Majalah Sunday

Petra - Misteri di Balik Keajaiban Dunia

Melkisedek Raffles – UKI

Di tengah gurun Yordania, tersembunyi sebuah kota yang seolah lahir dari batu. Namanya Petra, dikenal sebagai Rose City karena warna merah muda dindingnya. Dari celah sempit bernama Siq, tiba-tiba muncul pemandangan yang memukau: Al-Khazneh, bangunan megah yang diukir langsung dari tebing batu pasir. Tidak heran Petra dinobatkan sebagai salah satu dari Seven New Wonders of the World.

Jejak Misterius Sang Pembangun​

Petra dibangun oleh bangsa Nabatean sekitar abad ke-4 SM. Mereka diyakini sebagai bangsa Arab nomaden yang bermigrasi dari semenanjung Arab ke wilayah barat laut Arab dan Selatan Levant. Nabatea sangat ahli dalam mengelola air digurun. Mereka membangun sistem kanal, waduk, dan tangki air yang canggih untuk menangkap air hujan dan menyimpannya, yang memungkinkan mereka bertahan di linkungan yang tandus. Letaknya yang strategis menjadikannya pusat perdagangan rute sutra, rempah, dan dupa. Kota ini bukan hanya megah, tapi juga cerdas dalam teknologi: sistem saluran air yang rumit memungkinkan kehidupan di tengah padang pasir.

The design and carving of the iconic 7 wonders building.

Pusat Perdagangan dan Ritual​

Pada masa jayanya, Petra Adalah simpul penting jalur dagang antara Arab, Mesir, dan Mediterania. Rempah-rempah, dupa, dan kain sutra melintas di kota ini. Selain itu, Petra juga punya fungsi religius: banyak bangunannnya diduga sebagai kuil atau makam, menandakan kepercayaan Nabatea yang kaya akan symbol dan ritual.

Sebelum kelahiran agama Islam kedunia, bangsa Nabatea adalah bangsa yang memiliki kepercayaan politeisme, yang berarti menyembah kepada banyak dewa diantaranya; Dushara, yakni dewa tertinggi Nabatea yang dianggap sebagai dewa pelindung. Biasanya digambarkab sebagai batu tegak (betyl), bukan patunng manusia, menandakan kesakralan alam. Al-‘Uzza, dewi kesuburan, cinta dan planet venus. Allat, dewi ibu, kesuburan dan pelindung. Manat, dewi takdir dan kematian dan Hubal, dewa yang beraitan dengan ramalan. 

The heritage of Interior Petra

Mengapa Petra Ditinggalkan?​

Alasan utama mengapa bangunan ini ditinggalkan Adalah karena terjadinnya rangkaian bencana alam gempa bumi besar, terutama pada tahun 363 Masehi. Alasan selanjutnya karena adanya perubahan rute perdagangan, yaitu mereka menemukan efisiensi jalur laut lebih efisien ketimbang jalur darat. Alasan inilah yang menjadikan Petra sebagai pusat yang tidak strategis lagi dan mengurangi vitalitas ekonomi kota.

Funfact-nya Adalah sebenarnya pada tahun 106 Masehi, Adalah tahun terakhir bagi Raja Nabatea (Rabel II) terakhir menjabat sebelum ia meninggal dan kekuasaannya berpindah tangan ke Kerajaan Romawi, yang dianeksasi oleh Kaisar Trajan dan menjadi bagian dari Provinsi Arabia Patrea. Jadi, ketika gempa besar yang melanda tahun 363 Masehi, kaisar yang berkuasa Adalah Kaisar Romawi Flavius Jovianus. Ini juga mempengaruhi ke system kepercayaan mereka. Karena Petra adalah pusat perdagagan, dewa-dewi asing mudah diserap kedalam sistem kepercayaan Nabatea, menjadikan mereka fleksibel, sehingga agama Nabatea terus berubah sesuai interaksi budaya (sinkretisme).

Petra, Kota Hilang yang Hidup Kembali​

Setelah gempa bumi besar tahun 363 Masehi yang merusak system air dan bangunan, Petra ditinggalkan dan dihuni oleh suku Badui lokal dan selama berabad-abad Petra hanya dikenal oleh suku Badui setempat, apalagi saat abad ke-7, ketika Islam mulai menyebar.

Pada tahun 1812, seorang penjelajah Swiss bernama Johann Ludwig Burckhardt menyamarsebagai seorang muslim untuk dapat mengakses kewilayah itu. Ia berhasil “menemukan Kembali” bangunan itu dan melaporkannya ke dunia Barat. Sejak itu, kota batu merah ini mulai dikenal Kembali dan menjadi bahan penelitian arkeolog.

Ketika digali dan diteliti, Petra tidak hanya memukau karena arsitekturnya, tetapi juga karena peninggalannya. Beberapa benda bersejarah yang berhasil ditemukan Adalah; Makam batu dengan ukiran rumit seperti di Al-Khazneh dan Ad-Deir, saluran air dan waduk, yang menunjukkan betapa majunya teknologi hidrolik bangsa Nabatea, artefak kecil (tembikar, patung, koin, dan perhiasan), dan reruntuhan kuil dan jalan berbatu yang dulunya menjadi pusat aktivitas kota. 

Interior the 7 wonders building of Petra

Kini, Petra menjadi situs warisan dunia UNESCO dan tujuan wisata yang menakjubkan. Tapi lebih dari itu, ia berdiri sebagai simbol bahwa sebesar apa pun peradaban, waktu bisa membuatnya rapuh. Petra tetap diam, menyimpan rahasia yang mungkin tidak akan pernah sepenuhnya terungkap.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 4