Majalah Sunday

5 Rekomendasi Film yang Akan Mengenalkanmu tentang
Kehidupan Remaja Tahun 80an dan 90an

Penulis: Richie Kenza Efruan – UKI

Film-film ini tidak memberi jarak. Mereka tidak hanya ditonton, tapi dirasakan—membiarkan kita ikut masuk dalam kebingungan, kegembiraan, kesedihan, dan kebebasan yang datang silih berganti. Dalam artikel ini, saya akan memberikan rekomendasi film-film yang membuka jendela ke kehidupan remaja Amerika, bukan sebagai nostalgia semata, tapi sebagai potret emosional yang tetap relevan hingga hari ini. 

Saya mengkurasi beberapa judul yang mampu membawa kamu untuk benar-benar merasakan menjadi remaja Amerika pada era 80an dan 90an—bukan lewat nostalgia murahan, tapi lewat cerita yang jujur, kadang pahit, dan sering kali sangat manusiawi.

Rekomendasi Film #1 The Outsiders (1983)

Pernah kebayang gak sih gimana rasanya jadi remaja Amerika di tahun 80an dan 90an? Rekomendasi film-film ini akan menjawab pertanyaanmu!

The Outsiders adalah film drama remaja klasik yang disutradarai oleh Francis Ford Coppola dan diadaptasi dari novel S.E. Hinton. Ceritanya mengikuti Ponyboy Curtis, seorang remaja dari kelompok kelas pekerja bernama Greasers, yang hidupnya berubah drastis setelah konflik dengan kelompok Socs—remaja kaya yang sering menindas mereka.

Dengan deretan aktor muda berbakat seperti Matt Dillon, Patrick Swayze, Tom Cruise, dan Ralph Macchio, film ini menampilkan kisah persahabatan, kehilangan, dan perjuangan identitas dengan emosional yang kuat. Visual khas era 60-an, musik yang mendalam, dan dialog ikonik seperti “Stay gold, Ponyboy” menjadikan The Outsiders sebagai film yang tak hanya menyentuh, tapi juga relevan hingga kini. Konflik dalam film ini tidak hanya berpusat pada perkelahian antara dua kelompok tersebut, tetapi juga pada pergulatan batin Ponyboy dalam memahami arti kebaikan, kesetiaan, dan keadilan di tengah kerasnya kehidupan yang penuh dengan diskriminasi sosial.

Film ini sangat kuat dalam menggambarkan bagaimana tekanan sosial dan ekonomi membentuk karakter seseorang, serta bagaimana persahabatan dan keluarga dapat menjadi sumber kekuatan di saat-saat tersulit. The Outsiders cocok untuk penonton yang ingin menyelami kisah remaja yang penuh emosi dan realisme sosial.

Bagi yang ingin menyaksikannya, The Outsiders dapat ditemukan di Prime Video dan Apple TV, serta bisa disewa atau dibeli melalui Google Play Movies.

Rekomendasi Film #2 Mid90s (2018)

Pernah kebayang gak sih gimana rasanya jadi remaja Amerika di tahun 80an dan 90an? Rekomendasi film-film ini akan menjawab pertanyaanmu!

Mid90s adalah film coming-of-age yang ditulis dan disutradarai oleh Jonah Hill, menawarkan pandangan mentah dan jujur tentang masa remaja di Los Angeles pada era 90-an. Ceritanya mengikuti Stevie, bocah 13 tahun yang kesepian dan terjebak dalam dinamika keluarga yang rumit. Saat ia mulai bergaul dengan sekelompok skateboarder yang lebih tua, Stevie menemukan pelarian, penerimaan, dan pelajaran hidup yang tak selalu mudah.

Dengan gaya visual khas era VHS dan dialog yang terasa alami, Mid90s berhasil menangkap esensi tumbuh dewasa: canggung, keras, tapi juga penuh makna. Film ini cocok bagi siapa pun yang ingin mengenang masa transisi remaja dengan segala kekacauannya—tanpa pemanis. Sebuah potret kecil yang jujur tentang mencari tempat dalam dunia yang terasa asing.

Film ini berhasil menangkap suasana era 1990-an dengan sangat otentik, baik dari segi visual, musik, hingga bahasa dan gaya hidup. Namun di balik itu, film ini menampilkan kisah yang penuh realisme mengenai kekerasan domestik, toxic masculinity, dan pencarian identitas yang seringkali berujung pada pilihan sulit.

Mid90s sangat direkomendasikan bagi penonton yang menyukai kisah personal dan emosional yang ditampilkan dengan jujur dan tanpa basa-basi, memberikan gambaran nyata tentang lika-liku masa remaja.

Kalian dapat menikmati film Mid90s melalui Netflix Indonesia, dan film ini juga tersedia di Apple TV untuk pembelian atau penyewaan digital.

Rekomendasi Film #3 Back to the Future (1985)

Bagi kamu yang menyukai time travel, maka Back to the Future adalah film yang cocok dengan kamu. Film ini adalah film petualangan fiksi ilmiah legendaris yang menjadi awal dari trilogi klasik karya Robert Zemeckis. Ceritanya mengikuti Marty McFly, remaja biasa yang tanpa sengaja terlempar ke masa lalu tahun 1955 dengan mesin waktu berbentuk mobil DeLorean buatan sahabat eksentriknya, Doc Brown.

Saat Marty bertemu dengan versi muda orang tuanya dan secara tak sengaja mengacaukan pertemuan mereka, ia harus memperbaiki masa lalu agar bisa kembali ke masa depan tanpa menghapus eksistensinya sendiri.

Dengan campuran humor, ketegangan, dan ide cerita cerdas tentang perjalanan waktu, Back to the Future tidak hanya menghibur tapi juga menyentuh tema identitas, keluarga, dan pilihan. Cocok ditonton ulang kapan saja, film ini tetap seru dan magis bahkan puluhan tahun setelah dirilis.

Film ini tersedia untuk streaming di Netflix Indonesia, selain itu kalian dapat menyewa atau membeli film ini melalui Prime Video dan Apple TV.

Rekomendasi Film #4 Boyz n the Hood (1991)

Pernah kebayang gak sih gimana rasanya jadi remaja Amerika di tahun 80an dan 90an? Rekomendasi film-film ini akan menjawab pertanyaanmu!

Boyz n the Hood adalah karya debut sutradara John Singleton, film ini menghadirkan potret tajam kehidupan remaja kulit hitam di South Central Los Angeles. Melalui tokoh utama Tre Styles, seorang pemuda cerdas yang dibesarkan oleh ayahnya yang disiplin dan sadar sosial, film ini menggali tema-tema penting seperti kekerasan geng, rasisme sistemik, kemiskinan, dan pentingnya figur ayah dalam keluarga.

Tre tumbuh bersama dua sahabatnya, Ricky dan Doughboy. Ricky, seorang atlet yang berpotensi besar, mewakili harapan akan masa depan yang lebih baik, sementara Doughboy terjerat dalam dunia geng dan jalanan. Ketiganya merepresentasikan pilihan-pilihan hidup yang tersedia — atau justru terbatas — bagi pemuda kulit hitam dalam lingkungan urban yang keras. Film ini tidak hanya menyentuh aspek personal karakter-karakternya, tetapi juga melontarkan kritik sosial yang tajam, terutama dalam adegan di mana Furious menjelaskan tentang gentrifikasi dan sistem yang menindas komunitas kulit hitam.
 
Dengan akting yang kuat dan dialog yang natural, Boyz n the Hood berhasil menciptakan nuansa yang sangat autentik. Ice Cube tampil mengesankan dalam debut filmnya, dan Laurence Fishburne menghadirkan sosok ayah yang berwibawa dan bijak. Soundtrack yang sarat hip hop dan R&B semakin menguatkan atmosfer budaya urban tahun 90-an.
 
Dirilis saat John Singleton baru berusia 23 tahun, film ini menjadikannya sutradara Afrika-Amerika pertama yang dinominasikan untuk Oscar dalam kategori Best Director. Lebih dari tiga dekade sejak penayangannya, Boyz n the Hood tetap relevan — sebagai kisah tentang pertumbuhan, kehilangan, pilihan hidup, dan perjuangan mencari masa depan di tengah dunia yang tidak selalu adil.
 
Bagi kalian yang tertarik dengan film ini, film ini tersedia untuk streaming di Netflix Indonesia, dapat ditonton di Apple TV, dan juga tersedia untuk disewa atau dibeli di Prime Video.
 
 

Rekomendasi Film #5 Stand by Me (1986)

Pernah kebayang gak sih gimana rasanya jadi remaja Amerika di tahun 80an dan 90an? Rekomendasi film-film ini akan menjawab pertanyaanmu!

Bagi kamu yang menyukai film coming-of-age yang sederhana tapi menggugah hati, Stand by Me adalah tontonan wajib. Diadaptasi dari novella karya Stephen King berjudul The Body, film ini disutradarai oleh Rob Reiner dan menyorot empat anak laki-laki yang melakukan perjalanan kaki untuk mencari mayat seorang anak hilang di pinggiran kota kecil pada tahun 1959. Namun, pencarian itu hanyalah permukaan dari cerita sesungguhnya. Stand by Me adalah film tentang persahabatan yang jujur, rasa ingin tahu yang polos, dan masa kecil yang sering kali terasa lebih nyata daripada masa dewasa. Film ini mengajak kita menyusuri hutan dan rel kereta bersama Gordie, Chris, Teddy, dan Vern—menyaksikan mereka tumbuh, saling mendukung, dan menghadapi ketakutan mereka sendiri.

Dibintangi oleh River Phoenix, Wil Wheaton, Corey Feldman, dan Jerry O’Connell, film ini mengandalkan kekuatan dialog yang natural dan emosional, serta narasi yang menyentuh tanpa menjadi melodramatis. Musik tahun 50-an, lanskap pedesaan Amerika, dan ending yang pahit manis menjadikannya film yang akan terus membekas di hati.

Jika kamu pernah merasakan kehilangan, pertanyaan tentang diri sendiri, atau sekadar ingin mengingat betapa berharganya masa kecil, Stand by Me akan mengajakmu pulang ke sana. Film ini bukan hanya tentang perjalanan ke tempat lain—tapi juga perjalanan ke dalam diri.

Untuk menonton Stand by Me, kalian dapat mengaksenya melalui Apple Tv atau membeli dan menyewanya secara digital di Google Play Movies.

***

Kelima film yang direkomendasikan ini menawarkan pengalaman yang sinematik dan beragam, namun bermakna, dengan tema pencarian diri, pertemanan, dan pilihan hidup. Masing masing fim tentunya dapat menyentuh sisi emosional para penonton dengan cara mereka masing masing yang unik. Lewat cerita yang tak lekang oleh waktu, sederhana, penuh makna, dan nuansa khas zamannya, film-fim ini mampu mengingatkan atau menunjukkan kita bahwa masa remaja, dengan segala keindahan dan kekacauannya, adalah bagian penting dalam membentuk jati diri kita.

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 66