Majalah Sunday

Mengungkap Mitos Larangan Motif Batik Parang dalam Menikah

Penulis: Raisha Putri Ramdhani – Universitas Negeri Jakarta

Dalam melangsungkan pernikahan, tentunya calon pengantin pria dan wanita ingin menggunakan gaun terbaiknya, mulai dari model, warna, dan motif. Setiap detail dipilih dengan banyak pertimbangan karena dapat mencerminkan harapan dan identitas budaya. Pilihan motif menjadi perhatian khusus karena beberapa corak memiliki makna simbolis, bahkan pantangan, seperti motif batik parang yang dipercaya tidak boleh digunakan saat menikah. 

Motif batik parang (sonobudoyo.jogjaprov.go.id)

Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan

Batik parang berasal dari Yogyakarta dan Solo yang sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram, tepatnya abad ke-16. Dilansir dalam situs wearemandalas.com, motif ini pertama kali diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma yang terinspirasi dari ombak samudra yang menghantam tebing karang saat ia sedang meditasi di pinggir pantai. 

Dalam bahasa Jawa, kata “parang” bermakna “pedang” yang melambangkan kekuatan. Saat itu, motif ini hanya digunakan oleh bangsawan dan orang-orang kerajaan yang mencerminkan status sosial.  Motif batik parang diterapkan di kebaya dan kain yang akan digunakan dalam upacara kerajaan atau kegiatan sehari-hari.

Filosofi Motif Batik Parang

Di tengah eksklusifnya motif ini, tentu terdapat filosofi yang menambah kedalaman makna di dalamnya. Bukan hanya indah, tetapi juga penuh dengan simbol kehidupan. Pola miring yang menyerupai huruf S secara berulang dan tak terputus melambangkan pantang menyerah untuk terus memperbaiki diri dan kekuatan dalam menghadapi cobaan hidup, sementara pola garis diagonal melambangkan kewibawaan, tanggung jawab, dan teguh pendirian. 

Makna-makna yang terkandung dalam motif tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman hidup agar kita senantiasa berpegang pada nilai-nilai kebenaran dan keteguhan. Melalui simbol-simbol yang diwariskan dapat menjadi pengingat untuk tetap teguh, berani, dan melangkah di tengah dinamika kehidupan.

Motif Batik Parang Dilarang untuk Menikah

Dilihat dari sejarah dan filosofis, batik parang memang memiliki nilai-nilai yang sarat akan makna baik dan mendalam, tetapi siapa sangka bahwa motif ini tidak boleh digunakan dalam acara pernikahan karena bersifat sakral sehingga hanya dapat digunakan oleh kalangan bangsawan saja. Selain itu, makna dari kata “parang” juga sangat berseberangan dengan kebahagiaan pernikahan yang dapat membuat rumah tangga menjadi tidak harmonis dan penuh pertengkaran.  

*****

Melalui sejarah dan mitos yang mengiringi motif batik parang, kita dapat memahami bahwa mengapa motif ini dilarang untuk menikah. Walaupun pada dasarnya penggunaan motif ini disesuaikan kembali dengan keyakinan masing-masing individu, tetapi tak ada salahnya jika kita menghargai kebudayaan yang telah diwariskan sejak zaman dahulu. 

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 4