Penulis: Millatuzzahroh Karimah
Banyak dari kita tidak menyadari bahwa stress adalah hal yang wajar pada kadarnya, namun jika berujung burnout hal tersebut merupakan tanda bahwa kamu harus melakukan sesuatu untuk mengenali gejalanya dan kemudian mengatasinya.
Secara terminologi merujuk pada respons fisiologis dan psikologis tubuh terhadap tuntutan atau tekanan yang datang dari lingkungan sekitar atau situasi tertentu. Dalam istilah yang lebih teknis, stress dapat dijelaskan sebagai gangguan keseimbangan (homeostasis) dalam tubuh yang disebabkan oleh peristiwa atau situasi yang dianggap mengancam atau penuh tantangan.
Bentuk ancaman tersebut bisa berasal dari tekanan akademik, tekanan pekerjaan, tekanan ekonomi, masalah keluarga, bahkan tekanan karena tuntutan sosial merupakan hal yang akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Hal tersebut merupakan faktor-faktor pemicu stress secara eksternal. Adapun faktor pemicu stress yang berasal dari internal ialah pikiran dan perasaan individu tentang bagaimana mereka menilai atau merespons suatu situasi.
Stress seringkali diasosiasikan sebagai suatu hal yang negatif, namun dalam konteks yang tepat dan dengan intensitas yang moderat, stress dapat memberikan manfaat yang signifikan. Manfaat tersebut datang dari bentuk stres yang memberikan tantangan positif, meningkatkan motivasi, dan mendorong seseorang untuk berkembang.
Meski sekilas terlihat mirip karena pemicunya berasal dari tekanan stress dan burnout adalah dua hal yang cukup berbeda. Mengutip penelitian yang dilakukan Lina (2018) berjudul “Pengaruh Role Stressor Terhadap Burnout dan Perbedaan Burnout Berdasarkan Gender:Studi Empiris pada Mahasiswa” Burnout adalah suatu kondisi mental dimana seseorang merasa dihinggapi kebosanan yang amat sangat untuk melakukan tugas rutin yang monoton dan sudah sejak lama dilakukannya.
Orang yang mengalami burnout akan memiliki kecenderungan untuk bersikap apatis terhadap lingkungan sekitarnya. Kondisi burnout ditandai dengan beberapa indikasi seperti terjadinya kelelahan emosional, berkurangnya motivasi untuk mencapai kinerja yang optimal, dan mengalami depersonalization atau sebuah kecenderungan seseorang kurang menghargai orang lain, bersikap sinis, dan perilaku tidak peduli dengan lingkungan sekitar (Freudenberger, 1974). Kelelahan secara emosional dapat dicirikan dari energi yang berkurang dan semangat kerja yang menurun. Burnout juga ditandai dengan berkurangnya motivasi dan self-esteem.
Secara umum, stres adalah respons jangka pendek terhadap tekanan, sementara burnout adalah kondisi jangka panjang yang terjadi akibat stres kronis yang tidak tertangani. Orang burnout cenderung tidak bisa melihat harapan atau sisi positif dari situasi yang tengah dihadapi.
Penyebab stress ialah tuntutan atau tekanan tertentu yang datang secara tiba-tiba atau sesekali, seperti tenggat waktu atau deadline, ujian, atau masalah pekerjaan sementara dan tekanan sejenis lainnya. Sedangkan burnout disebabkan oleh tekanan atau stres berkepanjangan yang tidak terdeteksi dan dikelola dengan baik, sering kali terkait dengan pekerjaan atau tanggung jawab yang terus-menerus tanpa waktu untuk pulih.
Stres: Dapat meningkatkan energi dan motivasi, meskipun membuat seseorang merasa cemas atau tertekan. Stres sering kali mendorong seseorang untuk bekerja lebih keras atau lebih fokus karena mengkahwatirkan efek dari tekanan yang timbul. Seperti halnya stress yang ditimbulkan karena waktu ujian sudah dekat akan membuat kita lebih semangat dan terpacu dalam belajar
Burnout: Menghasilkan kelelahan fisik dan mental yang ekstrem, membuat seseorang merasa tidak berdaya, kehilangan semangat, dan cenderung tidak produktif bahkan kehilangan identitas diri
Stres: Menyebabkan perasaan cemas, tertekan, atau frustrasi yang bisa datang dan pergi, atau bersifat sementara tergantung pada situasi atau tekanan yang dihadapi.
Burnout: Menyebabkan perasaan apatis, kelelahan emosional, dan sering kali perasaan kebosanan atau ketidakberdayaan, dengan kehilangan minat terhadap tugas atau pekerjaan yang dulu disukai.
Menganalisa setiap emosi yang dirasakan adalah salah satu langkah utama yang bisa kamu lakukan untuk mengenali kebutuhan emosionalmu. Jangan mencoba untuk terus mengalihkan perasaan dengan mencari distraksi karena yang sebenarnya kamu butuhkan adalah memvalidasi emosimu.
Setelah kamu mulai mengenali perasaan yang timbul akibat tekanan yang kamu hadapi cobalah untuk mengambil jeda. Kamu tidak perlu merasa bersalah karena beristirahat, karena istirahat adalah bagian dari produktifitasmu. Menunda waktu istirahat hanya akan membuat tubuh mu menagihnya kemudian di waktu tidak tepat yang tak kamu inginkan.
Berbicara dengan orang lain yang bisa memberikan dukungan emosional, seperti teman, keluarga, atau rekan kerja yang bisa memahami perasaan Anda. Terkadang, hanya dengan berbicara atau mendengarkan perspektif orang lain bisa memberikan kelegaan.
Pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional, seperti konselor atau terapis, untuk membantu mengelola perasaan dan strategi koping.
Cobalah untuk memperbaiki gaya hidup mu dengan mulai berolahraga rutin menjaga pola makan dan memperbaiki pola tidur. Dengan meningkatnya kualitas kesehatan fisikmu akan sangat memengaruhi suasana hati dan kesehatan mental dan emosionalmu,
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.