Tren Vintage Thrifting:
Kenapa Baju Bekas Jadi Favorit Remaja?
Penulis: Samuel Sihotang – Politeknik Negeri Jakarta
Di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, terdapat sebuah toko thrifting bernama “Bara.1313” yang menjadi destinasi favorit remaja untuk berburu pakaian bekas berkualitas. Toko vintage thrifting ini tidak terlalu besar, namun rak-raknya penuh dengan tumpukan kaos grafis, jaket denim, hoodie vintage, dan celana cargo. Meski sederhana, toko ini selalu ramai oleh pelanggan muda yang berburu gaya vintage dengan harga terjangkau.
Mewah tapi Murah
Ardi (17), seorang pelajar SMA, adalah salah satu pelanggan “Bara.1313.” Hari itu, ia tampak memegang kaos band klasik berwarna hitam yang baru saja ia temukan. “Aku suka banget thrifting, soalnya barang-barangnya unik dan nggak mainstream. Kalau belanja di mall, kadang baju yang kita beli tuh sama kayak yang dipakai orang lain, jadi rasanya kurang spesial. Nah, kalau di sini, kita bisa dapat barang yang beda dan tetap keren,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa thrifting sangat cocok untuk pelajar seperti dirinya yang punya uang jajan terbatas. “Kaos ini cuma Rp 25 ribu, tapi desainnya keren banget, kayak baju mahal.”
Seperti Berpetualang
Di pojok toko, Reza (16) sedang sibuk memilih celana cargo. Baginya, thrifting lebih dari sekadar belanja murah. “Thrifting itu kayak petualangan, Mas. Serunya tuh di proses cari barang yang cocok. Kadang kita harus bongkar-bongkar tumpukan, tapi pas nemu yang pas, rasanya kayak menang jackpot,” ujarnya sambil tersenyum. Ia juga menyebut bahwa gaya vintage yang ia dapat dari pakaian bekas memberi kesan unik pada penampilannya. “Nggak cuma hemat, tapi juga bikin kita lebih stand out. Beda banget sama orang-orang yang belanja di tempat fast fashion.”
Mendukung Keberlanjutan
Dika (18), pelanggan lain yang sudah lebih berpengalaman dalam thrifting, memberikan perspektif berbeda. Baginya, thrifting adalah cara untuk mendukung keberlanjutan. “Aku pilih barang bekas karena lebih ramah lingkungan. Industri fashion itu salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia, jadi aku merasa dengan beli barang bekas, aku ikut mengurangi limbah tekstil,” jelasnya sambil mencoba jaket kulit berwarna cokelat tua. Selain itu, ia juga merasa bahwa pakaian bekas sering kali memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan pakaian fast fashion. “Banyak baju di sini yang bahannya tebal dan awet, nggak gampang rusak walaupun sudah dipakai bertahun-tahun.”
Keren dan gak Pasaran
Menurut para pelanggan, salah satu alasan mengapa mereka setia ke “Bara.1313” adalah karena toko ini menyediakan berbagai pilihan dengan harga yang sangat terjangkau. Mereka juga merasa nyaman dengan suasana toko yang ramah. “Penjualnya baik banget, kita sering dikasih tips cara cari barang bagus,” tambah Reza.
Pak Jaya, pemilik toko “Bara.1313”, mengungkapkan bahwa pelanggan remaja semakin mendominasi tokonya dalam beberapa tahun terakhir. “Sekarang tuh anak-anak muda lebih suka gaya vintage. Mereka bilang baju bekas lebih keren dan nggak pasaran. Ada juga yang ke sini karena peduli lingkungan,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa setiap barang yang dijual di tokonya sudah melalui proses penyortiran dan pencucian untuk memastikan kualitasnya tetap baik.
Pak Jaya (38) pedagang pakaian thrifting di Cipayung, Jakarta Timur.
Tak bisa dipungkiri, thrifting kini bukan sekadar cara berhemat, melainkan juga menjadi tren gaya hidup bagi generasi muda. Selain memberikan kebebasan berekspresi dalam berpenampilan, thrifting juga mengajarkan pentingnya mendukung keberlanjutan dan mengurangi konsumsi berlebihan. Dengan semakin banyaknya toko seperti “Bara.1313,” remaja punya lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi gaya sekaligus membuat pilihan belanja yang lebih bijak.
Jadi, kapan kamu akan mulai berburu harta karun di thrift shop? Datang saja ke toko-toko seperti “Bara.1313” di Cipayung, dan temukan gaya khasmu sendiri!
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.