Penulis: Meiccy Putri Jonarti – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di tengah era modern, banyak remaja mungkin nggak menyangka kalau Indonesia punya tradisi unik yang masih dijaga ratusan tahun lamanya. Salah satunya adalah Azan Pitu dari Cirebon.
Hai Sunners! Kalian pernah dengar istilah azan pitu belum? Kalau belum, yuk kenalan sama tradisi khas Cirebon yang unik ini! Biasanya azan dikumandangkan oleh satu orang muazin (orang yang menyerukan panggilan salat), tapi di Masjid Sang Cipta Rasa, suara azan justru dikumandangkan oleh tujuh orang muazin sekaligus!
Tradisi ini berawal dari kisah masa lalu yang cukup bersejarah. Dulu, Keraton Cirebon dilanda wabah penyakit yang menyebar luas. Banyak masyarakat jatuh sakit, bahkan Nyimas Pakungwati, istri Sunan Gunung Jati, ikut terkena penyakit itu.
Dalam situasi genting tersebut, Sunan Gunung Jati memohon petunjuk kepada Allah SWT. Dari hasilnya, beliau mendapat ilham bahwa wabah akan berakhir jika azan dikumandangkan oleh tujuh orang secara bersamaan di setiap waktu salat.
Benar saja setelah tradisi itu dilakukan, wabah pun perlahan menghilang. Sejak saat itu, azan tujuh suara menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Cirebon dan dikenal sebagai azan pitu.

Dahulu, azan pitu dikumandangkan pada setiap salat lima waktu, namun seiring berjalannya waktu, tradisi ini kini hanya dilakukan setiap hari Jumat. Walau begitu, maknanya tidak berkurang sedikit pun.
Setiap kali azan pitu dikumandangkan, tujuh muazin yang bertugas biasanya tampil dengan gaya khas mereka yaitu memakai gamis atau jubah lengkap dengan penutup kepala. Warnanya pun nggak jauh-jauh dari warna yang biasa digunakan, yaitu warna putih dan hijau.
Para muazin yang bertugas pun bukan orang sembarangan. Mereka berasal dari keluarga Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Jika salah satu muazin wafat, posisinya akan digantikan oleh anggota keluarga lainnya. Dengan begitu, tradisi ini tetap hidup dan terjaga dari generasi ke generasi.

Bagi masyarakat Cirebon sendiri, azan pitu bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga simbol persatuan dan kebersamaan. Tujuh suara yang berpadu mewujudkan keharmonian bahwa dalam keberagaman, ada kekuatan besar ketika semua bersatu.
Lebih dari itu, tradisi ini menjadi pengingat bahwa budaya dan agama bisa berjalan beriringan dengan indah. Di tengah era modern yang serba cepat, azan pitu mengajarkan kita untuk tetap menjaga nilai spiritual sekaligus rasa kebersamaan.
Azan pitu bukan cuma cerita lama dari Cirebon, tapi bukti kalau tradisi bisa tetap hidup di tengah zaman yang terus berubah. Di balik tujuh suara yang bersatu, ada pesan penting tentang kerja sama, ketulusan, dan rasa saling menghargai. Nilai-nilai itu masih relevan banget buat kita, para remaja masa kini, yang sering sibuk sama dunia digital dan hal-hal modern. Yuk, Sunners! Mulai sekarang, coba deh kenali tradisi-tradisi di daerahmu. Bisa lewat baca kisahnya, atau bahkan ngobrol langsung sama orang yang masih menjaganya. Dari hal kecil kayak gitu, kamu udah ikut melestarikan budaya Indonesia, lho!
*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
