Majalah Sunday

Pantangan Memakai Baju Hijau di Pantai Selatan: Asal-Usul Mitos Ratu Kidul

Penulis: Indira Salsabila – SMAN 1 Gebog

Bagi banyak orang, menentukan outfit adalah hal yang paling seru ketika merencanakan liburan ke pantai.  Tapi saat tujuannya Pantai Selatan Jawa, ada satu hal yang sering bikin orang ragu, yaitu pantangan memakai baju hijau. Ada yang menganggapnya larangan, ada pula yang menyebutnya berbahaya. 

Yang membuatnya menarik, pantangan ini bukan cerita belaka. Pantangan ini sudah melekat dalam budaya masyarakat Jawa. Hal itu membuat banyak orang bertanya-tanya. 

Apa sebenarnya alasan di balik larangan memakai warna hijau di Pantai Selatan? Apakah ini hanya kepercayaan turun-temurun? Atau ada penjelasan lain yang lebih logis?

Dalam artikel ini, kita akan mengulik asal-usul mitosnya dan alasan di balik pantangan tersebut.

Asal-Usul Mitos

Mitos nusantara semakin sering muncul di media sosial, termasuk pantangan memakai baju hijau di wilayah Pantai Selatan Jawa. Banyak orang yang mengenal cerita ini dari unggahan viral atau konten kreator yang membahas urban legend.

Legendarisnya sosok Nyi Roro Kidul tidak dapat dilepaskan dari mitos ini. Dalam tradisi Jawa, beliau digambarkan sebagai penguasa Laut Selatan yang memiliki hubungan erat dengan Kerajaan Mataram. 

Cerita tentang Nyi Roro Kidul diwariskan turun-temurun melalui babad, cerita rakyat, dan budaya, sampai akhirnya membentuk kepercayaan bahwa warna hijau adalah warna yang “dikeramatkan” di wilayah kekuasaannya. 

Foto pantai selatan Jawa yang sering dikaitkan mitos Nyi Roro Kidul
Pantai Selatan Jawa yang Terkenal dengan Legenda Nyi Roro Kidul dan Pantangan Memakai Baju Hijau, Picture by canva.com

Jika ditelusuri akar ceritanya, larangan memakai baju hijau sangat erat kaitannya dengan legenda tentang preferensi warna gadhung m’lathi, sejenis hijau khas yang sering dihubungkan dengan Ratu Kidul. 

Beberapa versi legenda menggambarkan beliau mengenakan busana hijau dengan kain panjang berwarna putih di tengahnya. Warna ini diyakini sebagai warna kesukaannya dan menjadi simbol kekuasaan sekaligus identitas kerajaannya. 

Karena itu, memakai warna yang sama di wilayahnya dianggap sebagai tindakan yang kurang sopan atau seolah-olah “menantang” kehadirannya.

Mitos ini berkembang kuat di daerah pesisir seperti Parangtritis, Pangandaran dan pantai-pantai lain yang berbatasan langsung dengan samudra Hindia. 

Cerita lisan menyebut bahwa orang yang memakai baju hijau bisa “dipanggil” atau “ditarik” ke istana gaib Sang Ratu. Di beberapa versi cerita, orang yang hilang di pantai diyakini sedang dijadikan abdi atau pelayan oleh Nyi Roro Kidul. 

Penjelasan Mistis dan Budaya

Kepercayaan yang mengaitkan warna hijau dengan wilayah kekuasaan Ratu Kidul tidak hanya hidup dalam cerita lisan, tetapi juga terbentuk dari cara masyarakat Jawa memandang hubungan mereka dengan alam, laut, dan dunia gaib. 

Di banyak daerah pesisir, mitos ini kemudian menjadi bagian dari identitas sosial. Masyarakat tidak hanya mempercayainya sebagai cerita mistis, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap kekuatan alam yang besar dan tak dapat dikendalikan manusia.

Ilustrasi Nyi Roro Kidul sebagai Ratu Laut Selatan yang identik dengan warna hijau.
Ilustrasi Nyi Roro Kidul, Ratu Laut Selatan yang Dipercaya sebagai Asal-usul Pantangan Memakai Baju Hijau di Pantai Selatan. Picture form Neohistoria

Kepercayaan ini juga diperkuat karena adanya ritual-ritual budaya yang masih dijalankan hingga sekarang, salah satunya yaitu upacara labuhan, yang biasanya diadakan oleh Keraton Yogyakarta dan Surakarta dengan persembahan sesaji ke laut sebagai bentuk penghormatan kepada Ratu Laut Selatan. 

Tak hanya soal mitos atau dunia gaib, tradisi ini juga mencerminkan pandangan budaya bahwa laut bukan sekadar ruang fisik, melainkan wilayah yang memiliki “penjaga” dan harus dihormati.

Dengan alasan itu, pantangan memakai baju warna hijau tetap bertahan hingga sekarang. Banyak orang yang mematuhinya bukan karena takut, tetapi sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya yang sudah hidup ratusan tahun.

Penjelasan Ilmiah dan Logis di Balik Mitos

Meskipun terlihat mistis, mitos ini memiliki penjelasan logis. Warna laut di Pantai Selatan Jawa cenderung kehijauan karena kandungan ganggang, klorofil, serta karakter dasar lautnya. Karena itu, pakaian berwarna hijau bisa “menyatu” dengan warna air, membuat seseorang lebih sulit terlihat jika terjadi kecelakaan di laut.

Selain itu, Pantai Selatan dikenal memiliki ombak besar dan arus yang kuat karena berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Salah satu yang paling berbahaya adalah rip current, yaitu arus balik kuat yang bergerak dari pantai menuju laut lepas. 

Arus ini tidak tampak jelas dari permukaan, tetapi sangat berbahaya karena dapat menarik seseorang ke tengah laut dalam hitungan detik. 

Saat korban terseret arus  dan memakai pakaian berwarna hijau, proses pencarian menjadi jauh lebih sulit bagi tim penyelamat. Karena itu, masyarakat pesisir pada masa lalu mengembangkan pantangan ini sebagai bentuk keselamatan. Kemudian, pesan tersebut diwariskan secara turun-temurun hingga membentuk mitos yang kuat.

Budaya, Logika, dan Cara Kita Memaknai Mitos Hari Ini

Otoritas setempat dari berbagai pihak termasuk petugas SAR dan pengelola wisata sering menegaskan bahwa tidak ada larangan resmi untuk memakai baju hijau di pantai. 

Meskipun begitu, banyak wisatawan tetap memilih untuk tidak mengenakannya. Alasannya beragam, mulai dari menghormati budaya lokal hingga merasa lebih aman.

Sikap ini menunjukkan bahwa generasi muda mampu menempatkan diri di tengah-tengah. Kita bisa berpikir kritis, tetapi tetap menghargai tradisi yang menjadi bagian dari identitas masyarakat.

Bukan karena takut, melainkan karena memahami bahwa setiap mitos lahir dari budaya yang panjang dan punya makna tersendiri bagi masyarakat yang menjaganya.

Dengan cara pandang seperti itu, mitos tidak hanya dilihat sebagai cerita mistis. Tapi juga bisa dipahami sebagai bagian dari warisan budaya yang dulu berfungsi untuk menjaga keselamatan dan menata hubungan antara manusia dan alam. 

Jadi, ketika kamu berkunjung ke Parangtritis atau pantai selatan lainnya, pilihan warna pakaian sebenarnya sepenuhnya ada di tanganmu. 

Yang jauh lebih penting adalah seberapa paham kamu tentang keselamatan laut, potensi bahaya seperti rip current, dan seberapa besar kamu menghormati masyarakat setempat.

Percaya atau tidak percaya adalah pilihan. Namun pelajaran yang tersimpan di balik mitos membuatnya tetap hidup dan menjadi bagian dari identitas budaya Nusantara.

Saat kamu pergi ke pantai, yuk jadi wisatawan yang lebih bijak. Kenali bahaya laut, hargai budaya lokal, dan ikut menjaga warisan cerita yang membuat Indonesia begitu kaya. 

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 3