Penulis: Siti Hutami Mahmudah – Universitas Negeri Jakarta
Editor: Alfira Damayanti Rahman – Universitas Negeri Jakarta
Pergaulan remaja selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan, baik dari sisi sosial maupun sisi psikologi.
Masa remaja merupakan masa-masa peralihan di mana pada masa itu, individunya belum bisa menilai secara keseluruhan mana yang baik dan buruk untuk dirinya. Mereka seringkali memerlukan campur tangan dari orang lain sebelum menentukan pilihan. Hal ini menyebabkan banyak yang menaruh perhatian lebih kepada pergaulan remaja karena pola pikir mereka yang masih dianggap rentan dan opininya yang masih mudah tergiring.
Sunners! berbicara tentang pola pikir remaja, dalam psikologi ada istilah bernama Mob Mentality dan Peer Pressure.
Mental gerombolan (Mob mentality) adalah sebuah pola pikir di mana seorang individu cenderung mengimitasi atau mengikuti keadaan di sekitarnya. Mental ikut-ikutan juga sering dikenal dengan sebutan mental crowd dan herd behaviour, yang dalam bahasa Indonesia bisa juga diartikan sebagai mentalitas kawanan atau perilaku kawanan.
Remaja yang terpengaruh oleh mob mentality hanya akan ikut-ikutan apa saja yang diputuskan oleh teman sekelompoknya. Biasanya remaja tersebut juga tidak paham latar belakang atas keputusan yang telah diambil oleh kelompoknya itu. Remaja yang terpengaruh oleh mob mentality mungkin memiliki pandangan yang berbeda dari kemauan mayoritas, tetapi ia memilih untuk mengikuti kemauan teman-temannya.
Contohnya seperti saat terjadinya unjuk rasa. Sebagian remaja tetap memilih untuk ikut turun meramaikan unjuk rasa, meskipun mereka tidak memahami secara rinci tentang sesuatu yang didemokan tersebut.
Tekanan sosial (Peer pressure), yaitu tekanan yang muncul dari lingkungan sekitar dan secara tidak langsung mempengaruhi pola pikir kita. Peer pressure pada remaja lebih meresahkan karena seperti yang telah dibahas sebelumnya, pola pikir remaja masih rentan dan sangat gampang untuk digiring. Seorang remaja akan melakukan apa pun supaya bisa tetap diterima oleh kelompoknya dan tidak dikucilkan.
Tekanan sosial yang terjadi pada remaja di antaranya seperti tekanan penampilan, tekanan prestasi, dan mungkin juga tekanan pasangan. Dalam masyarakat dikenal yang namanya beauty standards. Seorang remaja yang mementingkan penampilan akan berusaha memenuhi kriteria beauty standards supaya bisa diterima oleh masyarakat. Lalu untuk remaja yang mementingkan akademis, ia akan berusaha agar bisa menjadi yang paling pintar.
Pola pikir milik sebuah kelompok (Mob Mentality) dapat mengakibatkan tekanan sosial pada seorang individu (Peer Pressure). Nah untuk menghindar dari yang namanya mob mentality dan peer pressure, yang perlu dibangkitkan adalah prinsip pada diri kita, Sunners! Dengan berpegang pada prinsip diri, maka kita tidak merasa perlu untuk ikut-ikutan atau tertekan dengan lingkungan sekitar.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.