Majalah Sunday

Sebuah Cerpen - Last Seen

Penulis: Shafa Nurul Azmi Putrisolichat-UPI

Semester baru dimulai, Oka berjalan menuju bangku ketiga yang berada di ujung kelas. Ia tak begitu menyukai keramaian dan lebih menikmati mendengarkan musik dengan earphone kesayangannya. Ia melihat ke sekitar kelas, wajahnya yang datar hanya mengulum ekspresinya, ternyata ia satu kelas dengan gadis yang paling ia benci, Mauren. Mauren adalah anak yang berisik dan selalu ingin menjadi pusat perhatian, ia memutar bola matanya dan duduk memperhatikan jendela, tak lama derap kaki terdengar mendekat, ia menoleh dan matanya terkejut saat melihat siapa yang memilih duduk di sampingnya. Ia tak percaya, Laura, anak menjadi topik pembicaraan karena dirinya selalu menjadi bahan bully Mauren.

“ Ada orang ga disini?” tanya Laura pada Oka, Oka hanya memandangnya dan menggelengkan kepala, ia tak mengerti apa yang sedang dirinya rasakan. Wajahnya sedikit pucat dan terlihat wajahnya dilapisi oleh foundation. Dirasa kehadiran Laura dapat mengundang Mauren, Oka memilih memalingkan wajahnya dan melihat ke arah jendela. Benar saja, Mauren berteriak memanggil Laura, ia tak tahu apa yang terjadi dengan Laura  namun terdengar Laura bangun dari kursinya dan menghampiri Mauren. Sial, ujar Oka dalam hatinya. Ia memejamkan matanya dan hanya terdiam.

Jam pelajaran dimulai, Oka enggan melihat teman sebangkunya, sejak kembali tadi, Oka menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan Laura, ia hanya melihat dari ekor matanya, sepertinya ada yang sudah terjadi dengan kaki Laura, ia tak berani bertanya, ia sudah tahu dengan apa yang terjadi. krek.. krek, suara pensil yang tumpul yang dicoret diatas kertas cukup mengganggu fokus Oka. Ia menghela nafas kasar, padahal baru semester awal, umpatnya.

BUG!

tangan Mauren mendarat di wajah Laura, Oka hanya bisa menutup matanya dan menunduk, tangan nya bergetar. Sadar dirinya tak tahan, Oka lebih memilih pergi dan menyisakan suara pukulan yang secara terang-terangan dilakukan Mauren.Oka bergegas berjalan keluar sekolah, hari pertama sekolah memberikan kesan yang sangat menyeramkan. Oka bukanlah orang yang memiliki kekuatan untuk membela, ia merasa bahwa bertahan di sekolah ini saja sudah sangat beruntung. Sesampainya di rumah, Oka mengela napas kasar dan menjatuhkan tubuhnya ke kasur, ia memandang layar ponselnya dan terlihat notifikasi di grup kelas.

Oka hanya menutup mata dan menutup layar ponselnya. Perasaannya diliputi rasa cemas, takut dan tak tenang. Ia tak begitu menyimak soal pembagian kelas saat itu, jika dirinya tau, lebih baik ia lebih cepat menghindar dari kedua anak tersebut. Sebetulnya Oka sangat menyadari dampak dari bullying, namun ia tak bisa berkata-kata maupun melawan Mauren, Mauren adalah anak dari salah satu pejabat yang memiliki peran penting di sekolah, sejujurnya ia sangat benci dengan Mauren, namun ia justru lebih enggan membahas apalagi berinteraksi dengan Mauren. Membayangkan mukanya saja membuat dirinya merasa ingin menyerah dari sekolah itu.

 

Mauren, kamu anak sinting!

Pagi hari selanjutnya Oka mencoba berpindah posisi duduk, untung saja tersisa kursi satu di bagian belakang, meskipun tempat duduk itu masih di baris yang sama dengan bangkunya kemarin. “ Laura! mana katsu buat sekelas!” belum Oka duduk di kursinya, suara itu membuat seisi kelas kembali menjadi beku. Laura yang sudah duduk di posisi nya lalu berbicara dengan nada gapap, Mauren menghampirinya dan menjambak rambutnya. Semua anak kelas hanya terdiam dan menunduk, sebagian berlari, entah karena takut ataupun tidak tega.

Oka selalu bisa melihat raut wajah gadis itu, rambutnya yang sebetulnya sangat  indah disiram cahaya justru dengan entengnya ditarik dengan penuh cacian dan makian. Oka hanya bisa terdiam. Kejadian itu lalu terjadi berulang, tidak sekali dua kali namun setiap hari.

 

“ Anak miskin ngapain disini?,

 Emang lu punya sepatu olahraga? hahaha, udahlah Laura, nyerah aja lo dari sekolah ini,” suara itu mendekat dari arah luar. Oka kembali menyadari bahwa akan ada sesuatu yang tidak beres, Mauren dan kedua temannya menghampiri Laura, namun Laura tak menghiraukan suara mereka. Mauren Terpancing dan menarik kerah baju dirinya, mendorongnya hingga Laura terjatuh dan wajah cantiknya mengenai lantai yang dingin. Oka benar-benar kaget, ia melihat wajah Laura, sebaliknya, Laura juga memandang kearah Oka. Jantungnya berdegup ketakutan, dan semakin bertambah saat Laura justru memberikan senyuman kepada Oka. 

“Heh, masih bisa lu ketawa? JAWAB!” Mauren memandang Laura yang justru tersenyum dan memandang Mauren, iya justru tertawa. Suara tertawa itu terdengar semakin kencang lalu

BUG, tangan Mauren berhasil mendarat di wajah Laura, ia lalu menoleh ke arah Oka. “heh, lu mau liat disini apa mau ikut gue abisin disini?” ucap Mauren, Oka lalu bangun dan tak melihat Mauren, ia lalu berlari dengan perasaan sangat bersalah. Wajah Oka memerah, menahan tangis, ia berdiri di pinggir kelas lalu menahan tangisnya, ia sangat ketakutan

 Tanggal 13 Desember bertepatan hari ini, Oka menghabiskan waktu menonton series untuk melupakan memori buruknya yang selalu terngiang. Ia memang tak pernah berurusan dengan Mauren, namun menjadi teman sekelasnya adalah suatu yang sangat menyiksa. Saat sedang asyik menonton, Oka merasa perasaannya mengganjal, karena merasa tak enak, ia mencoba bertanya pada salah satu teman yang mengenali Laura saat kelas 2. Oka berhasil mendapatkan nomor Laura,Oka merasa perasaannya mengganjal, karena merasa tak enak, ia mencoba bertanya pada salah satu teman yang mengenali Laura saat kelas 2. Oka berhasil mendapatkan nomor Laura, awalnya ia ragu menghubungi Laura. Lima menit berlalu, Oka akhirnya mencoba meyakinkan dirinya

Hai Lau, lagi apa? anyway, sorry ya yang kemarin, gue ga maksud

Oka mengirim pesan itu dan mencoba menunggu balasan Laura, namun sekitar 10 menit berlalu ia melihat chatnya sudah dibaca oleh Laura, namun Laura tak kunjung membalas sampai 2 jam berlalu ia lupa bahwa Laura belum membalas. Setelah menonton series kesukaannya, ia mencoba menonton channel lain lalu muncul sebuah berita tentang siswi SMA yang ditemukan dengan kondisi kaku di persimpangan jalan, bajunya cukup koyak, badannya lebam, matanya semakin membulat dan jantungnya semakin berdegup kencang saat ia melihat tas yang terlihat di kamera dan ia sangat mengenali pemilik tas dengan gantungan kunci dari rajutan itu. Ia lalu segera melihat layar ponselnya dan membuka roomchat Laura terlihat Last Seen 11.05. Tubuhnya membeku, namun seketika angin berhembus kencang, matanya berair, jantungnya berdegup dan sayup-sayup terlihat bayangan Laura yang memandangnya dari jendela balkonnya. Laura terlihat tersenyum persis pada saat ia terakhir melihatnya.

Oka diliputi rasa menyesal saat siluet itu mulai berjalan mendekat kearahnya seakan ingin mencekiknya. Ya, kini Oka diliputi rasa bersalah sampai rasanya seperti tercekik.

 

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 2