Penulis: Syifa Lisniawati – Universitas Kristen Indonesia
Editor: Afindi Ranika Dewi – UNJ
Diperingati setiap tanggal 1 Muharram oleh umat muslim, tahun baru Islam berbeda dengan tahun baru yang dirayakan berdasarkan dengan penanggalan masehi. Peringatan ini tidak hanya dirayakan oleh ulama, tapi juga oleh seluruh masyarakat seperti orang dewasa, anak-anak, perempuan, maupun laki-laki.
Tahun baru Islam adalah pergantian tahun yang memakai metode penanggalan bulan atau yang biasa disebut Qomariyah, sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekah menuju Madinah. Tahun baru masehi atau pergantian hari yang biasanya terjadi pada jam 00:01, berbeda dengan tahun baru Islam yang dimulai saat matahari mulai terbenam atau munculnya bulan.
Masing-masing daerah memiliki berbagai tradisi untuk menyambut diperingatinya hari tersebut. Apa aja sih perayaan tahun baru Islam? Yuk mari disimak, Sunners!
Adakah pawai obor di daerahmu? pict by nasional.tempo.co
Sudah tidak asing lagi menyambut tahun baru Islam dengan pawai obor ketika memasuki tanggal 1 Muharram. Panitia dari pelaksana acara akan menentukan tempat yang akan dituju dan akan berhenti di masjid lain. Pawai obor biasanya memiliki ciri khas rombongan masing-masing. Selain membawa obor, biasanya anak-anak atau orang dewasa akan menabuh bedug dan membawa alat-alat marawis.
Pawai obor ini punya filosofi lho, Sunners! Filosofi dari pawai ini adalah untuk meninggalkan kegelapan menuju cahaya atau meninggalkan sifat-sifat buruk yang ada di dalam diri manusia.
Mungkin istilah kungkum terdengar asing bagi kalian, tapi di Jawa Tengah istilah ini adalah sebuah tradisi saat menyambut tahun baru Islam. Tradisi kungkum dilakukan untuk memperingati malam 1 Suro pada tanggalan Jawa, yaitu dengan berendam di sungai saat pergantian tahun baru Islam.
Berendam atau mandi malam saat malam 1 Suro dipercaya akan menghilangkan kesialan dan berbagai macam penyakit, serta berserah diri kepada Tuhan agar selalu diberikan rezeki yang lancar dan panjang umur. Bisa juga kalau ada yang mau mencari jodoh.
Tradisi kirab kebo bule, pict by kumparan.com
Tradisi ini juga dilakukan saat malam 1 Suro yang disebut kirab kebo bule. Kebo bule yang diyakini masyarakat Jawa sebagai Kyai Slamet akan diarak keliling kampung. Kirab akan akan diikuti oleh kerabat keraton yang membawa benda pusaka. Uniknya, dalam tradisi ini warga akan beramai-ramai memperebutkan kotoran kebo tersebut karena dipercaya membawa keberkahan.
Tradisi ini merupakan simbol dari introspeksi diri orang Jawa pada saat malam 1 Suro yang dirayakan di Yogyakarta. Biasanya abdi dalem (orang yang bekerja di keraton) akan mengelilingi keraton diikuti oleh warga sekitar. Selama mengelilingi keraton mereka harus melakukan tapa bisu (tidak boleh berbicara atau bersuara), juga tidak boleh makan, minum, atau merokok.
Barik’an, makan bersama ala warga Pati, pict by travel.tribunnews.com
Dalam tradisi barikāan, masyarakat diminta untuk membawa lauk-pauk dari rumah dan setelah itu didoakan bersama. Kemudian makanan yang sudah didoakan akan dimakan bersama-sama. Bertukar lauk-pauk sudah wajib dalam menyambut tahun baru Islam. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Pati, Jawa Tengah.
Laku prihatin adalah kegiatan untuk tidak tidur semalam atau selama 24 jam. Kegiatan ini biasanya diisi dengan acara kenduri (selametan) massal dengan mengadakan pertunjukan wayang kulit untuk setiap tanggal 7 Suro. Tradisi ini sudah menjadi kewajiban masyarakat Brangkal, Klaten, Jawa Tengah. Jika tidak melaksanakan kegiatan laku prihatin, dipercaya masyarakat desa akan mendapatkan musibah bencana karena dianggap tidak menjalankan kewajiban terhadap Tuhan.
Mungkin memang perayaan kali ini berbeda dari tahun sebelumnya. Tapi apa pun perayaannya, yang penting niat kita untuk membersihkan dan mengintrospeksi diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Selamat tahun baru Islam ya, Sunners!
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.