Majalah Sunday

Self-love dan Narsistik? Kita Kenali Bedanya, Yuk!

Penulis: Vanessa Mariana Nggebu – Universitas Pancasila

Kamu lagi asik selfie dan merasa keren setelah melihat foto selfie kamu, kira-kira itu termasuk self-love, bukan sih? Atau jangan-jangan justru narsistik? Mungkin pertanyaan ini sering terlintas di kepala Sunners, apalagi ketika akun media sosial kamu sering dipenuhi dengan postingan pencapaian pribadi orang lain, foto orang lain dengan filter yang menarik, atau postingan tentang teman kamu melakukan traveling ke luar negeri. Tapi sebenarnya, apakah semua itu benar-benar bentuk cinta pada diri sendiri atau justru tanda-tanda narsistik yang tidak kita sadari?

Di zaman yang serba digital ini, mengejar likes dan followers seringkali jadi standar nilai kebanyakan orang. Banyak remaja yang merasa harus selalu tampil sempurna, selalu terlihat bahagia, dan selalu jadi yang paling menarik. Padahal, di balik semua itu, bisa saja kita sedang beralih dari mencintai diri sendiri ke arah yang kurang sehat, yaitu narsistik.

Apa Itu Self-Love dan Narsistik?

Self-love adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri. Ia tumbuh dari rasa penerimaan dan kasih sayang kepada diri, termasuk kekurangan dan kelebihan yang kita punya. Self-love membuat kita menjaga kesehatan fisik dan mental, menghormati batas privasi, dan tahu kapan harus berkata “tidak”.

Sedangkan narsistik, mengacu pada kondisi di mana seseorang memiliki perasaan berlebihan tentang kehebatan dirinya, haus validasi, dan kurang empati terhadap orang lain. Dalam psikologi, narsistik bisa menjadi bagian dari narcissistic personality disorder (NPD) jika sudah sangat ekstrem dan mengganggu fungsi sosial seseorang.

Masih sering bingung bedain self-love dan narsistik? Disini kamu bisa pahami perbedaannya, yuk kita simak bareng-bareng!
Seringkali kita terkecoh dengan perbedaan self-love dan narsistik.Emang apa sih bedanya?

Wah Perbedaannya Tipis, ya? Mirip tapi Nggak Sama

Sekilas, self-love dan narsistik memang terlihat mirip, yaitu sama-sama mencintai diri, suka tampil percaya diri, dan ingin dihargai. Tapi perbedaannya ada di niat dan seperti apa dampaknya.

  • Self-love: Muncul dari dalam diri, membuat kita merasa cukup tanpa harus dibandingkan. Kita bisa mengapresiasi orang lain juga.
  • Narsistik: Muncul dari keinginan untuk dilihat secara superior. Perlu pengakuan eksternal untuk merasa bernilai, dan cenderung menilai diri lebih tinggi dari orang lain.

     

Orang yang benar-benar mencintai dirinya nggak akan menjatuhkan orang lain untuk merasa unggul. Tapi orang yang narsistik cenderung membentuk citra yang sempurna demi mendapatkan validasi dan perhatian.

Mencintai diri sendiri secara berlebihan tidak akan membuatmu terlihat hebat, bisa-bisa kamu jadi merugikan orang lain di sekitarmu.

Apa Saja Dampak Narsistik pada Remaja?

Remaja yang cenderung menunjukkan perilaku narsistik bisa mengalami beberapa dampak negatif, seperti:

  • Sulit menerima kritik, bahkan yang sifatnya membangun.
  • Merasa rendah diri ketika tidak mendapat pujian atau perhatian.
  • Hubungan sosial jadi meregang karena lebih fokus pada citra diri.
  • Mudah terkena stres, cemas, bahkan depresi ketika ekspektasi kamu tidak terpenuhi.
 

Media sosial sering kali memperparah kesehatan mental karena memberi ruang tak terbatas untuk membangun persona yang disukai orang lain. Padahal, kalau semisalnya kita bisa melihat di balik layar, banyak yang sebenarnya merasa kosong, lelah, atau bahkan kesepian.

Gimana Caranya Membangun Self-Love yang Sehat?

Biar nggak kebablasan, yuk kenali cara menumbuhkan self-love tanpa perlu merasa narsistik:

  • Melatih rasa syukur yang kamu punya: Fokus pada apa yang kamu miliki dan rasakan, bukan apa yang orang lain lihat.
  • Jangan takut terlihat ‘nggak sempurna’: Terima diri kamu yang sedang berproses.
  • Kurangi membandingkan diri di media sosial: Ingat, orang hanya menampilkan sisi terbaiknya di sana.
  • Jaga empati: Cintai diri sendiri tanpa melupakan kebaikan untuk orang lain.
  • Bicara baik ke diri sendiri: Belajar berempati untuk memperluas rasa belas kasih kepada diri sendiri ketika kamu sedang di dalam situasi yang kurang baik.

Mencintai diri sendiri itu penting, dan kamu berhak melakukannya. Tapi perlu kita sadari bahwa self-love yang sehat nggak akan membuat kita merasa paling hebat dari orang lain. Justru dari penerimaan diri yang tulus akan ada rasa rendah hati dan kepedulian yang bertumbuh besar terhadap lingkungan sekitar kita.

Yuk, mulai kenali perbedaan antara self-love dan narsistik. Kamu bisa belajar membangun hubungan yang sehat dengan dirimu sendiri, bukan berdasarkan validasi, tapi karena kamu tahu bahwa kamu layak disayangi, tanpa harus jadi sempurna di mata siapa pun.

*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 105