Majalah Sunday

Public Image vs Real Life: Saat Couple Goals Cuma Tampak di Media Sosial

Penulis: Asri Jafni Sabrina – Universitas Pancasila

Akhir akhir ini media sosial sedang ramai menjadi pembahasan warganet yaitu tentang hubungan para seleb dan influencer yang viral, Dari yang kelihatan romantis di media sosial sampai berita perpisahan yang mengejutkan. Biasanya setiap kali ada couple goals yang mengakhiri hubungannya publik langsung heboh dan mulai menduga-duga dan menyelidiki siapa yang salah.

Fenomena ini bikin banyak remaja lupa bahwa hubungan tidak hanya sekedar dilihat dari likes dan viewsnya, di balik senyum manis dan caption manis ada hal yang nggak pernah kelihatan dari kamera yaitu realita. Bagi remaja yang sedang memahami cinta, hal ini tentu membentuk ekspektasi yang tidak realistis pada suatu hubungan.

“Couple Goals” di Media Sosial Cuma Sekadar Tampilan

Banyak couple goals yang terlihat sempurna di media sosial dengan senyum manis, caption yang romantis, dan momen bahagia yang bikin iri. Padahal, semua itu sudah dikurasi. Hanya moment moment  terbaik dari hubungan yang ditampilkan, sementara masalah, pertengkaran, atau rasa jenuhnya ditutup rapat-rapat.

Akhirnya, remaja yang melihatnya jadi menganggap hubungan ideal harus selalu bahagia tanpa konflik. Bisa jadi habis posting moment mesra yang terlihat “couple goals” mereka sedang bertengkar lewat chat, intinya sosial media itu bukan cermin utuh dari hubungan seseorang.

Padahal, tidak ada hubungan yang sesempurna itu. Di balik unggahan yang terlihat bahagia, bisa saja ada chat panjang yang berisi pertengkaran atau tangisan yang nggak terekam kamera. Media sosial hanya menampilkan satu sisi dari cerita, bukan keseluruhan bab dari hubungan yang sebenarnya.

Hal ini bisa menimbulkan tekanan yang besar bagi remaja yang sedang menjalin hubungan. Mereka jadi takut terlihat “kurang bahagia” dibanding pasangan lain di dunia maya. Padahal, kebahagiaan yang nyata nggak selalu harus dibagikan ke publik terkadang justru lebih bermakna kalau hanya dimengerti oleh satu sama lain.

Jangan gampang percaya sama hubungan yang kelihatan “goals” di internet! Ada sisi lain yang jarang dibahas dan wajib tahu, Yuk simak disini!

Budaya Oversharing: Saat Cinta Jadi Konsumsi Publik

Sekarang banyak couple goals di media sosial merasa kalau hubungan mereka harus selalu dishare melalui sosial media, entah itu story bareng pacar, video anniversary, postingan romantis pasangan ini, ataupun caption manis yang diuntarkan dalam postingan setiap bulan jadian. Rasa-rasanya jika tidak memosting hubungan mesra publik bisa mengira hubungan sang couple goals ini sedang dalam masalah ataupun nggak harmonis.

Adanya fenomena oversharing ini muncul dikarenakan adanya tekanan sosial, terutama dari suatu komentar dan ekspektasi pengikut. Banyaknya “couple goals” yang akhirnya merasa bahwa mereka perlu tampil sempurna dan mesra dihadapan publik. Namun dibalik semua itu ada sisi capek yang tentunya jarang dibagikan di publik untuk tetap menjaga citra supaya tetap tampak romantis di mata orang lain.

Tekanan ini muncul dari budaya validasi dimana keinginan untuk mendapat pengakuan, komentar, dan likes dari orang lain. Banyak pasangan merasa kalau mereka tidak terlihat bahagia di media sosial, publik akan mengira hubungan mereka sedang bermasalah. Akibatnya, mereka berlomba-lomba menunjukkan sisi paling indah dari hubungan mereka, bahkan jika itu berarti harus berpura-pura di depan kamera.

Namun di balik semua itu, ada rasa lelah yang jarang dibicarakan. Menjaga citra di depan ribuan mata bisa menguras emosi. Pasangan jadi terjebak dalam peran sebagai “couple goals” yang harus selalu harmonis, padahal kenyataannya mereka manusia biasa yang juga bisa salah paham, marah, dan jenuh.

Jangan gampang percaya sama hubungan yang kelihatan “goals” di internet! Ada sisi lain yang jarang dibahas dan wajib tahu, Yuk simak disini!

Media Sosial Bikin Sulit Bedain Nyata dan Pura-Pura

Zaman mulai canggih dan serba AI sekarang hampir semua hal bisa diedit, mulai dari foto, video, bahkan suatu emosi. Media sosial jadi tempat di mana setiap orang yang menggunakan media sosial di mana tiap orang bisa membentuk versi terbaik dari dirinya, termasuk dalam hal hubungan.

Pasangan di media sosial bisa terlihat seperti “couple goals” dan super romantis di depan kamera, padahal bisa saja mereka sedang ada masalah dan harus terlihat baik baik saja di depan kamera. Di sisi lain, karena kita terus menerus melihat suatu hubungan yang terlihat sempurna, pemikiran kita mulai mempercayai bahwa semua itu nyata.

Kita jadi mudah percaya bahwa semua hubungan yang terlihat bahagia di suatu postingan adalah hubungan ideal. Padahal, banyak dari mereka yang mungkin sedang menghadapi konflik serius di balik layar. Remaja yang terus-menerus mengonsumsi konten semacam ini akhirnya memiliki standar cinta yang tidak realistis.

Mereka mengira cinta yang baik harus selalu terlihat sempurna, padahal hubungan yang sehat justru tumbuh lewat kejujuran, komunikasi, dan usaha bersama dalam menghadapi masalah. Jika terus dibandingkan dengan gambaran palsu itu, remaja bisa kehilangan rasa percaya diri terhadap hubungan mereka sendiri.

Dari Cinta Jadi Konten

Banyak pasangan “couple goals” diluar sana yang menjadikan hubungan mereka hanya sebuah konten. Dimana tiap moment bareng harus direkam, diedit lalu diposting. Namun ketika suatu hubungan lebih sering diatur untuk konten daripada dijalani dengan jujur, rasa tulusnya bisa hilang. Rasa cinta seakan akan suatu performa yang harus dilihat banyak orang, bukan perasaan yang dijaga dua orang.

Sekarang cinta tidak hanya dilihat dari rasa tulus, tapi seakan akan harus dilihat dari jumlah likes, views, dan komentar. Banyak couple muda yang menjadikan hubungan mereka sebagai “konten” di media sosial. Mulai dari video anniversary, get ready with me before date, sampai cerita tentang pertama kali ketemu pacar.

Akibatnya, cinta jadi performatif. Semua yang dilakukan terasa seperti naskah ada skenario, ada waktu posting, dan ada target penonton. Hubungan pun jadi kehilangan spontanitas dan keaslian.

Jangan gampang percaya sama hubungan yang kelihatan “goals” di internet! Ada sisi lain yang jarang dibahas dan wajib tahu, Yuk simak disini!

Cinta Nyata Nggak Butuh Validasi Publik

Hubungan nyata bukan hanya tentang siapa yang paling sering muncul di media sosial, namun siapa yang masih ada disampingmu saat kamera dimatikan. Di era media sosial ini, seringkali orang orang merasa hubungan baru benar-benar resmi ketika sudah diunggah ke publik, foto berdua di Instagram, momen kemesraan dengan pasangan atau video tiktok bareng seringkali dianggap sebagai tanda bahwa hubungan itu nyata, namun apakah cinta yang tidak diunggah dianggap kurang tulus?

Sebenarnya cinta sejati merupakan cinta yang tumbuh paling kuat ketika suatu hal tidak bergantung pada pengakuan orang lain maupun publik, hubungan yang sehat ialah hubungan ketika dua orang saling percaya dan menghargai satu sama lain tanpa harus membuktikan apapun ke dunia luar.

Dari semua fenomena yang muncul di media sosial, kita bisa belajar satu hal penting bahwa nggak semua yang terlihat manis di layar itu benar-benar manis di dunia nyata. “Couple goals” yang sering kita kagumi mungkin memang punya momen bahagia, tapi bukan berarti hubungan mereka sempurna tanpa masalah. Media sosial hanya menampilkan sebagian kecil dari kisah cinta seseorang bagian yang ingin mereka tunjukkan, bukan keseluruhan cerita.

Remaja perlu sadar bahwa hubungan yang sehat nggak diukur dari seberapa sering kalian tampil bareng di media sosial, tapi dari seberapa dalam kalian saling memahami dan menghargai satu sama lain. Jadi, mulai sekarang coba deh berhenti membandingkan hubunganmu dengan “couple goals” di luar sana. Nikmati perjalanan cintamu sendiri tanpa tekanan harus terlihat sempurna di mata orang lain.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 62