sengaja tadi aku mendengar suara pelan Ab tengah menghitung dan menyebut arah secara acak, ternyata itu tidak acak.
To be continued ~
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.