Majalah Sunday

Ketika Kekerasan Seksual Menimpa Teman Laki-Lakimu

ketika kekesan seksual menimpa seorang laki-laki

Kekerasan seksual pada siswa sedang jadi topik hangat yang rutin diperbincangkan akhir-akhir ini. Tentunya, kekerasan seksual bisa terjadi sama siapa aja loh  dan nggak memandang gender.

Masih terdapat ketidakseimbangan perlakuan masyarakat kita pada korban kekerasan seksual perempuan dan laki-laki. Korban Kekerasan seksual laki-laki menghadapi beberapa hambatan dalam mengakses bantuan dikarenakan pandangan masyarakat terkait maskulinitas. Banyak yang beropini bahwa laki-laki tidak mungkin untuk dilecehkan (atau apabila dilecehkan, pihak laki-laki tidak “rugi”).

Bagaimana jika seorang laki-laki yang menjadi korban ?

Pertama-tama kita harus tahu, kasus pelecehan seksual pada laki-laki banyak dilakukan oleh pelaku sesama jenis dan anggota keluarga, daripada dengan lawan jenis. Ini menimbulkan insiden traumatik tersendiri pada korban – mereka malu untuk melaporkan hal itu pada pihak yang berwenang, serta berdampak pada kepercayaan diri serta identitas yang dimiliki.

Bahkan nggak sedikit masyarakat yang beranggapan, apabila seorang korban laki-laki melaporkan kekerasan seksual, mereka dicap lemah. Akibatnya bisa jadi korban lebih memilih untuk tidak bercerita demi mempertahankan martabat yang mereka. Di balik tuntutan laki-laki untuk kuat dan dapat melindungi diri mereka sendiri, terdapat hambatan psikologis tertentu. Hal ini diperparah ketika korban tidak memiliki support system yang dapat berempati dengan kejadian korban.

Walaupun korban kekerasan seksual laki-laki sangat disarankan untuk membuka diri dan mencari bantuan, nggak bisa dipungkiri ada faktor eksternal dan internal yang harus dihadapi sehingga lebih baik untuk membungkam diri. Lebih lagi, dengan stigmatisasi masyarakat terhadap maskulinitas, testimoni yang diberikan oleh korban belum tentu langsung dipercayai oleh khalayak ramai. Maka dari itu, saat kamu melihat gejala-gejala trauma menimpa teman laki-laki di sekolah, jadilah sahabat yang baik bagi mereka; dampingi ia tanpa penghakiman, sampai ia beranjak pulih. Jika perlu, bantulah dirinya untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional yang bisa dipercaya.

oleh: Freddy Luis, Universitas Kristen Indonesia

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?