Penulis: Annisa Deli Indriyanti- Universitas Negeri Jakarta
Danau. Danau alami asli dari mahakarya Sang Pencipta ini sudah lama atau mungkin memang sudah ditakdirkan menjadi tempat tinggal para makhluk hidup dengan warnanya yang netral, tetapi menarik ditambah dengan anggota tubuhnya berupa sayap yang begitu indah. Apalagi kalau bukan makhluk hidup berupa hewan yang sering dipanggil kupu-kupu oleh manusia.
Danau Yellowstone menjadi saksi daripada hewan indah tersebut. Di sanalah kupu-kupu berwarna putih dengan sedikit corak berwarna kehitaman hidup. Turun-temurun kupu-kupu Pieris telah hidup di sana. Banyak generasi baru lahir untuk melahirkan generasi yang lebih baru lagi dan kelahiran mereka juga turut menyempurnakan lingkungan di Yellowstone. Penantian panjang itu pun akhirnya tiba. Ulat yang senantiasa mengubah dirinya menjadi kepompong telah berhasil mengubah dirinya menjadi kupu-kupu putih yang indah, yang siap menghisap nektar bunga berwarna-warni yang tak pernah absen untuk tumbuh di Danau Yellowstone.
Sayangnya, kelahiran kupu-kupu putih yang keluar dari cangkang kepompong ini menghebohkan para kupu-kupu di sana.
“Astaga!!!” teriak salah satu tetua kupu-kupu.
“Bukankah Yellowstone selalu dianugerahi berbagai keindahan?” sahut salah satu tetua kupu-kupu yang lain.
“Biarkanlah ia hidup, kita tidak tahu apakah ia sanggup atau tidak untuk hidup. Setidaknya alam di Yellowstone telah memberikannya kesempatan untuk menjadi bagian dari kita. Biarkan,” balas tetua kupu-kupu yang bijak.
Atas perundingan para tetua itulah Olera dibiarkan untuk hidup. Olera, sama dengan kupu-kupu lain yang hidup di Yellowstone. Berwarna putih dengan sedikit corak hitam. Sayangnya, entah apa yang salah dengan kuasa alam Yellowstone. Penampilan Olera sedikit berbeda dengan yang lainnya.
“Sayap. Sayapku tidak seperti mereka. Apakah kuasa alam di Yellowstone tidak menyukai diriku Ma?” tanya Olera sedih.
“Bukan, bukan seperti itu. Kalau kuasa alam tidak menyukai Olera, tidak mungkin Olera bisa terbang dan hidup di Yellowstone ini,” jawab mama Olera.
Olera lahir dengan penampilan sayap sebelah kirinya yang tidak sempurna. Ada bekas seperti sobekan di sayapnya. Sobekan sayap tersebut bentuknya persis seperti ulah jahat manusia ketika mencoba menyobek sayap kupu-kupu putih di Yellowstone. Malangnya, sobekan di sayap Olera bukanlah ulah manusia, tetapi murni ada sejak Olera keluar dari kepompong.
Olema tak pernah bosan menasehati anaknya untuk selalu bersyukur dan tak berlarut-larut atas kekurangan yang dimilikinya. Olema selaku ibu Olera juga heran mengapa sayap anaknya tidak sempurna seperti dirinya maupun kupu-kupu yang lain. Namun, Olema juga takjub akan kuasa alam Yellowstone karena dibalik ketidaksempurnaan sayapnya, Olera masih bisa terbang tinggi layaknya kupu-kupu kebanyakan.
“Itulah yang patut Olera syukuri,” ucap mama Olera dengan lembut.
*****
Seiring pergantian musim, Olera turut tumbuh kembang. Walau sayap Olera tidak sempurna, dirinya tetap bisa terbang tinggi dan mengepakkan sayapnya dengan lancar. Malangnya, ketika Olera sedang menghisap nektar pada bunga-bunga segar, kupu-kupu yang memang satu spesies dengan Olera tak pernah absen untuk memojokkan Olera atau bahkan tak ada yang ingin berdekatan dengan Olera karena kekurangan yang dimilikinya. Kejadian ini pun baru saja terjadi ketika Olera dan jawaban kupu-kupu lainnya ingin menghisap nektar pada bunga berwarna merah mencolok.
“Hai teman-teman,” sapa Olera kepada kupu-kupu lain.
Sayangnya kupu-kupu lain tidak menganggap Olera ada, mereka menghiraukan Olera begitu saja dan siap terbang untuk mencari nektar pada bunga yang lain. Tidak hanya itu, ketika Olera meminta untuk bergabung mencari nektar, dirinya selalu mendapatkan jawaban yang tidak mengenakkan. Seolah dirinya bukan bagian dari kupu-kupu di Yellowstone.
“Apakah aku boleh ikut bergabung untuk mencari nektar bersama kalian?” pinta Olera.
“Maaf Olera, kawanan kupu-kupu di kelompok kami sudah terlalu banyak dan kami khawatir kamu tidak bisa terbang tinggi seperti kami ketika mencari nektar,” balas salah satu kupu-kupu dengan menohok.
“Ohh baiklah,” balas Olera dengan sedih.
Tak lama kemudian, Olera menangis dan meratapi dirinya. Memikirkan apakah dirinya yang tidak sempurna ini memang layak untuk terbang di tanah Yellowstone dan pantas untuk hidup.
“Hu hu hu, mengapa aku harus lahir dengan sayap yang tidak sempurna. Kalau kata Mama dan para tetua ketidaksempurnaanku harus disyukuri dan diterima, mengapa teman-teman yang lain tidak bisa menerima ini. Hu hu hu hu …” Olera menangis tersedu-sedu. Please
Namun saat Olera menangis, tiba-tiba datang kupu-kupu putih lain yang usianya sama dengan Olera. “Kamu mengapa menangis? Apakah hari ini kamu belum menemukan nektar?” tanya kupu-kupu tersebut.
Olera tidak menjawab, air matanya masih mengalir. Tak lama kemudian, kupu-kupu tersebut baru menyadari bahwa kupu-kupu yang menangis itu adalah Olera. Tak mungkin, kupu-kupu bernama Lema tersebut tidak mengetahui mengenai kondisi sayapnya yang bentuknya tidak sempurna.
“Olera mengapa dirimu menangis? Apakah kau sudah mendapatkan nektar hari ini? Mau mencari bersamaku?” tanya Lema.
“Mengapa kamu ingin mengajakku untuk mencari nektar bersama, bukankah aku tidak sempurna seperti dirimu atau kupu-kupu yang lainnya?” Olema kembali bertanya dan bingung karena Lema mengajak dirinya mencari nektar bersama.
“Apa? Tidak Olera, kamu sama seperti yang lain dan juga diriku. Bukankah kamu juga bisa terbang seperti aku maupun kupu-kupu yang lain. Aku temanmu Olera, kekurangan yang kamu miliki bukan penghalang untuk kita berteman, iya kan?” jelas Lema.
Olera tidak menyangka, masih ada Lema yang bisa menerima kekurangannya. Tidak hanya itu, Lema juga memberikan semangat kepada Olera untuk percaya diri atas kekurangan yang dimilikinya.
“Olera, kamu tidak berbeda kok. Pasti akan ada teman lain yang ingin dekat dengan kamu. Kamu harus percaya diri dan berani untuk melawan mereka yang mengejek kekuranganmu. Ada aku dan lainnya Olera. Mari kita cari nektar bersama,” ucap Lema dengan semangat.
*****
Keberadaan Lema membuat Olera sadar bahwa kekurangan yang dimiliki dirinya, terutama pada bagian sayapnya bukanlah sebuah penghalang untuk membuat dirinya menjadi lebih percaya diri. Tidak hanya itu, Olera juga menjadi pribadi yang lebih berani untuk melawan mereka yang selalu mengolok-ngolok kekurangan Olera.
Berkat Lema, mama, dan mungkin para tetua kupu-kupu, dan kuasa alam Yellowstone, Olera bisa hidup dan terbang tinggi walau sayapnya tidak sempurna seperti yang lain. Yang membuat Olera semakin senang, ia dan Lema bisa mencari nektar bersama dengan kupu-kupu yang lain yang tidak menganggap kekurangan Olera sebagai penghalang atau suatu hal yang aneh.
“Teman-teman kita cari nektar di sebelah utara danau yuk,” ajak Olera.
“Yukk,” balas Lema dan kupu-kupu yang lain.
Olera, Lema, dan lainnya terbang tinggi, bebas, ke sana, ke mari untuk mencari nektar segar dan manis di Danau Yellowstone yang telah menjadi saksi rasa percaya diri Olera terhadap dirinya sendiri.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.