Penulis: Melkisedek Raffles – UKI
Marie Antoinette adalah ratu terakhir Prancis dalam sistem pemerintahan monarki Perancis. Ia adalah ikon dari Revolusi Prancis yang terjadi pada 16 Oktober 1793. Seperti seekor ayam di tengah kawanan itik, seperti itulah seorang Marie Antoinette waktu pertama kali menginjakkan kaki di Versailles. Karena adanya ketegangan politik antara Austria – Perancis maka putri dari Maria Theresia dinikahkan berlandaskan politik, alih-alih memperkuat aliansi antara kedua negara tersebut, yang membuat masyarakat Prancis saat itu sudah antipati dengannya.
Di bawah kekuasaan Raja Louis XIV para bangsawan seakan dimanjakan dengan harta kerajaan yang membuat ketimpangan antara bangsawan dan rakyat jelata sangat besar. Ada juga hal-hal yang tidak lazim selama masa kedudukan Raja Louis dan Ratu Antoinette. Antoinette menjadi trendsetter atas gaun-gaun yang semakin hari, semakin besar dan rumit. Ia juga dikenal sebagai miniatur wig berjalan! Karena gaya wig-nya yang sangat besar dan kadang dibentuk seperti perahu, hingga dijadikan sarang burung.
Adapun perasaan lelah seorang Marie Antoinette yang hidup sebagai orang yang bergelimang harta dan tahta, ia menyuruh suaminya untuk membangun suatu replika desa yang lengkap dengan ladang dan irigasi untuk ditempati Antoinette dan sahabat-sahabatnya, lalu berpakaian seperti rakyat jelata dan mulai berkebun dan menjadi gembala, agar ia merasakan bagaimana menjadi orang susah. Bukankah itu aneh?

Sama seperti yang baru-baru ini terjadi di Tanah Air, pajak yang melambung tinggi meluapkan amarah rakyat seperti air yang dimasak mendidih menggunakan tungku bara api yang menjalar. Tak hanya itu, bahan pangan yang selalu naik, kelaparan, penyakit dan kesejahteraan rakyat yang menurun semakin menambah api kemarahan. Bayangkan ketika seorang ibu di pelosok Paris harus rela mengantre berjam-jam hanya untuk sepotong roti yang harganya sudah melonjak.
Rakyat kecil yang sudah kehilangan harapan akhirnya menjadikan ratu mereka sebagai simbol penderitaan dan kesengsaraan rakyat, ia dituduh buta hati, seolah masa bodoh dengan mereka. Dari sinilah lahir kalimat sinis “Qu’ils mangent de la brioche, yang berarti “Biarkan mereka makan kue”. Ditambah lagi dengan skandal “The Diamond Necklace Affair”.

Perkenalkan! Namanya adalah Jeanne De La Motte Valois , dia Adalah wanita yang bertanggung jawab atas skandal Marie Antoinette, menyebabkan revolusi Prancis meletus. Di antara semua gosip dan kebencian rakyat, ada satu cerita yang benar-benar menjerat nama Marie Antoinette, yaitu skandal kalung berlian.
Bermula pada Raja Louis XV, mertua Antoinette yang merancang kalung berlian ke seorang pengrajin perhiasan, Charles Auguste. Kalung ini hanya ditujukan ke selir atau gundiknya, Madame Du Barry. Karena kemegahan dan kekompleksan, kalung ini memakan waktu bertahun-tahun dalam pembuatannya dan sayangnya Raja Louis XV wafat sebelum kalungnya selesai.
Kekalutan menyelimuti Auguste, karena kalungnya belum selesai tapi Raja Louis ke-15 sudah tiada. “Siapa yang akan membayar kalung semahal ini nantinya?” Pikir Auguste. Lalu ia mencari jalan keluar dengan menjualnya ke anaknya, Louis XVI, untuk diberikan ke istrinya sebagai hadiah. Tapi, Antoinette menolak dengan alasan itu adalah kalung haram, karena awalnya ditujukan ke sang gundik mertua.
Lalu skandal berlanjut ke Kardinal De Rohan, seorang kardinal di Versailles dan simpanan De La Motte. De La Motte bersurat dengan Kardinal De Rohan sebagai Marie Antoinette. Ia berpura-pura menyukai Kardinal De Rohan, hingga menyewa perempuan asing dalam penyamarannya. Dalam salah satu suratnya, De La Motte menyuruh Kardinal untuk membeli kalung dari Auguste dan merahasiakan identitasnya.
Kalung tersebut diserahkan ke suruhannya Jeanne yang dikira suruhan dari Antoinette dan dipereteli dan dijual secara terpisah. Saat Auguste menagih ke Antoinette, ia bingung karena dirinya tidak merasa membeli kalung itu. Hal ini membuat Auguste kesal dan permasalahan ini mencuat ke permukaan dan menyebar ke seluruh penjuru Prancis.

Tahun 1789, kemarahan rakyat pun tak terbendung! Rakyat berkumpul di Istana Versailles beraliansi dengan tentara Prancis, karena memiliki latar penderitaan yang sama. Mereka menahan keluarga kerajaan dan mengeksekusinya dengan guillotine. Pertama sahabatnya, Princess De Lamballe pada September 1792, lalu suaminya pada 21 Januari 1793 dan terakhir dia sendiri pada 16 Oktober 1793.
Setelah eksekusi Marie Antoinette, terbitlah Masa Teror (Reign of Terror) selama dua tahun yang dipimpin oleh Maximilien Robespierre dan kaum Jacobin radikal. Ketika teror makin kejam, rakyat sadar bahwa mereka tidak memperoleh kebebasan, melainkan hidup dalam ketakutan. Dari sini muncul rasa simpati baru terhadap mendiang Ratu Marie Antoinette. Ia bukan hanya dilihat sebagai ratu yang gemar pesta dan gaun, melainkan korban propaganda, fitnah, dan politik kekuasaan. Masyarakat mulai mengetahui bahwa fakta skandal kalung berliannya itu Adalah permainan De La Motte dan Kardinal De Rohan. Sejarah juga membuktikan tidak ada bukti yang pasti terhadap kalimat Antoinette mengenai kue tersebut. Namun diatas semuanya, ia meninggalkan Pelajaran bahwa pusaran revolusi, kebenaran kerap terkubur di bawah teriakan massa, dan keadilan sering datang terlambat.
*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
