Penulis: Rizma Ardhana Kamaria – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Maluku Utara tak hanya menyimpan keindahan alam dan rempah-rempah, tapi juga alat musik tradisional yang unik bernama Yanger. Berbeda dengan alat musik petik lainnya, Yanger memiliki bentuk dan suara yang khas, mencerminkan kekayaan budaya Indonesia.
Yanger memiliki bentuk yang unik dengan kotak resonator berukuran besar dari kayu pilihan, dilengkapi tiang panjang sebagai leher alat musik. Hanya ada satu senar yang membentang dari ujung tiang ke kotak resonator, menciptakan desain yang minimalis namun penuh karakter.
Cara memainkannya sangatlah istimewa. Pemain memukul senar menggunakan kayu kecil dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menekan senar menggunakan gelas kaca. Gelas kaca ini digerakkan naik turun sepanjang senar untuk mengatur variasi nada yang diinginkan. Teknik permainan inilah yang menghasilkan bunyi khas Yanger yang dalam dan bergema, mirip dengan suara bass modern.
Bahan pembuatannya masih mempertahankan tradisi, menggunakan kayu-kayu lokal pilihan seperti linggua atau cendana yang dikenal memiliki kualitas resonansi terbaik. Kotak resonator yang besar berfungsi optimal dalam memperkuat suara yang dihasilkan dari getaran senar tunggal.

Dalam kehidupan masyarakat Maluku Utara, Yanger memegang peran penting dalam berbagai upacara adat. Mulai dari pernikahan, penyambutan tamu penting, hingga ritual tradisional, kehadiran suaranya dianggap mampu menghadirkan nuansa sakral dan khidmat.
Sejarah Yanger mencerminkan proses akulturasi budaya yang harmonis di Maluku Utara. Alat musik ini awalnya terinspirasi dari alat musik petik Portugis yang dibawa para pedagang pada abad ke-16, namun telah berkembang menjadi bentuk yang benar-benar khas Indonesia dengan teknik permainan menggunakan gelas kaca yang unik.
Di era modern, Yanger terus hidup melalui dedikasi generasi muda Maluku Utara. Banyak anak muda yang antusias mempelajari dan mengembangkan Yanger, bahkan berkolaborasi dengan alat musik modern. Media sosial menjadi jembatan penting untuk memperkenalkan keunikan Yanger kepada khalayak yang lebih luas.
Berbagai komunitas musik lokal aktif mengadakan workshop dan pertunjukan reguler yang menampilkan Yanger. Festival budaya seperti Festival Teluk Jailolo konsisten menampilkan Yanger sebagai atraksi utama, sementara beberapa sekolah mulai memasukkan Yanger dalam kurikulum kesenian mereka.

Melestarikan Yanger bukan sekadar menjaga sebuah alat musik tradisional, tetapi juga merawat identitas budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Setiap dentuman nada yang bergema mengingatkan kita akan kekayaan warisan budaya Nusantara yang patut dibanggakan dan dilestarikan untuk generasi mendatang.
*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
