Penulis: Ahmad Syaiful Annas – UNESA
Di era digital seperti sekarang, menjaga hubungan dengan sahabat yang tinggal jauh bukan lagi hal mustahil. Namun, meskipun teknologi memudahkan komunikasi, tak jarang rasa rindu dan kehilangan tetap datang menyelinap. Sahabat jauh bukan hanya soal jarak geografis tetapi juga soal waktu, Meski begitu, kehadiran mereka tetap terasa dalam kenangan, pesan singkat yang tak terduga, atau sekadar senyum saat mengingat masa lalu.
Di ujung senja yang redup dan lirih,
kutemukan bayangmu di sela sunyi,
meski jarak membentang seperti laut tak bertepi,
namamu tetap tinggal di hati ini.
Kita tertawa pada musim yang lalu,
berbagi cerita, mimpi, dan rindu,
kini hanya kata yang bisa kutitip,
lewat angin malam yang pelan menyisip.
Sahabat jauh, kau bukan hilang,
hanya terpisah oleh waktu yang lapang,
doaku menjelma perahu cahaya,
menyeberangi malam, mencarimu di sana.
Jika suatu hari langkah bertemu,
aku ingin mendengarmu tertawa lagi seperti dulu.
Namun untuk kini, cukup kuyakini satu hal:
persahabatan sejati tak kenal jarak dan ajal.
Puisi ini menjadi pengingat bahwa persahabatan sejati tidak diukur dari seberapa sering bertemu, melainkan dari seberapa kuat kita menjaga rasa, kenangan, dan doa yang tak pernah putus.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.