Majalah Sunday

Biar Nggak Cuma Tahu Tradisi Luar, Yuk Kenalan Sama Tabuik Pariaman dari Sumatera Barat!

Penulis: Meiccy Putri Jonarti – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Setiap tahun, masyarakat Kota Pariaman di Sumatera Barat mempunyai satu tradisi megah yang selalu berhasil menarik perhatian, yaitu Tabuik. Bukan tanpa alasan, di sinilah di gelar acara Tabuik, tradisi megah yang sudah jadi kebanggaan masyarakat setempat. Perayaan Tabuik berlangsung dari tanggal 1 Muharram sampai 10 Muharram untuk mengenang Husein Bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW yang wafat di Padang Karbala.  

Makna di Balik Nama “Tabuik”

Kata Tabuik sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu tabut, yang artinya “Peti kayu.” Tapi jangan bayangin seperti peti biasa ya! Di Pariaman, Tabuik diwujudkan dalam bentuk menara raksasa setinggi 10-12 Meter, dihiasi kain beludru, kertas hias, bungo salapan (kertas bermotif), dan tonggak miring.

Mengenal Tabuik Pariaman dari Sumatera Barat
"Tabuik" simbol kebersamaan dan warisan budaya Pariaman

Dari Ritual Keagamaan ke Identitas Budaya

Menariknya Tabuik dulu dan sekarang punya makna yang agak berbeda. Dulu, Tabuik dianggap sebagai ritual keagamaan bercorak Syiah, tempat orang-orang berdoa dan mengenang Husein. Sekarang, masyarakat lebih melihatnya sebagai tradisi budaya dan simbol kebersamaan. Artinya, tabuik tetap hidup, tapi maknanya lebih luas, dari yang sakral jadi perayaan identitas dan semangat gotong royong.

Perubahannya bukan cuma soal makna, tapi juga bentuknya. Kalau dulu bagian burak hanya berupa patung manusia polos, sekarang tampilannya jauh lebih ekspresif. Ada burak yang berwajah perempuan berhijab, ada juga yang digambarkan sebagai laki-laki yang bertopi serta berkumis. Bahkan bahan kerangkanya pun ikut berubah. Dulu semuanya dari bambu, sekarang sebagian diganti dengan besi. Prosesi Tabuik pun berubah seiring waktu. Dulu acara besar ini dipimpin oleh Auang Tuo Tabuik, tokoh adat yang ditunjuk secara turun temurun. Sekarang, siapapun boleh ikut berperan dari tokoh masyarakat maupun anak muda.

Tabuik diadu lalu dibuang ke laut
Tabuik dibuang ke laut untuk menyelesaikan prosesi

Di balik kemeriahan itu, tabuik menyimpan pesan penting buat kita. Di tengah derasnya budaya luar yang masuk, Tabuik mengajarkan kita buat ngga lupa sama akar sendiri. Tradisi ini nunjukkin gimana masyarakat tetap bisa menjaga identitas, sambil terus beradaptasi dengan zaman. Sekarang Tabuik bukan cuma milik warga Pariaman, tapi udah jadi ikon pariwisata budaya Indonesia. Ribuan wisata datang setiap tahun buat lihat secara langsung prosesi Tabuik. Bayangin aja, semua itu lahir dari semangat warga lokal yang mau terus melestarikan tradisi leluhur.

Nah, di sinilah peran kita sebagai remaja Indonesia. Kita bisa ikut mengenal, mendokumentasikan, bahkan ikut mempromosikan tradisi seperti Tabuik lewat media sosial. Menjaga budaya lokal bukan cuma soal masa lalu, tapi juga tentang membawa nilai-nilai luhur itu ke masa depan.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 5