Sekarang aku tahu makna dari sepenggal lirik
yang sering kusenandungkan di kala luka sedang meradang
dan ketika hidup tidak sejalan dengan apa yang aku inginkan.
Semua hal akan bertemu dengan titik jenuh,
titik di mana hal yang rutin dilakukan tiba-tiba menjadi sangat membosankan.
Seketika, kita tidak mau melakukannya lagi, entah karena malas atau
karena ada dinding yang menjadi sekat.
Setiap orang bisa berubah tiap detiknya,
yang dulunya dekat suatu saat tiba-tiba merenggang,
entah karena sudah menemukan orang baru
atau kita sudah tidak pantas berada di dekatnya lagi.
Orang yang dulunya membuat nyaman,
suatu saat bisa saja menjadi orang yang membuat
kita tidak nyaman berada di dekatnya lagi,
entah karena kita yang berubah atau
dia yang sudah muak/bosan melihat kita lagi dan lagi.
Jawaban kenapa itu bisa terjadi,
aku tak tahu pasti jawabannya,
yang ku tahu hanyalah
“yang terus berulang suatu saat henti”.
Ada masanya semua harus berhenti,
hal yang sering dilakukan,
orang yang sering ditemui,
kebiaasaan buruk yang susah dihilangkan,
sakit hati yang tak berujung,
kesedihan yang menumpuk, kegagalan yang tak ada hentinya,
dan setiap hal lainnya yang berulang,
semua akan henti pada waktunya.
Tinggal menunggu saja, kapan waktu itu akan datang.
Penulis: Juliano Nakahar Pangestu – Universitas Tama Jagakarsa