Majalah Sunday

Tone Deaf Salah Satu Pemicu Gangguan Mental, Berbahayakah?

Penulis: Salma Aulia Najmah – Universitas Pendidikan Indonesia

Akhir-akhir ini, istilah tone deaf sering digunakan, khususnya di media sosial. Secara harfiah, tone deaf memiliki arti tuli nada. Namun, tone deaf dalam konteks sosial memiliki arti yang berbeda. Tahukah kamu apa arti tone deaf? Coba perhatikan ilutrasi ini. 

Perhatikan bagaimana seseorang menanggapi ceritamu

Perhatikan bagaimana seseorang menanggapi ceritamu

Mawar baru saja putus dengan pacarnya. Ia merasa sangat sedih dan menderita akibat kehilangan seseorang. Namun, Melati datang untuk menghiburnya sembari mengucapkan, “Jangan sedih, sudahlah cepat move on!”

Nah, sikap Melati yang tidak memedulikan dan memahami perasaan itulah yang disebut sebagai tone deaf. Seseorang yang sedang berduka sangat membutuhkan empati dan dukungan, bukan segera melupakan. 

Dalam konteks sosial, “tone deaf” digunakan untuk menggambarkan seseorang yang kurang peka terhadap perasaan dan pengalaman orang lain, sehingga sering kali melontarkan pernyataan atau melakukan tindakan yang tidak sensitif terhadap situasi tertentu. Jadi, tone deaf adalah sikap ketidakpekaan atau kurangnya persepsi terhadap sentimen, opini, atau selera publik.

Ciri-Ciri Orang yang Tone Deaf

  1. Kurang peka pada perasaan orang lain. Orang yang tone deaf sering kali tidak menyadari atau tidak memperhatikan emosi dan reaksi orang di sekitar mereka, sehingga dapat mengucapkan komentar yang tidak sensitif atau menyakiti perasaan orang lain. 
  2. Tidak memahami norma sosial. Orang yang tone deaf sering kali kesulitan membaca situasi sosial dan budaya, yang menyebabkan mereka bertindak atau berbicara tanpa mempertimbangkan konteks yang tepat. 
  3. Bersikap acuh tak acuh. Orang yang tone deaf cenderung tidak peduli terhadap kondisi di sekitarnya, baik itu konflik sosial atau kesulitan yang dialami orang lain, dan tidak menunjukkan empati. 
  4. Mengolok-olok harapan sosial. Orang yang tone deaf mungkin senang menertawakan atau mengabaikan harapan sosial, sering kali dengan nada sarkastik, meskipun mereka sadar akan norma yang berlaku.
  5. Kesulitan menerima umpan balik. Orang yang tone deaf sering kali defensif terhadap kritik atau saran, dan sulit untuk beradaptasi atau memahami perspektif orang lain. 

Kalau kamu merasa memiliki sikap seperti ini, kamu perlu hati-hati. Sebab, tone deaf bisa jadi sebagai salah satu pemicu gangguan mental. Kok bisa? 

Dilansir dari detikHealth.com, mereka  yang tidak sadar bahwa dirinya tone deaf atau justru memilih untuk tidak peduli terhadap perasaan orang lain akan berisiko memicu gangguan psikis di kemudian hari. Ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk merespons secara tepat terhadap emosi dan kebutuhan orang lain dapat menyebabkan konflik dan isolasi sosial, yang berdampak negatif pada kesehatan mental.

 

Ella, seorang psikolog menjelaskan bahwa ketika seseorang tidak peduli dengan lingkungannya dan terus melakukan kesalahan, hal itu dapat menghambat kemampuan mereka untuk berinteraksi secara sehat dengan orang lain. Ketika perilaku tersebut tidak diterima oleh masyarakat, hal ini bisa berkembang menjadi masalah psikis yang lebih serius.

Dampak Psikologis dari Tone Deaf

  1. Rendahnya empati. Orang yang tone deaf sering kali memiliki tingkat empati yang rendah, yang dapat mengarah pada kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Dengan ketidakmampuan untuk merasakan atau memahami perasaan orang lain dapat menyebabkan perasaan terasing dan kesepian.
  2. Gangguan kecemasan. Ketidakpahaman terhadap situasi sosial dapat menyebabkan seseorang merasa cemas atau tidak nyaman dalam interaksi sosial. Mereka mungkin merasa tidak diterima atau takut akan penilaian orang lain, yang dapat memperburuk kesehatan mental mereka. 
  3. Depresi. Ketidakmampuan untuk terhubung dengan orang lain dan membangun hubungan dapat menyebabkan perasaan putus asa dan depresi. Orang mungkin merasa terisolasi dan tidak diperhatikan, yang berkontribusi pada penurunan suasana hati. 
  4. Stres sosial. Ketika seseorang terus-menerus berinteraksi dengan orang lain tanpa menyadari dampak emosional dari kata-kata atau tindakan mereka, ini dapat menyebabkan stres baik bagi orang yang tone deaf maupun bagi orang-orang di sekitarnya. Stres ini dapat mengganggu kesejahteraan mental secara keseluruhan. 

Mengatasi Tone Deaf dalam Kehidupan Sehari-hari

  1. Melatih empati. Kamu perlu mencoba untuk memahami perspektif orang lain dengan membayangkan diri kamu dalam posisi mereka. Ini membantu kamu merasakan apa yang mereka alami dan menghindari ucapan yang tidak sensitif. 
  2. Berpikir sebelum berbicara. Kamu perlu meluangkan waktu untuk merenungkan dampak dari kata-kata kamu sebelum mengucapkannya. Pastikan bahwa apa yang kamu katakan tidak akan menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain. 
  3. Memperbaiki komunikasi. Kamu perlu menggunakan bahasa yang inklusif dan sensitif terhadap konteks sosial. Dengan memilih kata-kata yang tepat dapat membantu menciptakan interaksi yang lebih positif dan menghindari kesalahpahaman. 
  4. Terbuka menerima umpan balik. Kamu perlu mendengarkan kritik dan saran dari orang lain mengenai cara berkomunikasi kamu. Ini dapat membantu kamu menyadari area yang perlu diperbaiki dan meningkatkan kepekaan sosial. 
  5. Memahami konteks dan audiens. Kamu perlu mempertimbangkan situasi dan orang-orang di sekitarmu. Dengan memahami sensitivitas topik yang dibahas dapat mencegah komentar yang tidak pantas.

Dengan cara-cara ini, kamu dapat mengatasi dan menghindari sikap tone deaf. Sikap tone deaf perku kita hindari. Dengan melatih empati dapat mencegah seseorang menjadi sosok yang tone deaf. Tentunya, orang yang tone deaf tidak akan disenangi oleh masyarakat. Oleh karena itu, mari bangun kepekaan dan kepedulian dari diri kita.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 82
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?