Penulis: Raisha Putri Ramdhani- Universitas Negeri Jakarta
Indonesia melewati sejarah yang sangat panjang, berbagai gejolak politik dan pergantian kekuasaan yang tidak berjalan mulus. Di antara rentetan peristiwa itu, Supersemar menjadi bagian penting dalam membentuk Indonesia. Namun, dokumen itu menjadi tanda tanya besar atas dugaan dokumen palsu. Lalu, di mana naskah aslinya? Apakah benar hilang, dipalsukan, atau bahkan sengaja disembunyikan?

Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret merupakan dokumen penting yang dikeluarkan pada 11 Maret 1966. Supersemar dilatarbelakangi adanya peristiwa politik pada 30 September 1965 yang melibatkan enam jenderal dan satu perwira tinggi, serta gejolak politik dan ekonomi setelahnya. Banyak masyarakat yang marah atas peristiwa itu, kemudian melakukan demo secara besar-besaran, salah satunya dengan menuntut Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat pada 10 Januari 1966. Demo kembali dilakukan pada 11 Maret 1966. Akhirnya, Supersemar dikeluarkan untuk memberi mandat oleh Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto dalam mengatasi keadaaan dan mengamankan keadaan Indonesia saat itu.
Naskah Supersemar berisi tiga mandat, yaitu:
Setelah surat tersebut dikeluarkan, pada 12 Maret 1966, Soeharto akhirnya membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan ormas-ormasnya. Surat ini menjadi tonggak peralihan dari Orde Lama menuju Orde Baru.
Naskah yang banyak beredar ternyata bukanlah naskah asli. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan masyarakat. Sampai saat ini, naskah asli tersebut masih belum dapat ditemukan. Dilansir dari kompas.com, bahwa tiga naskah Supersemar disimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) tidak autentik atau palsu yang telah melalui proses uji forensik tahun 2012 lalu. Dikarenakan naskah itu palsu, berarti tanda tangan Soekarno pada naskah tersebut jugalah palsu. Mantan kepala ANRI, M. Asichin mengatakan bahwa pencarian naskah asli sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak tahun 2000, bahkan ANRI membentuk tim khusus untuk mencari tahu melalui orang-orang yang diduga mengetahui naskah asli Supersemar. Beberapa orang yang diwawancarai adalah mantan pengawal istana Bogor, mantan Sekretariat Umum MPRS, mantan Anggota DPRGR utusan Angkatan Laut, dan mantan Menteri Maritim. Tapi sayangnya, ternyata hal itu juga tidak membuahkan hasil.
*****
Peristiwa Supersemar memperlihatkan bahwa sejarah tidak selalu ditulis dengan lengkap seperti di buku-buku sekolah. Selama naskah asli belum ditemukan, maka selama itu juga teka-teki ini akan terus hidup di tengah masyarakat dan menjadi bagian dari sejarah yang tidak akan selesai.

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
