Majalah Sunday

Pesan Kecil Sang Perisai Hati

   Tengah malam yang dingin dan sunyi ini, Jenderal Nasution, Ibu Johanna dan anak bungsunya Ade Irma Nasution terbangun karena mendengar suara gaduh di rumahnya. Ibu Johanna pun pergi dan mengintip untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Ibu Johanna melihat ada pasukan Tjakrabirawa di depan rumahnya. Ibu Johanna pun menyuruh Jenderal Nasution untuk tidak keluar. Namun, Jenderal Nasution tidak percaya, ia langsung membuka jendela dan disana terdapat pasukan Tjakrabirawa yang mengarahkan peluru dan mengenai kaki Jenderal Nasution. Anak bungsunya tersebut langsung dibawa untuk bersembunyi oleh Mardiyah yang merupakan saudara ipar dari Johanna, namun disaat ingin pergi membuka pintu ternyata terdapat pasukan Tjakrabirawa. Peluru tersebut mengenai tubuh mungil Ade Irma Nasution. 

   Ade Irma yang berlumuran darah itu kemudian digendong oleh Ibunya yaitu Ibu Johanna sampai pasukan Tjakrabirawa pergi dari rumahnya. Sementara itu, Jenderal A.H.Nasution berhasil menyelamatkan dirinya dengan memanjat tembok di belakang rumahnya. Ibu Johanna pergi membawa Ade Irma menuju RSPAD Gatot Subroto, di tengah perjalanan Ibu Johanna pun bertanya kepada anaknya tersebut,

“Ade hidup?” tanya Ibu Johanna.

“Hidup Mama” jawab Ade Irma.

“Ade hidup terus?” tanya Ibu Johanna.

“Hidup terus, Mama” jawab Ade Irma. 

   Di saat Ade Irma dalam keadaan lemah, ia terus menguatkan sang kakak yaitu Hendrianti Saharah Nasution, ”Kakak jangan menangis,” ucap Ade Irma. Dalam kondisi yang sangat lemah, Ade Irma masih mengingat keadaan ayahnya. Di dalam rumah sakit, Ade Irma meminta kakaknya untuk memberikan pesan untuk ayahnya, namun surat itu hilang entah kemana.

   Pada tanggal 6 Oktober 1965 Ade Irma menghembuskan nafas terakhir. Hendrianti Saharah menangis karena ia kehilangan adik kecilnya. Namun di sisi lain, Hendrianti juga masih mencari pesan yang Ade Irma titipkan kepadanya. Di saat acara pemakaman berlangsung tepatnya di pemakaman Kompleks Walikota Jakarta Selatan, seorang perawat yang bernama Siti memberikan surat kepada Hendrianti, “Ini saya temukan di bawah meja, Kak” ucap perawat tersebut. Hendrianti Saharah pun terukir senyum di wajahnya, ia senang karena pesan yang adiknya tulis untuk ayahnya akhirnya berhasil ditemukan setelah ia mencari di semua tempat. 

   Kepergian Ade Irma Nasution meninggalkan duka dalam untuk keluarga terutama ayahnya Jenderal A. H. Nasution yang tak kuasa menahan kesedihan ketika ia berada di depan nisan anak bungsunya tersebut. Di batu nisan tersebut, ia tulis “Anak saya yang tercinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ayahmu” begitu yang Jenderal Nasution tulis. Hendrianti pun menghampiri ayahnya dan memberikan sebuah pesan yang adiknya tulis untuknya. Ayahnya A.H. Nasution pun membuka pesan yang anaknya tulis. Tak sadar air mata jatuh, ia tak kuasa membaca pesan dari anak bungsunya tersebut, isi pesan tersebut berisi “Ayah…Ade sayang Ayah.”

 

 

DIAJENG GENTALIA RIFANI – Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?