Majalah Sunday

Pompeii: Kota yang Membeku dalam Abu Vesuvius

Penulis: Melkisedek Raffles – UKI

Pompeii adalah kota Romawi kuno di dekat Teluk Napoli yang tenggelam dalam abu setelah letusan dahsyat Gunung Vesuvius pada tahun 79 M. Letusan ini mengeluarkan awan panas setinggi 33 km dan menelan lebih dari 11.000 penduduk dalam waktu beberapa jam. Abu vulkanik setebal hingga enam meter menutupi seluruh kota, membekukan momen terakhir kehidupan warganya secara harfiah.

Berkat lapisan abu tebal itu, Pompeii menjadi semacam kapsul waktu yang luar biasa. Segala sesuatu — dari rumah, jalan, lukisan dinding, hingga tubuh manusia — membatu dalam posisi terakhirnya. Efek konservasi alami ini memberi para arkeolog pandangan paling rinci tentang kehidupan sehari-hari di zaman Romawi.

Kehidupan Gemerlap di balik Dinding Kota​

Sebelum tragedi, Pompeii adalah kota yang makmur dan penuh hiburan. Dikenal dengan rumah-rumah mewah, pasar ramai, dan pemandian umum besar, kota ini menjadi destinasi elit Romawi untuk bersantai. Mosaik dan fresko yang masih terpelihara menggambarkan kehidupan sosial yang kaya warna — dari pesta anggur hingga perayaan dewa.

Namun, yang paling menarik perhatian adalah distrik Lupanar, area khusus prostitusi di mana dindingnya dipenuhi lukisan erotis. Arkeolog menemukan lebih dari 25 rumah bordil di kota ini, lengkap dengan ranjang batu dan tulisan nakal yang menunjukkan tarif serta nama pekerja seks. Fakta ini memberi gambaran jujur tentang moralitas dan kebiasaan sosial masyarakat Romawi yang terbuka terhadap seksualitas. 

The Eruption of Vesuvious Mountain

Mati dalam Pelukan Abu​

Beberapa jasad yang ditemukan di Pompeii tampak membeku dalam pose yang mengisyaratkan kehidupan mereka sebelum maut datang. Ada pasangan yang ditemukan saling berpelukan, tubuh mereka membatu seolah masih hidup. Bahkan, beberapa di antara korban tampak sedang melakukan aktivitas intim — yang kemudian memunculkan banyak teori dan interpretasi mengenai detik-detik terakhir sebelum letusan.

Para ahli menduga kematian mereka terjadi sangat cepat, akibat suhu awan panas yang mencapai lebih dari 250°C. Tubuh mereka bukan hangus, tapi langsung “menguap” dari dalam, menyisakan rongga yang kemudian diisi plester oleh arkeolog modern. Dengan begitu, bentuk asli dan ekspresi terakhir mereka bisa direkonstruksi dengan menakjubkan.

The Victim of Vesuvius Eruption

Jejak Makanan yang Terawetkan​

Selain manusia, abu Vesuvius juga melestarikan sisa-sisa makanan sehari-hari masyarakat Pompeii. Di dapur dan toko roti kuno ditemukan roti utuh, buah zaitun, anggur kering, serta sisa makanan laut. Roti yang hangus namun masih utuh menjadi ikon temuan Pompeii; bahkan pada beberapa potongan masih tampak bekas irisan pembagiannya.

Penemuan ini membantu ilmuwan memahami pola makan bangsa Romawi. Di pasar dan rumah besar, ditemukan juga amphora (gentong) berisi anggur, minyak zaitun, dan saus ikan khas bernama garum. Sisa karbonisasi bahan makanan memberi petunjuk kuat tentang kesejahteraan ekonomi dan gaya hidup masyarakat kelas menengah Pompeii.

Misteri dan Pelajaran dari Kota yang Hilang​

Pompeii tetap menjadi salah satu situs arkeologi paling penting di dunia. Ratusan tahun setelah ditemukan pada 1748, penggalian masih terus dilakukan dan selalu menambah detail baru tentang budaya, teknologi, dan kesenangan hidup bangsa Romawi. Dari dinding-dinding yang penuh grafiti hingga patung dewa yang nyaris utuh, semuanya menunjukkan betapa maju — sekaligus rapuh — peradaban ini.

Kota yang “membeku dalam waktu” ini mengingatkan dunia modern tentang dua hal: kekuatan dahsyat alam dan betapa cepatnya kemakmuran bisa berubah jadi abu. Pompeii bukan sekadar tragedi, tetapi juga bukti abadi bahwa sejarah selalu meninggalkan pesan bagi mereka yang mau menggali.

Kesimpulan

Pompeii tetap menjadi salah satu situs arkeologi paling penting di dunia. Ratusan tahun setelah ditemukan pada 1748, penggalian masih terus dilakukan dan selalu menambah detail baru tentang budaya, teknologi, dan kesenangan hidup bangsa Romawi. Dari dinding-dinding yang penuh grafiti hingga patung dewa yang nyaris utuh, semuanya menunjukkan betapa maju — sekaligus rapuh — peradaban ini.

Kota yang “membeku dalam waktu” ini mengingatkan dunia modern tentang dua hal: kekuatan dahsyat alam dan betapa cepatnya kemakmuran bisa berubah jadi abu. Pompeii bukan sekadar tragedi, tetapi juga bukti abadi bahwa sejarah selalu meninggalkan pesan bagi mereka yang mau menggali.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 11