Penulis: Anggita Triyana Herawati – UGM
Budaya Jawa dikenal kaya akan tradisi yang sarat dengan nilai-nilai spiritual dan kepercayaan terhadap hal-hal gaib. Beragam ritual, upacara adat, hingga simbol-simbol tertentu sering kali mencerminkan hubungan masyarakat Jawa dengan dunia lain. Kepercayaan terhadap mitos, energi mistis, dan kekuatan alam menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Salah satu tradisi yang sangat erat kaitannya dengan hal ini adalah Malam 1 Suro. Apa saja mitos 1 Suro? Yuk, cari tahu!
Tradisi Malam 1 Suro yang eksis dalam budaya Jawa tidak dapat dipisahkan dari Sultan Agung, loh, Sunners. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Kerajaan Mataram Islam mulai menggunakan sistem penanggalan kalender Jawa, yakni perpaduan antara kalender hijriah dan kalender saka. Adapun 1 Suro merupakan hari pertama dalam kalender Jawa yang dalam kalender hijriah bertepatan dengan peringatan tahun baru Islam, tanggal 1 Muharram.
Bulan Suro diyakini sebagai bulan yang sakral. Bulan pertama dalam kalender Jawa ini menjadi pembuka tahun yang baru. Pada tanggal 1 Suro, masyarakat Jawa yang masih menjunjung tinggi tradisi banyak melakukan perenungan. Mereka memanfaatkan waktu dengan berdoa dan berintrospeksi diri. Malam sakral ini juga dianggap sebagai waktu untuk menyucikan hati dan pikiran agar menjadi pribadi yang lebih baik di tahun yang baru.
Banyak orang yang menganggap bahwa energi atau hawa pada malam 1 Suro sangat kuat dan mencekam. Konon, para makhluk gaib dan roh leluhur sedang ramai-ramainya berkeliaran di bumi. Oleh karena itu, terdapat berbagai pantangan dan mitos yang menyelimuti sakralnya malam 1 Suro.
Pada malam 1 Suro, ada pamali keluar rumah. Masyarakat percaya bahwa energi alam pada malam 1 Suro dapat mendatangkan kesialan. Hal serupa juga menjadi alasan dibalik larangan pindah atau membangun rumah dan mengadakan hajatan pada malam tersebut. Selain itu, ada larangan berkata buruk dan kasar sebab perkataan tersebut nantinya akan menjadi kenyataan.
Malam 1 Suro juga kerap dihubungkan dengan ritual mendapat kekayaan instan, contohnya pesugihan dan babi ngepet. Kepercayaan tentang energi mistis yang melonjak pada malam 1 Suro semakin mendukung anggapan itu. Kesakralan malam 1 Suro digunakan sebagai waktu yang pas untuk mengadakan ritual dan mencari tumbal. Dalam konteks ini, malam 1 Suro dapat dikatakan sebagai pembawa keberuntungan yang mungkin mendatangkan petaka.
Ada film Indonesia yang mengangkat unsur malam 1 Suro, yakni Satu Suro. Film ini disutradarai oleh Anggy Umbara dan dirilis pada 7 Februari 2019. Cerita berfokus pada Adinda (Citra Kirana) yang sedang hamil besar dan baru pindah ke rumah terpencil bersama suaminya, Bayu (Nino Fernandez). Di rumah baru, Adinda mulai mengalami gangguan dari makhluk gaib. Kemudian ketika kontraksi, Bayu membawa Adinda ke rumah sakit. Sesampainya di sana, mereka terkejut setelah mengetahui rumah sakit itu sudah tidak lagi beroperasi karena kebakaran di masa lalu.
Film Satu Suro menggabungkan elemen mitos 1 Suro dengan kisah horor modern. Berdasarkan film ini, pengalaman mencekam dialami Adinda dan Bayu yang pergi keluar rumah pada malam 1 Suro. Banyak adegan dalam film ini yang siap membuat bulu kuduk berdiri. Apakah Sunners berani nonton?
Meskipun terkesan tidak logis, pamali dan mitos memiliki peran penting sebagai pengingat dan pengontrol tingkah laku masyarakat. Tradisi malam 1 Suro beserta pamali dan mitosnya yang masih ada hingga kini menunjukkan bahwa budaya dapat tetap hidup selama diwariskan kepada generasi penerus. Hal ini menegaskan pentingnya pelestarian budaya di tengah kemajuan zaman. Dengan demikian, identitas masyarakat dapat dipertahankan.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
Dengerin Podcast
Penasaran? Yuk, tonton sekarang di YouTube!
Lampu LED portable yang dilengkapi tiang lampu fleksibel dan cahaya yang bisa disesuaikan.