Majalah Sunday

Heaven: Mystery of Hidden Gem School
Part 6: Find The Truth 4

Penulis: Ingesia Aulia Kamila

Chapter 6: Find The Truth 4

“Heaven…” Samar kudengar suara ibu menyebut namaku dengan suara serak.

Mataku terasa berat, perlahan kilau cahaya putih menusuk masuk ke pupil mataku, saraf mataku segera menyesuaikan. Ku gerakkan jemariku, mencoba menyentuh tangan ibu. 

Menyadari hal tersebut ibu perlahan menatap ke arah wajahku, tersenyum tipis, air matanya mengalir. 

Ku balas tersenyum, menggenggam erat tangan ibu yang berhasil ku raih.

 Krekk

Suara pintu kamar yang terbuka.

“Heaven!!”

Serempak teman-teman dekatku berteriak, berebut masuk lewat pintu kecil penghubung kamar dan koridor rumah sakit.

Aku memperbaiki dudukku dibantu ibu yang lansung mengatur tempat tidur agar aku bisa bersandar.

“Kau tau, kami sangat khawatir, kami kira kau tidak akan bangun lagi” Daisy menggenggam erat tanganku yang tadi digenggam ibu, ibu memilih meninggalkanku bersama teman-teman, membiarkan mereka lebih leluasa ‘merawatku’ meskipun sepertinya akan lebih banyak mengganggu.

Aku pertama kali bangun pagi tadi, saat kamarku sepi, ibu keluar membeli sarapan bersama ayah, yang ku ketahui setelah mereka tiba.

Dalam sunyinya pagi kucoba mengingat mengapa bisa sampai berada di ruangan dingin ini, ahh pukulan pria brewok, gudang, dan teman-temanku? Untung ibu dan ayah datang bertepatan di saat aku berniat untuk meninggalkan kamar,  mencari tahu keadaan Tameem, Daisy, dan Ab.

Ibu menenangkanku, memberi tahu bahwa mereka baik-baik saja, selanjutnya aku sarapan dan mendengar ibu mengabari Daisy bahwa aku sudah sadar, membolehkan jika saja ia dan teman lainnya ingin menjenguk.

Aku kembali tertidur setelah pemeriksaan, dokter memberi obat.

“Wahh, ini pertama kalinya aku melihat warna matamu dengan jelas” Daisy mendekatkan wajahnya, menatap dalam ke arah mataku.

Buru-buru ku ambil cermin di meja kecil samping tempat tidur, benar saja, aku sama sekali tidak memakai lensa mata.

“Tak usah ditutupi begitu, kami biasa saja, sudah wajar bukan murid GY punya keunikan” Ab bersuara, tangannya sibuk mengupas apel merah.

“Yaa, tenang saja Heaven, meskipun aku bukan bagian dari kalian, aku pandai menjaga rahasia selama kau juga merahasiakannya” Tameem menatapku dengan sungguh-sungguh.

Aku menggangguk lemah, seketika teringat, bagaimana dengan rencana kami, apakah berhasil?

Seperti membaca raut wajahku yang berubah, Tameem mengeluarkan sesuatu dari tas ranselnya.

“Kami menemukannya di salah satu kardus di gudang setelah berhasil mengalahkan para penjaga gudang”

Daisy menyenggol lengan Tameem “Siapa yang kau maksud berhasil mengalahkan para penjaga gudang itu?”

Tameem mendengus “Kau wahai tuan putri Daisy”

Daisy menyibakkan rambutnya yang selalu dihiasi bando, kali ini warnanya oranye, ia tersenyum dengan bangga.

“Isinya cukup membantu kita untuk mengetahui langkah apa yang harus kita ambil, akan kemana kita setelah ini, tapi tidak ada satupun tulisan yang menyebutkan siapa sosok dibalik berdirinya sekolah kita dan nama organisasi terlarang itu” Ab mendekat, meletakkan apel yang selesai ia kupas dan langsung dicomot Daisy.

“Ahh, segar sekali”

Ab duduk di kursi kosong lainnya, mengambil buku yang dipegang Tameem “Bagian ini, menurutku ini mengarah ke salah satu bangunan di daerah kota lama, di sini tertulis “Sejak lahir aku tinggal di bangunan bergaya Eropa ini, menjadi bagian dari para bangsa berkulit putih dan rambut pirang, bukan berarti aku bangga.

Setiap hari ikut bersama orang tua yang dengan terpaksa harus ku hormati, menuju pusat perdagangan dan pemerintahan kota. Di sinilah aku mulai belajar dan menyadari, apa yang bangsaku lakukan bukanlah hal yang terpuji, dan kami tidak seharusnya berada di negara ini dengan keadaan yang berbalik dengan para pribumi yang tiap hari menengadah, berharap pulang membawa hasil penjualan yang mencukupi kehidupan harian mereka.

Ketika orang tua itu meninggalkanku sengaja di tengah-tengah banyaknya orang yang berjualan berharap aku bisa belajar banyak bagaimana mengatur para pribumi ini bersama salah satu bawahannya sementara ia mengurus pekerjaannya di kantor pemerintahan, aku memanfaatkan peluang ini untuk membuat gerakan yang tidak pernah disangka oleh bangsaku sendiri.

Bawahan yang disuruh orang tua itu payah, ia hanya sibuk berteriak menyuruh antek-anteknya memungut pajak dari para penjual. Padahal mereka satu rumpun, mau-maunya menjajah bangsa sendiri.”

Ab selesai membaca satu bagian pertama dari buku kecil itu.

“Aku sangat yakin itu mengarah ke kota lama, kita bisa saja menemukan sesuatu berharga di sana, aku akan mencoba memulihkan tulisan di lembar selanjutnya, kita bisa secara bertahap mencari bukti-bukti selanjutnya”

Kami serempak mengangguk mendengar arahan Ab.

To be continued ~

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 74