Penulis: Ahmad Syaiful Annas – UNESA
Bait pertama:
Penyair menggambarkan kehampaan yang ditinggalkan oleh seseorang. Kursi kosong, sunyi di pagi hari, dan sisa kopi di meja menjadi simbol kehadiran yang telah tiada namun masih sangat dirindukan. Ada kesan bahwa kepergian itu baru saja terjadi, dan jejak kehadiran orang yang dicintai masih terasa jelas.
Bait kedua:
Bayangan dan senyuman orang tersebut terus hidup dalam kenangan. Meski secara fisik telah pergi, ingatan tentangnya masih sangat kuat dan hadir dalam setiap sudut rumah. Namun, usaha untuk menemukan kembali kehadiran itu hanya berakhir pada kenangan, bukan kenyataan.
Bait ketiga:
Waktu terus berjalan, namun bagi penyair rasanya tidak bergerak. Dunia terasa kosong dan kehilangan arah. Orang yang telah pergi itu begitu penting dialah yang mengajarkan makna cinta sejati. Kini, kepergiannya meninggalkan luka yang dalam dan sulit disembuhkan.
Bait keempat:
Malam hari menjadi saat yang paling menyakitkan, penuh dengan tangisan dan rindu yang tak tersampaikan. Bantal basah adalah simbol dari kesedihan yang tak bisa dibendung. Harapan agar semua ini hanya mimpi berakhir saat fajar tiba dan kenyataan kembali menghantam.
Puisi ini mengungkapkan perasaan kehilangan yang sangat mendalam akibat kepergian orang tercinta. Lewat simbol-simbol keseharian seperti kursi kosong, cangkir kopi, dan sunyi malam, penyair menyampaikan betapa kuatnya kenangan yang tertinggal. Meski waktu terus berjalan, duka dan rindu tetap membekas, menunjukkan bahwa cinta sejati meninggalkan jejak yang tak mudah hilang meski sosoknya telah tiada.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.