Majalah Sunday

The Tale of Two Worlds (Part 06 - Langkah)

Penulis: Muhammad Dafa Anugrah – Universitas Negeri Jakarta

Waktu berlalu, dan kehidupan Deva perlahan berubah. Tanpa Nirvana, ia mulai memfokuskan energinya untuk hal-hal di luar game. Meski rasa rindu terus menghantuinya, ia tahu bahwa tenggelam dalam penantian hanya akan membuatnya terjebak dan tidak bisa bergerak maju. Dunia nyata, yang sebelumnya terasa begitu dingin dan jauh, kini mulai menunjukkan sisi hangatnya.

Deva mulai aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya, bergabung dengan klub pencinta teknologi, dan bahkan menghadiri beberapa acara sosial yang sebelumnya ia selalu hindari. Teman-teman barunya, meskipun tidak seperti keluarga virtualnya di Hearts of Luvenia, memberinya rasa kebersamaan yang berbeda. Ia juga memperbaiki hubungan dengan keluarganya, meski masalah di rumahnya tidak sepenuhnya hilang.

Setiap kali ia menatap layar komputer, nama Nirvana selalu menghantuinya. Dia sering membuka obrolan lama mereka di dalam game, membaca ulang pesan-pesan yang pernah mereka tukar. “Aku akan menunggu,” pikir Deva, meski ia tidak tahu sampai kapan.

Suatu hari, Noir mengajaknya berbicara di Hearts of Luvenia. Deva masih bermain sesekali, lebih untuk menjaga guild daripada menghabiskan waktu seperti dulu.

“Dev, aku tahu kamu udah melakukan yang terbaik buat melangkah maju. Aku bangga ngelihat kamu nggak lagi terlalu bergantung sama game ini. Tapi aku juga tahu kamu masih mikirin Nirvana.” Ucap Noir sambil menatap Deva.

Deva mengangguk. “Aku juga tahu aku harus terus menjalani hidupku, Noir. Tapi aku nggak bisa ngelupain dia gitu aja.”

Noir tersenyum. “Nah, itu kamu tahu. Aku nggak tahu, tapi ada sesuatu yang mungkin bisa ngebantu kamu.”

Ia mengirimkan sebuah undangan kepada Deva. Undangan itu adalah untuk acara pertemuan para pemain Hearts of Luvenia, yang akan diadakan di kota Suryakara. Noir menjelaskan bahwa beberapa anggota guild Lovers Destiny juga akan hadir, termasuk King dan mungkin Nirvana.

Noir menghela nafas. “Aku nggak bisa janji dia bakal datang, tapi mungkin ini bisa jadi kesempatanmu, Dev. Dunia nyata dan dunia game gak selalu harus terpisah. Kadang, kamu hanya perlu mengambil langkah untuk menjembatani keduanya.”

Hari pertemuan itu akhirnya tiba. Deva merasa gugup, tetapi juga semangat. Acara diadakan di sebuah pusat konvensi, dengan ratusan pemain berkumpul, membawa nama dan cerita mereka dari dunia maya ke dunia nyata. Deva mengenakan kaus dengan logo Mythical Fantasies di bagian depan, berharap bisa bertemu dengan wajah-wajah familiar.

Ia menghabiskan waktu berbincang dengan anggota guild lain, termasuk Noir dan Hydra. Namun, matanya terus mencari sosok yang sudah lama ia rindukan. Hingga akhirnya, di sudut ruangan, ia melihat seorang gadis dengan sweater biru muda yang tak asing lagi. Rambut hitam lurusnya tergerai, dan meski ia tampak sedikit gugup, Deva tahu bahwa itu Nirvana.

Deva mendekat dengan langkah hati-hati. “Nirvana?” panggilnya dengan suara yang hampir bergetar.

Gadis itu menoleh, dan ketika mata mereka bertemu, seolah waktu berhenti. “Deva?” Nirvana tersenyum, meski ada sedikit keraguan di wajahnya.

Mereka berdiri saling berhadapan, tanpa kata-kata untuk beberapa detik. Tetapi kali ini, dunia nyata tidak terasa asing atau menakutkan. Mereka berbicara, awalnya canggung, namun perlahan-lahan rasa nyaman yang mereka miliki di dunia game akhirnya kembali.

Nirvana menjelaskan bahwa ia berhasil meyakinkan orang tuanya untuk memberinya lebih banyak kebebasan setelah menunjukkan prestasi akademiknya di sekolah asrama. “Aku harus membuktikan bahwa aku bisa mandiri, Dev. Tapi aku selalu berharap kita bisa bertemu lagi, di dunia nyata.”

Deva tersenyum lebar. “Aku juga selalu nunggu kamu. Dunia nyata mungkin lebih rumit, tapi aku pikir… kita bisa menemukan cara buat menjalani ini bersama.”

Mereka menghabiskan sisa hari itu berbicara, seperti teman lama yang akhirnya bertemu setelah waktu yang lama. Tidak ada layar yang memisahkan mereka, hanya dunia nyata yang kini terasa lebih hangat.

Pertemuan itu menjadi awal baru bagi Deva dan Nirvana. Mereka masih bermain Hearts of Luvenia bersama, tetapi hubungan mereka kini tidak lagi terbatas pada dunia maya. Di dunia nyata, mereka mulai membangun sesuatu yang lebih nyata—sebuah cinta, yang akhirnya menemukan jalan untuk bertahan di antara dua dunia.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 97
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?