Majalah Sunday

The Tale of Two Worlds
(Part 9 - Pilihan)

Penulis: Muhammad Dafa Anugrah – Universitas Negeri Jakarta

Luvenia, 2024

Hari itu, Deva duduk di ruang tamu yang sunyi. Suara perdebatan orang tuanya terdengar samar dari dapur. Pekerjaan ayahnya belum kunjung kembali stabil, dan ibunya mulai membicarakan kemungkinan Deva harus berhenti mengikuti kursus komputer demi mengurangi pengeluaran.

Deva seperti terhimpit. Komputer dan dunia Hearts of Luvenia adalah pelariannya, dan juga satu-satunya tempat ia merasa dihargai. Tetapi, kenyataan memaksa dirinya untuk mempertimbangkan apa yang benar-benar penting.

Ia membuka laptopnya, masuk ke game, dan menemukan pesan dari Noir.

Noir: “Dev, aku dengar informasi dari Hydra. Guild Lovers Destiny lagi kena masalah.”

Deva mengernyit. Lalu segera membalas pesan dengan bertanya.

Deva: “Masalah?”

Noir: “Iya, King mengumumkan kalau dia mau mundur dari posisi ketua. Sebagian besar anggotanya lagi memikirkan buat pindah ke guild lain. Nirvana juga.”

Hati Deva terasa terbanting. King adalah alasan utama bertahannya anggota Lovers Destiny, sama seperti Noir di Mythical Fantasies. Jika dia mundur, guild itu mungkin akan hancur. Tapi apa artinya Nirvana pindah? Apakah itu berarti mereka tidak akan sering bertemu lagi?

Deva langsung mengirim pesan ke Nirvana.

Deva: “Aku udah dengar soal King. Sebenarnya dia kenapa?”

Nirvana: “King bilang dia mau fokus sama kehidupan nyatanya. Puffy juga kayaknya ikut pergi sama dia. Aku… nggak tahu harus gimana, Dev. Guild ini udah aku anggap rumahku, tapi tanpa mereka, aku ngerasa kehilangan arah.”

Deva ingin menenangkan Nirvana, tapi dia sendiri tidak yakin apa yang bisa ia katakan.

Hari berikutnya, Noir memanggil semua anggota Mythical Fantasies untuk rapat darurat. “Aku tahu situasi di Lovers Destiny pasti memengaruhi kita juga. Guild itu aliansi terdekat kita, dan aku juga nggak mau ngelihat mereka hancur. Hydra dan aku memutuskan buat menawarkan bantuan. Tapi keputusan akhir ada di tangan mereka semua.”

Hydra langsung mengangguk dan mengajukan solusi. “Kita bisa menerima beberapa anggota Lovers Destiny ke dalam guild kita, terutama yang ingin tetap bersama kita sebagai keluarga.”

Semua anggota terdiam, termasuk Deva. Ide itu masuk akal, tetapi bagaimana jika Nirvana bergabung? Apakah itu akan menyelamatkan hubungan mereka atau malah membuat segalanya lebih rumit?

Beberapa hari kemudian, Deva dan Nirvana bertemu di Azure Meadows. Kali ini, suasananya berbeda. Nirvana tampak lelah, tapi ada tekad di matanya.

Dengan wajah yang cemas Nirvana berkata. “Dev, aku kayaknya bakal keluar dari Lovers Destiny. Tapi aku belum tahu apa aku bakal bergabung dengan guild lain atau berhenti dari game ini sepenuhnya.”

Deva merasa jantungnya berdetak lebih cepat. “Berhenti? Tapi… kenapa?”

Nirvana membalasnya dengan sedikit senyuman pahit. “Aku butuh waktu buat diriku sendiri. Tekanan dari orang tuaku, situasi di guild… semuanya terasa terlalu berat. Aku ngerasa kalau aku tetap bertahan di sini, aku cuma akan semakin terjebak.”

Deva terdiam. Ia mengerti apa yang Nirvana rasakan, tapi ia juga tidak ingin kehilangan satu-satunya koneksi yang membuat mereka tetap dekat. “Kalau itu yang kamu butuhin, aku juga nggak bisa menghentikanmu. Tapi Nir, kamu harus ingat ya, aku bakal selalu ada buat kamu. Di sini atau di dunia nyata.”

Nirvana tersenyum kecil, meski ada air mata di matanya. “Ah, Deva. Kamu mah bikin aku sedih. Makasih ya, aku bakal ingat itu terus kok.”

Beberapa hari setelah itu, keputusan besar datang. Nirvana meninggalkan Lovers Destiny, tapi ia tidak bergabung dengan guild mana pun. Ia memilih untuk fokus pada kehidupan nyatanya.

Di sisi lain, Deva menghadapi pilihan sulit di rumah. Ia akhirnya memutuskan untuk mengambil pekerjaan paruh waktu di sebuah toko elektronik, agar bisa membantu keluarganya. Itu berarti waktu untuk game akan berkurang drastis, tapi ia tahu itu adalah pengorbanan yang harus ia lakukan.

Malam itu, Deva kembali ke Hearts of Luvenia untuk terakhir kalinya sebelum mulai bekerja. Ia menemukan pesan dari Nirvana.

Deva mengetik balasan dengan tangan gemetar.

Dengan itu, Nirvana offline, dan dunia Hearts of Luvenia terasa lebih sepi dari sebelumnya. Deva menatap langit virtual di Azure Meadows untuk terakhir kalinya sebelum log out.

Dunia nyata mungkin tidak seindah dunia game, tapi sekarang ia siap untuk menghadapi tantangan dengan hati yang lebih kuat.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Produk Rekomendasi Sunday

Jaket Varsity

Salah satu outerwear yang sedang tren digunakan oleh kalangan milenial.

Tas Sekolah Terfavorite​

Tas Ransel Canvas

Tas ransel dengan bahan kanvas cocok digunakan sebagai tas sekolah.

Kotak Laci

Laci penyimpanan 2 layer dengan hiasan kelinci.

Post Views: 8
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?