Penulis: Raditya Bhanu – Universitas Brawijaya
“Paragraf Terakhir”
Dua puluh tahun sudah manusia hidup di bawah cengkeraman makhluk bernama Skripsheet
Makhluk raksasa dengan tubuh terbuat dari lembaran – lembaran kertas,
berlapis tulisan-tulisan rumit yang terus bergerak,
seperti naskah yang hidup.
Ia tidak butuh makanan atau tidur.
Ia hanya menuntut satu hal dari manusia: tulisan.
Setiap hari manusia dipaksa menulis.
Laporan, analisis, data, kesimpulan. Dari pagi hingga malam,
pena mereka tak boleh berhenti bergerak.
Yang lambat atau salah menulis akan diserap ke tubuh Skripsheet menjadi bagian dari kulitnya yang terus bertambah tebal.
Dalam dua dekade, dunia berubah menjadi lautan tinta yang tak pernah kering.
Namun manusia mulai lelah.
Di bawah tanah Kota Arsip, sekelompok orang menyebut diri mereka Paragraf Terakhir.
Mereka adalah sisa-sisa penulis yang menolak tunduk.
Ada sekelompok katalisator beranggotakan Bani, Rido, Naim
seorang mantan akademisi yang kehilangan suaminya karena gagal memenuhi “target penulisan mingguan”,
mereka bertekad untuk mengakhiri tirani Skripsheet.
Rido, Bani, Naim berkumpul di dalam goa untuk membicarakan rencana yang mereka akan lakukan.
Mereka pun menatap dinding batu lembap yang penuh coretan di ruang bawah tanah itu
peta dunia lama yang kini hanya tinggal kenangan.
Di tengahnya, terpampang gambar raksasa bertuliskan satu kata besar: “Skripsheet”
“Setiap huruf yang kita tulis memperkuatnya,” kata Bani dengan suara serak.
“Dan selama kita menulis dengan tinta dan pena, kita tak akan pernah menang.”
Di sekelilingnya, anggota Paragraf Terakhir duduk melingkar
wajah mereka suram disinari cahaya lampu minyak.
Ada Rido, sang pembuat tinta yang tangannya sudah berubah hitam pekat karena bahan kimia
Naim, remaja muda yang hafal ribuan kata namun menolak menulis satu pun
Mereka tahu perlawanan fisik takkan berarti.
Puluhan pasukan manusia pernah mencoba menyerang,
namun tinta yang menetes dari tubuh Skripsheet berubah menjadi rantai huruf yang menjerat dan mencekik mereka.
“Aku menemukan sesuatu,” ujar Naim tiba-tiba.
Ia membuka gulungan lusuh dari sakunya naskah kuno bertuliskan bahasa yang tak lagi digunakan.
“Ini bukan tulisan biasa. Menurut catatan lama, ini adalah Monster Hening. Monster yang dapat berkomunikasi tanpa menggunakan pena dan tinta. Kata-kata yang tidak pernah tercatat.”
Bani menimpali “sepertinya kita harus melawan monster ini dengan monster lainnya”

Bani menatap naskah itu dengan hati-hati.
Tulisan di sana seolah bergetar, tapi bukan karena cahaya
melainkan karena maknanya berusaha keluar dari batas kertas.
“Kalau Skripsheet hidup dari tinta,” gumam Rido pelan
“mungkin hanya hal yang tak membutuhkan tinta yang bisa membunuhnya.”
Malam itu, mereka mulai pencarian Monster Hening.
Mereka mencoba mengikuti apa yang ada dalam tulisan naskah tersebut
Mereka mengikuti naskah tersebut dan tertulis dalam naskah bahwa mereka harus mencari benda berbentuk kotak dekat bangunan yang sudah runtuh
Mereka pun segera menuju gedung runtuh di malam hari itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun
mereka pun menggali di setiap penjuru dan ternyata menemukan tanah yang dimaksud tetapi ada pohon penjaga
Mereka diserang oleh berbagai ranting yang menjalar
Naim ditugaskan untuk menggali tanah tersebut
Rido dan Bani berusaha mengalihkan pohon penjaga tersebut
Setelah satu jam menggali Naim menemukan kotak yang tersembunyi dari tanah itu
Dan menghentikan amukan dari pohon penjaga
mereka berhasil mencari sesuatu barang itu
cahaya di langit tiba tiba berubah menjadi gelap
Skripsheet menggantungkan tubuh raksasanya bergetar samar.
“Dia merasakannya,” kata Bani, matanya membelalak.
“Dia menyadari pencarian kita.”
Bani, Rido, Naim bergegas kembali ke dalam goa.
“Kita akan bersembunyi disini terlebih dahulu” katanya.
“Kita akan mencari barang selanjutnya dengan diam. Kita harus bergegas segera sebelum monster itu menemukan kita dan kita tidak punya kesempatan lagi untuk melawan.”
Mereka pun melihat kotak tersebut yang berisi banyak tombol
segera mereka menekan tombol itu yang dimana kotak tersebut adalah monitor.

Dan untuk pertama kalinya dalam dua puluh tahun, dunia mulai sunyi.
Sunyi yang membuat Skripsheet ketakutan.
Mereka bangun dan langsung mencari komponen terakhir yaitu jaringan listrik yang sudah tidak ada
Tanpa berpikir panjang mereka mencari sumber listrik yang tertera di naskah kuno
Mereka mencari buah lalu menyambungkannya pada paku dan tembaga
Lalu disambungkan ke dalam monitor
Kemudian monitor itu berubah menjadi monster yang besar dan memiliki 2 tangan 2 kaki
Setelah bangkit Skripsheet pun menyadari ada monster yang telah bangkit
Skripsheet pun berdiri tetapi semua sudah terlambat
Karena monster tersebut telah menyerang singgasana Skripsheet
Bani, Rido, Naim juga berada di belakang punggungnya
Monster hening mengikuti siapapun yang telah membangkitkannya
Monster Hening mencarikan tempat berlindung kepada Bani, Rido, Naim
Saat mereka bertiga mengevakuasi manusia
Kedua monster itu pun saling serang
Bani, Rido, Naim membawa para manusia untuk pindah dari tempat tersebut menggunakan kapal
Mereka para manusia pun kabur dari tempat tersebut dan tidak pernah tau siapa yang menang diantara kedua monster itu.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
