Penulis: Asri Jafni Sabrina – Universitas pancasila
Pacaran sama temen satu circle itu udah jadi fenomena umum di kalangan remaja. Yang awalnya, dua orang yang sering nongkrong bareng, punya inside jokes, dan sudah saling kenal lama akhirnya merasa cocok satu sama lain. Tapi, hubungan ini bukan cuma tentang dua orang. Circle tempat kalian nongkrong, curhat, dan main bareng juga bisa kena dampaknya.
Sebelum memulai hubungan dengan seseorang yang berada dalam lingkaran pertemanan yang sama, penting bagi remaja untuk memahami potensi dampak positif hingga risiko yang mungkin muncul agar mereka bisa bersikap lebih bijak dalam menjalin maupun mempertahankan hubungan tersebut.
Nah, di artikel ini kita bakal bahas apa aja sisi positif dan negatifnya supaya hubungan tetap sehat, dan nyaman baik hubungan romansa maupun pertemanan.
Karena kalian sudah berteman sebelumnya, proses PDKT biasanya terasa jauh lebih santai dan tidak penuh tekanan. Kedekatan yang sudah terbangun lewat pertemanan ini membuat hubungan terasa lebih hangat dan autentik, karena tidak ada kebutuhan untuk “menampilkan versi terbaik” secara berlebihan seperti saat mengenal orang baru.
Selain itu, rasa nyaman yang sudah terbentuk sejak awal membuat komunikasi jadi lebih mudah. Kalian bisa terbuka tanpa takut dihakimi, bisa bercanda tanpa takut salah tangkap, dan bisa menunjukkan sisi asli diri masing-masing tanpa merasa canggung. Hubungan semacam ini sering berkembang secara natural, bukan karena paksaan, tetapi karena chemistry yang memang sudah ada sejak kalian berteman.
Pacaran dalam circle membuat kamu nggak perlu melewati fase perkenalan yang biasanya cukup melelahkan saat menjalin hubungan dengan orang baru. Kamu dan pasangan sudah berada di lingkungan sosial yang sama, sehingga tidak ada rasa canggung ketika bertemu teman-temannya karena pada dasarnya mereka juga teman kamu sendiri.
Selain itu, karena kalian sudah punya ritme pertemanan yang sama, kamu tidak perlu repot menyesuaikan diri dengan pola komunikasi baru atau gaya interaksi yang berbeda. Kamu sudah tahu cara circle kalian bercanda, tahu batasan obrolan, dan sudah terbiasa dengan suasana nongkrongnya. Semua itu membuat masa awal pacaran jadi lebih ringan, tanpa perlu khawatir dituntut untuk beradaptasi dengan hal-hal baru.

Salah satu keuntungan paling terasa ketika pacaran dalam circle adalah keberadaan support system yang lebih solid. Teman-teman yang sudah lama mengenal kalian berdua biasanya lebih paham karakter masing-masing, sehingga ketika kamu dan pasangan mulai menjalin hubungan, mereka dapat memberikan dukungan dengan cara yang lebih tepat.
Mereka tahu bagaimana kalian biasanya bersikap, apa yang kalian suka atau tidak suka, serta bagaimana kalian biasanya menyelesaikan masalah. Pemahaman ini membuat saran atau masukan dari teman-teman terasa lebih relevan dan objektif, bukan sekadar komentar dari orang luar yang tidak memahami situasinya secara menyeluruh.
Pasangan yang berawal dari pertemanan biasanya memiliki kecocokan yang lebih kuat dibanding hubungan yang dimulai dari orang asing. Karena sudah bertahun-tahun berada dalam circle yang sama, kamu dan pasangan cenderung memiliki nilai, humor, kebiasaan, bahkan gaya hidup yang sejalan.
Hal-hal kecil seperti cara kalian memandang hubungan, cara menyelesaikan masalah, hingga preferensi aktivitas nongkrong sering kali sudah sinkron sejak awal. Keselarasan ini membuat hubungan terasa lebih stabil, karena tidak banyak kejutan besar yang perlu dihadapi ketika memasuki fase pacaran.

Ini adalah risiko terbesar dan paling sering terjadi ketika pasangan berasal dari circle yang sama. Saat hubungan berakhir, rasa canggung biasanya tidak hanya dirasakan oleh mantan pasangan, tetapi juga seluruh circle yang ikut terdampak atmosfernya. Nongkrong yang tadinya terasa santai bisa berubah jadi penuh ketegangan karena kedua pihak mungkin belum siap berada dalam satu ruangan yang sama.
Teman-teman dalam circle pun bisa merasa terbebani karena takut salah bersikap, khawatir dianggap memihak salah satu pihak, atau justru terjebak dalam konflik yang seharusnya hanya terjadi antara dua orang.
Pacaran dalam circle sering membawa perubahan kecil yang lama-lama terasa besar. Saat seseorang mulai menjalin hubungan dengan teman satu circle, fokus dan perhatian mereka biasanya akan sedikit bergeser.
Interaksi dalam kelompok yang awalnya seimbang bisa menjadi tidak merata karena pasangan lebih sering bersama, lebih tertutup, atau lebih memperhatikan satu sama lain dibanding teman lainnya. Teman-teman yang dulu sering menjadi tempat curhat atau partner nongkrong bisa merasa tersisih atau kehilangan kedekatan yang sudah terbentuk sebelumnya.

Pacaran satu circle sering kali membuat masalah kecil dalam hubungan menjadi bahan pembicaraan di antara teman-teman. Bukan karena circle ingin ikut campur, tetapi karena semua orang berada di ruang sosial yang sama sehingga lebih mudah mengetahui ketika ada sesuatu yang berubah dari perilaku pasangan.
Misalnya, ketika salah satu terlihat murung saat nongkrong, ketika pasangan tiba-tiba menjauh, atau ketika ada tensi kecil yang tidak sengaja terlihat. Hal-hal seperti ini bisa memicu gosip internal yang kemudian semakin memperkeruh suasana.

Salah satu tantangan terbesar dalam pacaran satu circle adalah menjaga privasi. Karena kalian sering berada di tempat yang sama dan berinteraksi di depan grup, banyak momen pribadi yang sulit disembunyikan. Teman-teman bisa dengan mudah mengetahui kapan kalian lagi romantis, kapan sedang berjarak, atau bahkan ketika ada masalah yang tidak ingin dibahas secara terbuka.
Kondisi ini sering membuat salah satu atau kedua pihak merasa tidak punya ruang untuk memproses masalah secara tenang. Setiap perubahan kecil dalam hubungan bisa terbaca oleh circle dan memicu pertanyaan atau asumsi yang sebenarnya tidak kalian butuhkan. Privasi yang terbatas ini juga membuat pasangan rentan merasa tertekan, terutama jika salah satu tipe orangnya lebih introvert atau tidak nyaman membahas hal-hal pribadi di lingkungan sosial
Pacaran dalam circle sering kali menempatkan teman-teman dalam posisi yang sulit, terutama ketika pasangan mengalami konflik. Teman bisa merasa terdorong untuk menjadi penengah atau tempat curhat bagi salah satu pihak atau bahkan keduanya. Ini dapat membuat mereka merasa terjebak, apalagi jika kedua pihak memiliki hubungan pertemanan yang sama-sama dekat.
Tekanan ini bisa menjadi beban emosional. Teman takut dianggap memihak, takut nasihatnya salah, atau bahkan takut membuat situasi semakin buruk. Pada akhirnya, mereka bisa menjadi stres sendiri karena harus menjaga relasi sosial yang kompleks.
Pacaran sama teman satu circle bisa jadi nyaman dan dekat, tapi tetap punya risiko bikin suasana pertemanan berubah. Kuncinya ada di komunikasi dan saling jaga batas biar hubungan tetap sehat. Sebelum mulai, pikir lagi siap nggak kalau hubungan ini ngaruh ke circle kalian? Pastikan keputusanmu bikin semuanya tetap nyaman.
*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
