Majalah Sunday

Sebuah Cerpen - Jam Buka Praktik

Penulis: Raditya Bhanu – Universitas Brawijaya

Kisah Kasih

“Nomer Mbah Dukun sudah saya kasih ya bu, tinggal kontak aja dan coba reservasi. Jangan lupa kasih sesembahan biar mulus,”  kata seseorang dalam telepon.

Bu Narsih segera mematikan teleponnya dan bangkit dari sofa ruang utama untuk berjalan menuju kamar anaknya. Dilihat kamar tersebut semi kosong dan hanya tersisa kasur saja. Tiba-tiba ada suara pintu utama rumah terbuka ternyata anaknya dayang yang sangat lesu, letih, lemas. 

“Ohh, kamu sudah pulang nak,” kata bu narsih

“Iya udah,” Tito hanya menjawab singkat dan langsung masuk kamar

Bu Narsih yang semula di depan pintu akhirnya masuk kamar dan duduk di kasur sebelah Tito. 

“Nak, ibu dapat informasi ada dukun yang lebih kuat lagi menangani kamu, kamu mau ya ibu ajak ke sana?”  tanya bu narsih

“Gausah,”  kata Tito.

“Udah tiga bulan kamu berubah jadi werewolf karena ulah ayahmu ini. Ayo nakk!! ibu mohon,”  kata Bu Narsih.

“Ibuuu udahh to buu, gausah nyari nyari dukun lagi Tito udah muak setiap bulan Tito selalu jadi Werewolf. Daripada Ibu nyari dukun,  mending Ibu bunuh aku di hutan. Tito udah gak kuat buuu,” minta Tito.

“Enggakkk!!! Mau kamu jadi werewolf mau jadi apa kek terserah, yang penting kamu tetap anak ibu. Ibu nggak mau kehilangan anak ibu satu satunya. Udah besok tanggal 12 malam sebelum jam 12 malam kita menuju rumah dukun itu. Ibu akan memperjuangan anak Ibu,”   kata bu Narsih.

 

Bu Narsih mengintip kamar anaknya pada pukul 10 malam kemudian mendaftarkan anaknya ke dalam reservasi online Mbah Dukun di saat anaknya telah tertidur pulas.

Bu Narsih kebingungan karena ada 50 halaman formulir online yang harus diisi. Tetapi demi anaknya, Bu Narsih sangat bersedia.

Ada berbagai hal yang harus diisi yaitu foto rumah, foto keluarga, foto diri pasien, ciri-ciri fisiologis, kepercayaan, kapan terakhir mens (bagi perempuan), kapan mandi, kapan terakhir berhubungan badan, kapan memakan durian, kapan memotong kuku, lalu zodiak apa dan masih banyak lagi pertanyaannnya.

Bu Narsih hanya bisa geleng-geleng sekaligus mengernyitkan dahi melihat pertanyaan yang ada dalam formulir online, tetapi Bu Narsih tidak mencurigai apapun itu. Setelah mengisi formulir Bu Narsih mengkonfirmasi kepada kontak yang sebelumnya diberikan dari seseorang dalam telepon.

Terlihat pada kontaknya bertuliskan “Open at 11 pm – 30 minute before subuh.”

Bu Narsih menggelengkan kepalanya setelah melihat kontak yang bertuliskan seperti itu. Dalam hatinya berkata, “Dunia sudah gila.”

Bu Narsih mengkonfirmasikan kepada nomer yang dituju atas pengisian formulir online, kemudian Mbah Dukun membalas untuk bisa datang pada tanggal 12 pukul 11 malam karena jam praktik baru buka setelah pukul 11 malam. Setelah itu nomor telepon Mbah Dukun mengirimkan lokasi yang bisa dilacak dari Google Maps. Tito bangun dan mengintip ke ruang tengah dari tangga melihat Ibunya ketiduran pada sofa dengan laptop terbuka Temudian Tito masuk ke dalam kamar kembali dan memukuli dirinya sendiri.

“Mati aja akuu!! Mati ajaaa!!!” kata Tito.

Bu Narsih, seorang yang ingin datang kepada mbah dukun. Namun hal-hal yang tidak disangka terjadi. Baca selengkapnya "Jam Buka Praktik"

Menuju Mbah Dukun

Tito tidak tahan dengan kondisinya. Ia pun menangis sendiri karena sudah muak melihat dalam kamar yang hanya berisi kasur. Tito pun, teringat dengan dirinya setiap bulan yang berubah dan dikendalikan sama Werewolf tersebut menghancurkan segala perabotan yang ada dalam kamar. Ia merasa tak tega dengan ibunya melihat kondisinya sekarang. Tito hanya bisa menyusahkan ibunya terutama setelah sang ayah telah meninggalkan mereka berdua dan menuntut balas dendam dengan mengirimkan jiwa Werewolf pada diri anaknya.

Ia sangat membenci ayahnya karena begitu jahat ingin balas dendam tetapi menggunakan anaknya. Tito kemudian mengambil smartphone dan melihat wajah dirinya dari kamera depan. Dalam benaknya muncul rasa sangat kasihan pada dirinya tetapi ia merasa aneh kenapa ibunya tidak pernah menyerah kepadanya.

Tito pun berkata  “Untuk ibu aku akan ikuti”

Beberapa hari berselang, kedua orang itu telah menyiapkan diri untuk pergi bersama ke Mbah Dukun pada pukul 9 malam di tanggal 12. Mereka berangkat lebih dulu karena Bu Narsih harus membeli beberapa kue untuk diberikan kepada Mbah Dukun.

Mereka mencari-cari selama satu jam untuk menuju ke lokasi. Akhirnya pun mereka tiba pukul 22.30 malam di depan gubuk dan hanya berdiam diri di mobil. Lalu pada pukul 22.55 mobil-mobil pun berdatangan. Di atas gubuk Mbah Dukun muncul tulisan menggunakan hologram “Jam Buka Praktik” yang menandakan bahwa Mbah Dukun telah buka prakteknya.

Sebelum turun dari mobil Bu Narsih menahan anaknya untuk tidak turun terlebih dahulu karena ingin melihat situasi yang ada terlebih dahulu. Ada 8 mobil pada malam hari itu termasuk Bu Narsih dan Tito. Dari 7 mobil keluarlah para pasien Mbah Dukun yang hampir semuanya memakai baju batik serta ada yang memakai baju dinas bernuansa formal. Kemudian mereka masuk mengantre satu persatu

keluarlah Bu Narsih dan Tito untuk mengantre juga. Setelah mereka masuk mereka sangat kaget karena di dalam gubuk tersebut interior gubuk sangat megah seperti bukan gubuk. Pada setiap ujung ruangan ada vas mahal yang mempercantik ruangan, di langit-langit ada juga plavon unik. Bu Narsih berkata  “pasti harganya sangat mahal”

Lalu munculah ibu pekerja di gubuk tersebut dan menanyakan “Atas nama siapa?” tanya ibu pekerja 

“Tito,” balas bu narsih.

“Sudah memesan secara online ya? Berarti antrean ke-15 ya ibu.”

“Loh bukannya mobilnya ada 7, harusnya mereka antreannya rombongan.”

“Maaf ibu, tidak bisa karena akan ada yang datang lagi nanti dan sudah member card,”  kata Ibu pekerja.

Seluruh orang di ruang tunggu hanya melihat sinis karena bingung sepasang anak dan ibu datang ke tempat dukun keramat seperti itu, sedangkan yang lainnya adalah orang – orang dinas yang ingin mempertahankan jabatannya di pekerjaan.

Bu Narsih hanya bingung Tito pun juga memeluk ibunya dari belakang. Kemudian Bu Narsih berdebat kepada ibu pekerja Bu Narsih juga mengatakan ia telah datang duluan tetapi tetap ditolak karena dia tidak punya member card dari Mbah Dukun.

Bu Narsih memohon untuk bisa masuk klinik sebelum jam 12. Ia takut anaknya berubah menjadi werewolf setelah jam 12 lalu ia teringat pesan dari temannya di telepon. Bu Narsih mengambil kue itu dari mobil dan diberikan ke ibu pekerja.

Ibu pekerja itu pun berkata “Nah boleh ibu nanti ibu masuk ke ruang praktek pukul 23.35 ya.” 

“Terima kasih bu,” kata bu Narsih. 

Pekerja memberikan password wifi dan menyuruh mereka duduk sembari menunggu.  Tito berkata “Emang begini dukun jaman sekarang ya bu?”

Bu Narsih berkata “Ibu juga baru tau di sini keren tapi aneh juga sih.”

Mereka menunggu selama 10 menit dan belum ada panggilan lagi sampai 23.45. Badan Tito sudah mulai panas dingin, bulu-bulu sudah mulai banyak bermunculan, gigi Tito sudah mulai runcing.

Bu Narsih menanyai ibu pekerja “Kok belum dipanggil bu?”

“Maaf ada member card yang baru aja menelpon untuk datang.”

“Tidak bisa dong bu, kan kita udah nunggu dari tadi. Tolong ibu kasihani anak saya butuh berapa untuk bisa jadi member card? Akan saya bayar!” kata Bu Narsih

“Untuk bisa segera masuk mungkin bisa di atas 200 juta mumpung ada diskon ibu untuk member card baru,” kata pekerja.

“Ya udah saya bayar tapi anak saya masuk terlebih dahulu!” dengan geram balas Bu Narsih.

“Ohh, baik silakan masuk,,” kata ibu pekerja.

“Tamu baru,” teriak ibu pekerja kepada mbah dukun.

Bu Narsih dan Tito langsung duduk di hadapan orang yang berkumis tebal seram berbadan gemuk memakai pakaian serba hitam dan sedang bermain mobile legends di smartphone. 

Mbah Dukun menanyai, “Ada apa anak ibu ini? Santet ya pasti? Siapa yang menyantet?”

Tito sudah mulai hilang kesadaran diri dan pingsan.  Mbah Dukun hanya bisa menanyai saja sambil bermain game. Kemudian smartphone diambil dari tangan Mbah Dukun oleh Bu Narsih dan dibuang

“Saya telah bayar banyak untuk ini, tolong layani anak saya yang telah pingsan. Kasihani anak saya yang masih berumur 14 tahun,” kata Bu Narsih sembari mengelap air matanya.

“Oke kalau begitu tambah biaya perbaikan smartphone saya ya, nanti saya kasih nota lalu sama biaya obat juga ada. Tetapi sebelumnya ini ada prosedur terlebih dahulu untuk Ibu bisa pergi ke ruangan sana karena ada yang dibutuhkan untuk menangani pasien,” balas Mbah Dukun. Mbah Dukun mengajak dengan Bu Narsih di suatu ruangan gelap

“Sudah lama kah kasus anak ibu?” tanya Mbah Dukun.

Balas Bu Narsih “ini sudah yang ketiga bulan.”

Mbah Dukun hanya menyepelekan dengan menunjukkan tertawa sinis. kemudian mulai lah Mbah Dukun memulai yang ia sebut prosedur menggoda Bu Narsih sembari mengatakan “Ini prosedur untuk tamu baru.” 

Mbah Dukun berusaha menyentuh badan dari Bu Narsih ttetapi selalu ditangkis oleh Bu Narsih. Sebelum sempat memegang Bu Narsih, muncul suara lolongan seperti serigala tetapi lebih kencang.

Mbah Dukun bertanya dengan bingung “Anakmu kenapa?”

Bu Narsih berkata “Berubah menjadi werewolf.”

Mbah Dukun kaget serta bingung “haaaaaaahhhhh”

Datanglah Tito yang telah berubah menjadi werewolf. Ia membunuh Mbah Dukun seketika,  lalu ia membunuh semua orang yang ada di sana. Terdengar teriakan yang penuh ketakutan

Bu Narsih berlari ke luar sembari menginjakkan kakinya dalam kubangan penuh darah. Werewolf itu pun menghancurkan gubuk itu dengan cepat menghancurkan ornamen-ornamen yang ada di dalamnya. Pada tanggal 13 pukul 12 malam Bu Narsih berdiri di depan gubuk hanya bisa tersenyum melihat anaknya yang sedang menghancurkan gubuk.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 6