
Sumber gambar: http://shorturl.at/iJOS7
Hai Sunners, kali ini kita bahas tentang bahaya Self Diagnose , tapi sebelum bahas lebih Panjang kalian udah tau kan apa Itu Self Diagnose? Self Diagnose yaitu upaya mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang didapatkan secara mandiri dari sumber-sumber yang tidak profesional, misalnya teman atau keluarga atau akibat menonton film, bahkan pengalaman di masa lalu.
Seharusnya, diagnosis diri hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis profesional.
Apasih dampak bahaya dari Self Diagnose ?
- Salah Diagnosa
Yang pertama pasti yang terjadi banyak yang menganggap Ketika dirinya memiliki pergantian mood yang cepat ( Mood Swing ) melakukan Self Diagnose mengira-ngira memiliki kepribadian ganda ( bipolar ) padahal nyatanya bukan.
- Salah penanganan
Yang pertama sudah salah diagnosa dilanjut tentunya salah penanganan, Menyebabkan gangguan yang dialami menjadi semakin parah. Akibatnya jika salah mengonsumsi obat ilegal. Obat-obatan tersebut, selain ilegal, juga barangkali menimbulkan efek samping, interaksi obat, kesalahan dalam cara konsumsi, hingga kesalahan dosis.
- Menyulitkan komunikasi dengan dokter ahli
Akibat sudah self diagnose dan menunjukan sikap yang tidak percaya karena sudah pre-judgement (penilaian awal) membuat komunikasi dengan dokter ahli menjadi bermasalah, seharusnya tidak usah asal self diagnose tetapi beri tahu saja apa keluhannya supaya dokter dapat memberi informasi yang detail terkait apa yang sedang diderita sehingga bisa tahu penanganan dan penyembuhan yang tepat.
Memicu Stres dan Depresi
Bahaya lain dari diagnosis mandiri adalah Anda mungkin berpikir bahwa tubuh sedang mengalami suatu penyakit yang berbahaya. Misalnya, jika Anda mengalami insomnia, Anda mungkin percaya bahwa hal ini berkaitan dengan kondisi medis seperti gangguan tidur, ADD, dan depresi berat.
Baca lebih lanjut di DokterSehat: Self Diagnosis, Ketika Mendiagnosis Diri Sendiri Bisa Berbahaya | https://doktersehat.com/psikologi/kesehatan-mental/self-diagnosis/
Makanya jangan asal diagnosa ya, untuk lebih tepatnya konsultasi ke dokter ahli !
Penulis : Fildzah Putri Amalia, Politeknik Negeri Media Kreatif