Majalah Sunday

Kata Orang, Si Cantik Yang Tak Bersyukur

Suara riuh kantin terdengar menghiasi suasana istirahat para murid SMA Bhakti. Terlihat Alena sedang duduk di bangku kantin dengan ditemani jus apel tanpa pemanis. Alena termenung memperhatikan para murid memesan makanan mereka.

 

“Jus apel lagi, Len?” Ujar Ghea sembari duduk disamping Alenna dengan semangkuk nasi soto

 

“Iya, Ghe. Lagi ga ada uang, hehehe”

Ghea terkadang heran dengan Alena, setiap hari Alena selalu membeli jus apel saat istirahat dan selalu beralasan tidak punya uang padahal orangtua Alena orang kaya. Jadi, agak tidak mungkin jika Alena tidak mempunyai uang.

 

“Padahal harga jus apel lebih mahal daripada harga nasi soto. Udah gak usah bohong sama gue, lo lagi diet kan?”

Ghea hafal dengan alasan Alena yang selalu membeli jus apel saat istirahat. Alena itu sudah langsing bahkan tubuhnya masuk dalam kategori body goals tapi entah kenapa Alena selalu menyiksa dirinya dengan hanya meminum jus apel. Oh ayolah, seporsi nasi soto dan segelas es teh manis tidak akan membuatmu gendut apalagi untuk ukuran tubuh Alena tidak akan mempengaruhi apapun.

 

“Len, gue heran deh sama lo. Lo itu udah langsing tapi kenapa diet mulu deh? Gua aja yang sering dikatain babon ga pernah diet tapi lo dengan tubuh yang selalu bikin iri cewek cewek malah diet”

Ujar Ghea seraya melahap nasi sotonya.

 

Alena hanya tersenyum tipis memandang Ghea menyuap nasi sotonya. Sebenarnya Alena tidak ingin minum jus apel saat jam istirahat atau memakan makanan sehat saat di rumah. Namun, Alena harus melakukan itu agar berat tubuhnya tidak bertambah. Alena merasa berat tubuhnya mudah naik sehingga Alena harus ekstra dalam menjaga pola makannya agar tubuhnya tetap ideal. Belum lagi kisah di masa lalu serta tuntutan sang mama dan lingkungan semakin membuat Lena harus diet.

 

“Gua gendutan berat gua naik 1kg, makanya gua harus diet…”

Ghea lelah mendengar alasan Alena yang selalu bilang dirinya gendutan. Demi alam dan segala isinya tubuh Alena tidak menunjukkan tanda bahwa beratnya naik malahan menurut Ghea tubuh Alena semakin kurus dan wajah Alena terlihat tidak segar. Lagian kalo Alena yang hanya 45 kg gendut terus Ghea dengan berat 70 kg nya apa? Raksasa? Atau gajah? Sungguh Ghea tak habis pikir dengan temannya yang satu itu.

 

Rasanya Ghea ingin teriak di hadapan Alena jika dirinya tidak sama sekali gendut, Alena tidak perlu menyiksa diri dengan diet ketat.

 

“Lena, dengerin gua. Berat lo itu cuman 45kg padahal tinggi lo 165cm, secara kesehatan lo itu kekurusan ga gemuk sama sekali. Sekarang gue tanya, lo mau kurusin sampe berapa kg? 40? 35? Sumpah gua bisa berasa temenan sama tengkorak hidup.”

 

“Lo ga paham, Ghea. Ada alasan kenapa gua kayak gini.”

 

“Kalo gitu jelasin ke gua alasannya biar gua paham!”

 

“Udahlah lupain aja, lo udah selesai kan? yuk balik kelas” Alena segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan Ghea dibelakang.

 

Alena dan Ghea adalah siswa tahun ketiga, mereka sudah bersahabat sejak ospek murid baru. Awalnya Ghea pikir Alena tipikal anak hits nan somse yang ga bakalan mungkin jadi temannya tapi semuanya salah Alena justru tipikal cewek sempurna dengan segala sifat baik di dalam dirinya, Ghea yang ga pernah berekspektasi bisa berteman sama cewek cantik kayak Alena sekarang malah sahabatan sama Alena. Walaupun Ghea harus ngerasa muak sama ocehan Alena yang kerap mengeluh dirinya gendutan.

 

Setelah pembicaraan di kantin Alena mendiamkan Ghea hingga bel pulang. Biasanya Alena dan Ghea akan ke halte bersama tetapi akibat obrolan mereka di kantin Alena meninggalkan Ghea. Ghea merasa tidak enak kepada Alena pun memutuskan pergi ke rumah Alena untuk meminta maaf.

 

+++

 

Ghea sedang berada dikamar Alena, ini kali pertama Ghea menginjakkan diri di kamar Alena setelah hampir 3 tahun berteman. Kamar Alena sangat rapi tertata serta harum. Pandangan Ghea terhenti di sebuah pigura yang menampilkan gambar seorang gadis bertubuh gemuk, berkacamata tengah tersenyum manis. Ghea cukup lama memperhatikan gambar tersebut tidak sadar saat Alena sudah menaruh segelas minuman ke meja samping.

 

“Itu foto gua waktu SMP…”

 

“Gua itu dari kecil punya badan gemuk nyerempet obesitas, dari gua kecil sampai SMP gua selalu di ejek bahkan di bully ga cuman sama orang lain tapi nyokap sama kakak gua juga sering ngeledek. Mulanya gua ga masalah dikatain gendut, jelek, kayak babon dan sebagai macamnya sampai akhirnya pas SMP gue suka sama cowok, bukannya diterima gua malah di olok-olok sama dia bahkan satu sekolah makin ngebully gua habis habisan. Part tersedihnya keluarga bukan ngebela gua malah seakan-akan setuju sama alasan gua di bully terus sejak itu gua diet mati-matian. Walaupun udah di diagnosis eating disorder dan beberapa kali dirawat gua tetap terusin diet sampai sekarang. Sebenarnya bokap nyuruh stop tapi nyokap sama kakak tetap dukung gua diet biar tetap cantik dan bisa jadi model ikutin jejak kakak, bokap yang emang tunduk sama nyokap ga bisa berkutik. Lalu kemarin kakak gua bilang pipi gua tembeman makanya gua diet”

 

Hening. Ghea miris mendengar cerita Alena. Alena yang Ghea anggap sempurna karena paras indah dan sifat baiknya justru memiliki banyak tekanan tentang tubuhnya. Sebenarnya kisah Alena hampir sama dengan Ghea, memiliki tubuh gemuk sejak kecil dan selalu di bully. Hanya Ghea beruntung karena memiliki keluarga supportive yang selalu mencintai Ghea tanpa kekurangan suatu apapun. Ghea tidak habis pikir bagaimana mungkin keluarga yang seharusnya menjadi tempat teraman justru malah menjadi tempat yang menyakiti Alena begitu dalam. Ghea benar benar tidak bisa membayangkan menjadi Alena, di bully, mengalami eating disorder dan tidak memiliki ruang untuk bersandar.

 

“Gua koar koar bilang gendutan dan mau diet bukan karena ‘haus’ atau caper kayak orang orang bilang melainkan karena tekanan sekitar bikin gua insecure. Orang orang mikirnya gua ga bersyukur karena sok insecure padahal gua beneran insecure, hahaha” Alena menyematkan tawa miris di akhir ucapannya. Alena muak dengan orang orang dan pemikiran buruk tentang Alena, rasanya selalu ingin menyangkal saat ada orang yang mengatai tidak bersyukur apa daya Alena hanya akan berakhir terdiam dan menangis di kamarnya.

 

“Lena maafin gue. Lo harus inget, lo cantik karena diri sendiri bukan karena orang lain. Ada kalanya juga lo harus tutup kuping sama omongan jelek termasuk omongan dari keluarga. Lo bakalan capek sendiri kalo terus terusan dengerin mereka. Jangan pernah ngerasa sendiri ya! Gua bakal selalu ada buat lo, please jangan diet ketat lagi ya? Terapin pola makan normal, gua khawatir lo malah drop karena kekurangan gizi Len”

Alena tersenyum, untuk pertama kalinya ia merasa dirinya begitu berharga dihadapan Ghea. Ghea yang baru ia kenal selama 3 tahun menjadi orang pertama bahkan satu satunya yang mengkhawatirkan dirinya. Alena tidak akan menyia-nyiakan sahabat sebaik Ghea.

 

Dari cerita Alena, Ghea sadar bahwa semua orang pasti memiliki rasa insecure nya sendiri entah dari segi kemampuan bahkan fisik. Ghea menyesal pernah terjerumus gosipan anak anak sekolah yang menganggap Alena caper dan tidak bersyukur dengan tubuh indahnya. Kenyataannya Alena yang dianggap memenuhi standar kecantikan oleh orang lain tetap merasa kurang puas dengan dirinya bukan karena tidak bersyukur tapi karena tuntutan sosial yang ada.

 

Pada akhirnya kita tidak boleh menghakimi saat seseorang mengeluh merasa kurang padahal di mata kita dia sudah lebih dari cukup, kita tidak pernah tahu apa yang orang itu alami sampai harus mengeluh. Dan ekspektasi seseorang akan hidupnya itu berbeda beda jadi cukup dengarkan tanpa menghakimi.

 

Note: 

Somse : Sombong Sekali

PENULIS: ELSA YUNI MELIYANDA – UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?