Penulis: Dinda Novariani – Universitas Negeri Malang
Banyak menjadi perdebatan di media sosial mengenai tingginya risiko terkena HIV untuk kaum minoritas seksual. Ada yang berpendapat bahwa kaum heteroseksual sebenarnya juga punya risiko terkena HIV yang sama, tapi ada juga yang berpendapat jika kaum minoritas seksual yang lebih tinggi risikonya untuk terkena virus tersebut. Mana yang benar?
Faktanya, di Amerika Serikat, 55% penduduknya yang terjangkit HIV adalah kelompok minoritas seksual. Itu menandakan kelompok dengan orientasi seksual minoritas cenderung lebih besar kemungkinannya untuk terkena HIV, setidaknya di negara tersebut. Kalau masih belum yakin, yuk cek faktor-faktornya supaya Sunners semakin yakin!
Dilansir dari hallosehat, berikut beberapa faktor minoritas seksual lebih berisiko terkena HIV:
Risiko terkena paparan HIV meningkat 10 kali lipat pada pasangan yang berhubungan lewat anal dibandingkan dengan pasangan. Hal ini terjadi karena lapisan pelindung sel epitel lebih tipis dari vagina dengan perbandingan 1:25. Karena itu, rektum jadi lebih rentan terpapar berbagai jenis infeksi. Tidak hanya itu, jaringan rektum juga memiliki lebih banyak sel imun yang disebut CD4 yang seringkali menjadi target virus HIV.
HIV akan lebih berisiko menyerang kaum minoritas yang berposisi sebagai bottom karena cairan darah yang ada di dubur punya konsentrasi virus yang tinggi.
Kelompok minoritas seksual cenderung bergonta-ganti pasangan yang membuat mereka lebih tinggi risikonya untuk terkena HIV. Pasalnya, HIV sangat mudah menyebar lewat seks bebas. Orang yang terjangkit HIV pun tidak bisa mengecek lebih awal sehingga mereka cenderung tidak tahu siapa yang menyebarkan HIV tadi. Penggunaan pengaman menjadi penting untuk mencegah kemungkinan terburuk yang terjadi saat berhubungan.
Selain faktor-faktor di atas, ada faktor lingkungan sekitar yang berperan memperburuk penyebaran HIV, yaitu:
Adanya tekanan dari masyarakat yang memandang kaum minoritas seksual kurang baik menyebabkan mereka enggan untuk memeriksakan diri. Padahal, pemeriksaan dini sangat penting untuk dilakukan supaya bisa mencegah HIV secepat mungkin. Sayangnya, pelarian mereka biasanya tertuju pada obat-obatan terlarang yang menyebabkan keadaan mereka semakin parah dan berisiko terkena HIV lewat jarum suntik.
Kelompok minoritas seksual memiliki risiko yang tinggi untuk terkena HIV dibanding kelompok heteroseksual. Hal tersebut bisa terjadi karena ada faktor tersendiri yang membuat mereka mudah terjangkit virus tersebut. Walau begitu, bukan tugas kita untuk mengucilkan mereka sehingga membuat mereka semakin terpojokkan. Tugas kita adalah memberikan edukasi yang cukup dan baik untuk mereka. Mencegah lebih baik dibandingkan mengobati, pengecekan ke dokter sejak dini dan menggunakan pengaman ketika melakukan hubungan akan sangat membantu supaya tidak terserang HIV.
Akhir kata, jangan lupa untuk Sunners supaya selalu jaga kesehatan, ambil keputusan yang bijak untuk masa depanmu dan tentunya, self-love!
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.