Majalah Sunday

Paniki: Kuliner Minahasa yang Bikin Penasaran dan Penuh Cerita

Penulis: Adistya Armitayana – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sunners, siapa yang pernah dengar tentang paniki? Makanan Minahasa yang menjadi ciri khas kuliner dari Manado, Sulawesi Utara ini memang punya daya tarik tersendiri. Di banyak daerah di Indonesia, makanan tidak hanya soal rasa, tapi juga cerita yang menyertainya. Paniki adalah salah satu contohnya, kuliner Indonesia yang sering bikin orang penasaran karena menggunakan kelelawar pemakan buah sebagai bahan utama.

Bagi masyarakat Minahasa, paniki sudah lama menjadi bagian dari identitas kuliner mereka. Namun, bagi banyak orang di luar Sulawesi Utara, hidangan ini sering dianggap ekstrem atau menantang. Justru di situlah letak keunikannya, satu hidangan bisa membuka jalan untuk memahami bagaimana sebuah budaya bertahan, berkembang, dan memaknai lingkungannya. Paniki bukan sekadar “makanan aneh”, ia adalah pintu untuk mengenal cara hidup, sejarah, dan keberanian kuliner masyarakat Minahasa.

Apa Itu Paniki?

Paniki adalah salah satu kuliner khas Minahasa yang cukup terkenal karena bahan utamanya bukan daging ayam atau sapi, tapi kelelawar buah. Cara mengolahnya pun nggak kalah unik. Biasanya paniki dimasak dengan bumbu khas Minahasa seperti rica-rica, santan, atau campuran rempah pedas yang aromanya kuat banget. Sebelum dimasak, bulu kelelawarnya harus dibakar sampai bersih mirip proses membakar sate atau babi guling baru kemudian dipotong dan dibumbui.

Makanan ini sudah ada sejak lama, terutama di kampung-kampung Minahasa, di mana masyarakat memanfaatkan hewan yang mereka temui di hutan sekitar. Karena itulah paniki dianggap sebagai bagian dari tradisi berburu dan cara masyarakat setempat menyesuaikan diri dengan alam. Buat mereka, paniki bukan sekadar makanan unik, tapi juga simbol bagaimana budaya dan lingkungan saling terhubung.

Paniki, kuliner Minahasa berbahan kelelawar buah, menyimpan cerita tentang tradisi, kesehatan, dan hubungan manusia dengan alam.
Kelelawar pemakan buah sebagai bahan utama paniki (sumber: Pinterest)

Kenapa Paniki Begitu Penting dalam Budaya Minahasa?

Minahasa dikenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang punya keberanian kuliner paling “anti-mainstream”. Bukan cuma paniki, tapi juga ada hidangan dari tikus hutan, ular, sampai anjing. Namun di antara semua itu, paniki menempati posisi yang cukup spesial. Makanan ini sering muncul dalam momen penting, mulai dari acara keluarga, upacara adat, sampai pesta besar di kampung.

Bagi masyarakat Minahasa, paniki sama sekali bukan sesuatu yang ekstrem. Justru sebaliknya, hidangan ini dianggap simbol kekuatan, ketangkasan, dan hubungan dekat mereka dengan alam. Dahulu, tradisi berburu paniki bahkan jadi momen kebersamaan bagi para laki-laki di komunitas. Jadi bisa dibilang, paniki bukan cuma soal makanan tapi di dalamnya ada cerita sosial, nilai budaya, dan sejarah panjang yang terus hidup sampai sekarang.

Antara Tradisi, Kesehatan, dan Kelestarian Alam

Sebagai kuliner tradisional, paniki menghadapi tantangan di era sekarang. Dari sisi kesehatan, konsumsi hewan liar seperti kelelawar perlu diperhatikan karena potensi penyakit yang mungkin terbawa, sehingga pengolahannya harus benar-benar matang dan higienis. Di sisi lingkungan, kelelawar buah punya peran penting sebagai penyerbuk dan penyebar biji. Karena itu, beberapa wilayah mulai membatasi perburuan untuk menjaga keseimbangan alam. Paniki akhirnya jadi contoh bagaimana tradisi perlu berjalan sejalan dengan edukasi kesehatan dan upaya konservasi.

Di waktu yang sama, ada kepercayaan turun-temurun yang membuat paniki tetap diminati. Banyak orang meyakini daging kelelawar punya manfaat untuk meredakan alergi kulit, bahkan membantu meringankan asma atau sesak napas. Keyakinan ini muncul karena dianggap ada kandungan alami yang mirip dengan senyawa pada obat asma. Meskipun begitu, manfaat ini masih perlu penelitian lebih lanjut. Saat ini, kepercayaan tersebut lebih banyak hidup sebagai bagian dari pengalaman masyarakat dan tradisi lokal yang sudah berlangsung lama.

Paniki, kuliner Minahasa berbahan kelelawar buah, menyimpan cerita tentang tradisi, kesehatan, dan hubungan manusia dengan alam.
Paniki, olahan rempah pedas dengan cita rasa yang khas (sumber: Pinterest)

Paniki menunjukkan betapa luas dan berwarnanya kuliner Indonesia. Walaupun bagi sebagian orang bahan dasarnya terdengar ekstrem, paniki adalah bagian penting dari identitas Minahasa, penuh sejarah, tradisi, dan hubungan dengan alam. Mengenal paniki berarti mengenal lebih dekat kehidupan masyarakatnya. Pada akhirnya, bukan soal setuju atau tidak setuju untuk mencobanya, tetapi bagaimana kita belajar menghargai tradisi sambil tetap memperhatikan kesehatan dan keberlanjutan lingkungan.

Yuk, terus gali cerita di balik kuliner Nusantara. Banyak hidangan yang menyimpan kisah budaya, sejarah, dan identitas—dan semuanya menunggu untuk ditemukan.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 19