Majalah Sunday

Hari Ibu?

Barisan kacang panjang dan sawi dipegang lalu ditaruh secara bergantian, tangan demi tangan saling memilah tingkat kesegaran buah juga sayuran. Percakapan sahut-menyahut menimpali obrolan ibu-ibu yang berkumpul pagi itu, mengelilingi gerobak tukang sayur langganan Kompleks Tenggiri Raya.

“Eh, Bu, tahu nggak sih anak saya yang paling bontot masa ngasih saya bunga tadi pagi.”

Wanita berdaster merah bunga-bunga mengawali perbincangan, dia memang tipikal banyak berbicara yang tinggal di rumah paling ujung kompleks.

“Ah, anak saya yang sulung juga sama. Dia ninggalin surat sama kue buat saya sebelum berangkat kerja.”

“Lho, lho, lho. Si Lastri anak saya juga tadi minta foto bareng sama saya, mana sampe berkali-kali.”

Kerut di kening serta sepasang alis yang bersatu serempak mewarnai wajah-wajah keheranan mereka, dibumbui celetukan-celetukan iseng dari si abang tukang sayur, “Karena sekarang tanggal 22 Desember kali, ibu-ibu. Anak perempuan saya juga hari ini rajin banget bantuin beres-beres rumah. Istri saya disuruh istirahat aja katanya.”

Kompak sekumpulan ibu-ibu perumahan itu bertanya maksud dari pernyataan si abang tukang sayur, mereka mengangguk-ngangguk paham tatkala dijelaskan kalau hari ini bertepatan dengan perayaan Hari Ibu Nasional. Di mana setelahnya, celotehan mereka kembali bersahutan.

“Tapi anak saya nggak cuma ngasih bunga sih, dia juga ngebeliin makanan kesukaan saya lho.”

“Kalau diinget-inget, anak saya juga upload foto bareng saya sambil bilang kalau dia sayang banget sama saya.”

Ajang pengunggulan anak masing-masing terus berlanjut seakan tak ada satu pun dari mereka yang berniat mengalah. Sampai atensi mereka teralihkan oleh seseorang, sosok yang sedari tadi bungkam dan sibuk berkutat menyeleksi hal-hal yang ingin dibelanjakan.

“Eh, Bu Mirna,” salah seorang dari mereka akhirnya angkat suara. “Anak ibu nggak ngasih atau ngelakuin apa-apa gitu hari ini? Kok diem aja sih.”

Seolah enggan menanggapi pertanyaan barusan, wanita yang dipanggil Bu Mirna tadi justru gesit menyerahkan beberapa lembar uang ke abang tukang sayur sebelum lantas pamit lebih dulu. Terdengar bisik-bisik atas dirinya sepanjang kaki-kakinya menjauh dari sana.

Sementara itu, sesampainya di rumah, Bu Mirna terpaku memandangi tumpukan buket bunga juga benda-benda pemberian sang anak yang memenuhi setiap sudut ruangan. Sambil menaruh belanjaan di atas meja ruang tamu, Bu Mirna meraih kado yang disertai sepucuk surat.

“Semoga kali ini Mama juga suka ^_^ 

Always love you everyday, Mom  ♥♥♥”

Tersenyum sekilas, wanita paruh baya itu kemudian pelan-pelan membuka kado tersebut sembari bergumam;

“Astaga, anak ini. Setiap hari ada aja kejutannya.”

***

Hafizhotun Nisa,

Universitas Negeri Jakarta

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?