Penulis: Alan – SMK Negeri 48 Jakarta
“Mana mungkinlah, itu mah urban legend aja. Mana ada setan nongol siang siang, Lan,” Jawabku mendengar jawaban Truth dari permainan Truth Or Dare. Ya, kami berempat sedang mengisi waktu pulang sekolah sambil bermain di kelas. Alan mendapat giliran, dia memilih Truth. Sedangkan, Ares mengajukan pertanyaan ‘Kamu pernah lihat setan?’
“HAH”, aku terbangun tepat pukul 2 pagi. Mimpi itu begitu nyata. Aku membayangkan bagaimana kejadian itu bisa terjadi. Hangat. Perasaan itu yang aku paling ingat, ketika sosok yang tak jelas memegang tanganku. Kemudian mulai dingin. Rasanya seperti dejavu. Dan aku berteriak sekencang mungkin.

“Oke? Ikutkan lu? Ini film katanya seru, serem deh. Ayolah ikut!” ajak Alan. Sebenarnya aku tak begitu semaniak dia. Ya, tapi film ini cocok mengisi malam Halloween di Oktober ini. Aku mengangguk tanda setuju. “Sabtu siang , depan mall sana. Kita nonton berempat. Ajak cewek lu gapapa, asal jangan mojok nanti ya!” ucapan terakhir, rasanya ingin tertawa sambil mencengkram bajunya.
Hari yang ditunggu tunggu tiba. Risa hendak pergi bersama keluarganya. Setelah memarkirkan motor, aku beranjak masuk mall. Ramai, seperti mall biasanya. Menaiki lift, cepat sekali ke lantai 4. Dari kejauhan, tiga sosok berbaju hitam menunggu sambil memesan tiket. Alan, Ares, dan Panji.
Mohon perhatian! Pintu teater 4 telah dibuka, bagi…… Segera kami memasuki Teater. Wahh akhirnya bisa nonton Film ini. Duduk persis paling di bawah, teater ini ramai penuh penonton. Seperti teater pada umumnya, diawal trailer diputarkan.
Sekilas, film yang ditayangkan menceritakan sosok Pak Tua berkursi roda yang tinggal sendirian di tengah apartemen. Beliau seorang penulis novel horor. Di salah satu scene, dia kedatangan karakter fiksi yang dibuatnya. Semakin mencekam ketika adegan dia gantung diri di kamarnya.

Di pertengahan film, adegan Black Screen berubah jadi wajah karakter fiksi Pak Tua.
“Arrggghhhh” Aku berteriak, adegan yang benar benar menakutkan. Hening yang kurasa. Aku memang penyuka film horor, menurutku adegan ini begitu nyata. Namun, tak ada satupun yang teriak, berbisik pun tak terdengar. Ku menoleh ke belakang dan atas, dan…
Sejenak terdiam. Memandangi mata mereka yang menatapku tajam. Perlahan, aku mundur. Menuju pintu exit. Layar Teater terhenti di sosok Pak Tua. Kucek handphone, 13 panggilan dari Ares dan kupandang Ares. Kalung Salib yang dipakai terbalik. Wanita pemandu memegangku dingin. Menyuruhku duduk kembali. Bersama ‘mereka’ ku selesaikan Film ini, wajahku terpampang di layar tanpa mata.
Usai, aku lari sekuat mungkin keluar dari teater. Berhasil. Segera aku keluar dari mall ini. 10 langkah menuju pintu, 3 orang menatapku tajam. ‘Ares’, di dadanya terpampang kalung Salib terbalik. ‘Mereka’ memaksaku masuk kembali. Urban Legend itu nyata.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
