Penulis: Olivia Elena Hakim
Dari mendapatkan beasiswa sebagai mahasiswa berprestasi, hingga pengalaman tak terlupakan di dalam asrama – yuk simak sharing dari kak Iman Setia Harefa, alumni Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Kristen Indonesia.
Iman Setia Harefa, alumni Prodi Pendidikan Bahasa Inggris – Universitas Kristen Indonesia, membagikan pengalamannya.
Majalah Sunday menemui Kak Iman tepat di momen ketika ia sedang memutar kembali perahu kehidupannya – semula kuliah jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, lalu kerja kantoran di Pekanbaru, hingga akhirnya kembali ke dunia pendidikan. Ya, tepat di tahun ajaran baru ini, ia memilih alih profesi menjadi guru Bahasa Inggris di Sekolah Kalam Kudus. “Passion saya lebih kuat di sana,” ujarnya.
Pengalaman kuliah di Universitas Kristen Indonesia sangat membekas bagi Kak Iman. “Yang paling berkesan adalah saat saya meraih predikat mahasiswa berprestasi di semester 1 dan 2, mendapatkan IPK tertinggi,” kenangnya. Sebagai mahasiswa berprestasi, ia mendapatkan sertifikat dan dana untuk mendukung kesehariannya. Prestasi itu terus berlanjut hingga ia lulus dengan predikat “Lulusan Terbaik”.
“Saya sudah tertarik Bahasa Inggris sejak SMP, karena teman saya suka nyanyi-nyanyi pakai Bahasa Inggris, saya jadi pengen juga kan. Tapi saya nggak kepikiran jadi guru,” lanjut kak Iman.
“Nah tapi setelah dipikirkan kembali, saya tuh extrovert orangnya alias banyak bicara dan juga kalau ada teman saya mengalami satu hal, saya biasanya memberikan support. Dari sana akhirnya saya memilih jadi guru saja deh untuk menjadi guide bagi para siswa. Membimbing dan mengajari siswa, itu nggak semua orang sih punya passion seperti itu; tapi saya melihat ada dalam diri saya.”
Apa saran kak Iman untuk para siswa yang lagi mempertimbangkan mau masuk Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Kristen Indonesia juga? “Harus siap full-english, karena kelasnya semua berbahasa Inggris,” tegasnya. “Dosen tidak mengizinkan pakai Bahasa Indonesia, jadi latihan-latihan lagi saja untuk listening dan speakingnya. Biar siap, nggak kaget banget di awal, hehehe!”
“Kami memakai Bahasa Inggris itu tidak hanya di ruang kelas loh, ketika mahasiswa membuat event, dari exhibition sampai gathering, itu MC-ny dari awal acara sampai akhir juga 100% pakai Bahasa Inggris.”
Prodi Pendidikan Bahasa Inggris – Universitas Kristen Indonesia memberikan pengalaman studi yang berkualitas
Namanya proses pilih-pilih kampus, pasti ada momen galau di mana kita ovt, takut terjebak masuk kampus yang toxic. “Nah saya nggak tahu nih komunitas di kampus lain gimana kan… banyak juga kasus yang gimana-gimana. Jadi saya pengen di komunitas yang membuat saya nyaman dan bertumbuh,” sharing kak Iman.
Setelah mencari-cari berbagai kampus, pilihannya pun jatuh di UKI. Padahal saat itu, kak Iman berasal dari Pulau Nias sedangkan UKI di Jakarta. Tapi kak Iman merasa yakin pada pilihannya.
Singkat cerita, kak Iman merantau ke Jakarta dan tinggal di asrama UKI. Sesuai peraturan UKI, mahasiswa dari luar kota yang memutuskan tinggal di asrama, harus berkomitmen 4 tahun, dari awal kuliah sampai lulus, tinggal di sana alias tidak ditinggal-tinggal pulang. Sebuah keputusan besar yang mungkin nggak semua alumni SMA/SMK berani mengambilnya. Menyesalkah kak Iman?
“Saya pernah disapa kawan NTT, yang biasanya walau sama-sama lelaki, menyapa dengan saling menempelkan hidung,” kak Iman tergelak. “Awal-awal saya kaget sekali!” Asrama UKI di mata kak Iman bagaikan Indonesia mini, di mana ia berjumpa dengan orang-orang dari Kalimantan, NTT, Mentawai, hingga Papua. Di sana ia belajar mengenal sifat orang dari berbagai latar belakang yang berbeda dan saling mengenal budaya masing-masing.
“Di asrama, ada sharing untuk saling menguatkan gitu,” ujarnya. “Jadi walaupun kita dapat masalah akademik, keuangan, sosial kita bisa ceritakan di situ. Circlenya nyaman, aman dan kita didoakan. Saya merasa pertumbuhan secara komunitas pun terjalin dengan baik.”
“Ya namanya merantau, ada culture shocknya juga. Tapi akhirnya tercapai cross culture understanding itu,” kenangnya. “Di sana kami benar-benar memaknai Bhinneka Tunggal Ika, bahwa ternyata menyatukan perbedaan memang memerlukan proses.”
FYI, asrama UKI merupakan fasilitas yang memang disediakan kampus bagi mahasiswa penerima beasiswa yang berasal dari luar kota. Untuk fasilitasnya seperti air, listrik, tempat tinggal, kamar semuanya itu tidak dikenakan biaya!
“Hanya saja, untuk biaya makan itu kita ada per bulan iuran belanja bahan pangan 300 ribu. Seminggu sekali kami masak sendiri dengan memakai uang yang dikumpulkan tadi. Ada giliran piketnya, di mana yang bertugas, akan memasak bersama timnya, ramai-ramai gitu,” sharing kak Iman.
“Di asrama UKI, kami belajar satukan hati dan pikiran, hidup berbagi. Misalnya teman kita ini gak punya uang makan nih bulan ini. Nah kami menderita bareng-bareng. Menderita dalam artian, uang makannya pastinya berkurang sehingga kami harus menyesuaikan apa yang bisa dimasak. Ya udah kita sama-sama mengurangi daging. Menderita bareng iya, happy bareng juga iya.”
Setiap mahasiswa berpeluang mendapatkan pengalaman yang kaya di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Kristen Indonesia, termasuk pertukaran pelajar ke luar negeri.
Kak Iman mengenal solidaritas yang terbangun dalam hari-harinya di asrama UKI sebagai salah satu momen hidup tak terlupakan. Tak heran, bahkan para alumni yang sudah berpencar ke hidup dan daerahnya masing-masing pun masih memberikan dukungan. “Jadi banyak sih yang support dari alumni juga, banyak yang sumbang ini-itu.”
“Secara akademik, banyak juga alumni yang sharing-sharing. Terakhir saya ingat, ada alumni yang sharing di prodi Pendidikan Bahasa Inggris, waktu itu dia sudah berkarir sebagai interpreter. Dari sosialisasi sampai pelatihan dari alumni, banyak sih yang mereka lakukan, yang supportif gitu.”
Berbagai kesempatan mencoba hal baru pun terbuka bagi para mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris UKI, melampaui tembok ruang kelas dan asrama. “Saya pernah mengikuti magang di grup Gojek, yaitu di Yayasan Anak Bangsa. Saya magang sebagai analis data,” ujar kak Iman.
Selain kesempatan magang, ada pula pengalaman membantu proses akreditasi kampus yang mengubahkan gaya kerja kak Iman hingga kini. “Aku awalnya nggak suka sama hal-hal administrasi, dokumen, sistem, dll. Tapi saat berkuliah, pernah dilibatkan membantu proses akreditasi Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Banyak banget kan dokumen untuk mempersiapkan akreditasi, tapi setelah dijalani, saya sekarang jadi tersistematis gitu dalam bekerja, dari yang awalnya kacau.”
“Jadi memang UKI sangat membantu bagi anak luar daerah seperti aku, sehingga dibentuk menjadi pemenang; menang dari diri sendiri, menang untuk menghadapi pencobaan, menang untuk menghadapi berbagai masalah yang ada di dunia ini.”
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.