Majalah Sunday

Mao Zedong dan Lahirnya Republik Rakyat Tiongkok

Penulis: Mufty Arya Dwitama – Universitas Kristen Indonesia

Ketika mendengar kata Revolusi, kita sering membayangkan aksi massa, bendera merah, dan teriakan perubahan. Tapi tahukah kamu bahwa salah satu revolusi paling berdampak di dunia berasal dari Asia, tepatnya Tiongkok, dan dipimpin oleh seorang guru desa bernama Mao Zedong? 

Kisah Mao bukan sekadar sejarah tentang perang dan politik, tapi tentang bagaimana sebuah ide bisa menggerakkan jutaan orang dan mengubah arah sebuah bangsa. Revolusi yang ia pimpin bukan hanya mengganti pemimpin, tapi juga mengubah sistem, cara hidup, dan bahkan cara berpikir masyarakat Tiongkok. 

Siapa Mao Zedong?

Mao lahir pada tahun 1893 di Provinsi Hunan, Tiongkok. Ia berasal dari keluarga petani, tapi sejak muda sudah tertarik pada buku dan pemikiran baru. Ia belajar di sekolah guru, membaca banyak karya tentang revolusi dan sosialisme, lalu bergabung dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang saat itu masih kecil dan terpinggirkan. 
 
Namun Mao punya satu kelebihan besar: ia memahami suara rakyat kecil. Ia tahu bahwa kekuatan sesungguhnya ada di tangan petani dan buruh, bukan hanya kaum elit kota. Inilah yang membuatnya berbeda dari banyak tokoh politik lainnya. 

Akar Revolusi: Saat Rakyat Mulai Lelah

Awal abad ke-20, Tiongkok sedang kacau. Setelah jatuhnya kekaisaran, negeri itu dipimpin oleh Partai Nasionalis (Kuomintang) yang dipandang gagal menyatukan negara dan memperbaiki kehidupan rakyat. Kemiskinan merajalela, perang saudara terjadi, dan rakyat mulai lelah. 
 
Di sinilah Mao dan PKT melihat peluang. Mereka membangun basis dukungan di desa-desa, mengajar rakyat tentang kesetaraan, dan perlahan mulai membentuk pasukan sendiri. Bagi rakyat miskin, janji Mao tentang tanah, keadilan, dan masa depan baru sangat menggoda. 

Long March dan Lahirnya Negara Baru

Pada tahun 1934, pasukan Komunis dipukul mundur oleh Kuomintang dan terpaksa melakukan perjalanan panjang sejauh 9.000 km ke utara dalam apa yang dikenal sebagai  Long March. Meskipun melelahkan dan memakan banyak korban, perjalanan ini menjadi simbol semangat perjuangan Mao dan pasukannya. 
 
Setelah perang melawan Jepang (1937–1945), perang saudara kembali memanas. Kali ini, pasukan Komunis lebih siap, lebih kuat, dan mendapat dukungan rakyat. Pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao Zedong berdiri di Lapangan Tiananmen dan mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok. Inilah titik balik sejarah besar: Tiongkok resmi menjadi negara komunis terbesar di dunia.

Dampak Bagi Dunia

Kelahiran “Cina Merah” mengejutkan dunia, terutama Amerika dan negara-negara Barat. Di tengah Perang Dingin, saat dunia terbelah antara blok kapitalis dan komunis, kehadiran Tiongkok di pihak komunis memperkuat pengaruh ideologi tersebut di Asia. 
 
Negara-negara seperti Vietnam, Korea Utara, bahkan beberapa gerakan di Indonesia dan Filipina mulai terinspirasi oleh semangat revolusi Mao. Dunia menjadi lebih tegang, tapi juga lebih dinamis dalam percaturan geopolitik. 
 
(Klik gambar di atas, ketikan alt text yang di dalamnya harus ada keyphrase, jika sudah pilih caption, pilih custom caption)
Mao Zedong adalah contoh nyata bagaimana ide bisa lebih kuat dari senjata. Ia bukan jenderal besar dengan senapan, tapi seorang pemikir yang bisa membaca hati rakyat. Tentu saja, banyak juga kontroversi tentang kebijakan Mao setelah berkuasa. Tapi satu hal tak terbantahkan: Revolusi yang ia pimpin mengubah Tiongkok dan memengaruhi sejarah dunia. 
 
Nah, menurut kamu, apakah revolusi seperti ini masih mungkin terjadi hari ini? Apakah ideologi bisa mengubah nasib bangsa? Ingat perubahan besar dimulai dari pikiran kecil!

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 97