Karya Sastra Indonesia yang Wajib Kamu Baca

Karya Sastra Indonesia yang Menang Penghargaan dan Wajib Kamu Baca

Penulis: Salsabila Azahra – Universitas Negeri Jakarta

Sunners, selain penghargaan untuk musisi, aktris, aktor, model, film, dan lagu, di Indonesia juga ada, loh, penghargaan untuk karya sastra. Penghargaan sastra yang terkenal dan melebur menjadi bagian dari sastra Indonesia, yaitu Sayembara Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Kusala Sastra Khatulistiwa.

Sayembara Dewan Kesenian Jakarta merupakan lomba penulisan novel yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta sejak tahun 1974. Sayembara DKJ bertujuan untuk meningkatkan kreativitas pengarang Indonesia dalam penulisan novel. Sejak tahun 2006, Sayembara DKJ dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Karya-karya yang memenangkan Sayembara DKJ banyak yang diterbitkan oleh penerbit besar, seperti Gramedia.

Pada tahun 2001, Kusala Sastra Khatulistiwa lahir dari sebuah gagasan yang dibuat oleh Richard Oh, pemilik toko buku sekaligus sutradara film. Meski terbilang muda, penghargaan sastra ini termasuk ke dalam pihak yang berperan penting dalam ekosistem sastra Indonesia. Tidak dapat dipungkiri jika penghargaan sastra ini menjadi salah satu alasan yang membesarkan nama-nama sastrawan Indonesia.

Berikut karya-karya sastra Indonesia yang wajib Sunners baca!

Di Tanah Lada

Novel karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie yang memenangkan Hadiah II Sayembara Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014 ini mengisahkan petualangan Ava dan P. Mereka merupakan anak kecil yang memiliki pandangan polos terhadap dunia. Kemiripan latar belakang orang tua membuat mereka sangat akrab meskipun baru bertemu di Rumah Susun Nero. Kisah Ava dan P bukan sekadar cerita anak biasa. Kisah mereka dengan keras mengkritisi para ayah yang tidak berperan dalam tumbuh kembang anak. Novel yang terbit hampir satu tahun setelah mendapatkan penghargaan ini baru saja dicetak ulang dengan cover baru yang lebih menyentuh.

Semua Ikan di Langit

Masih karyanya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, novel ini bercerita dengan menggunakan sudut pandang sebuah bus. Semua Ikan di Langit menggambarkan cara alam semesta bekerja dengan imajinasi yang sangat kaya. Di setiap paragrafnya, pembaca akan merasakan magis dari kalimat-kalimat yang dipilih penulis. Selain itu, ilustrasi yang melengkapi narasi-narasi indah semakin memanjakan mata. Tidak heran jika novel ini memenangkan Hadiah I Sayembara Dewan Kesenian Jakarta tahun 2016.

Puya ke Puya

Puya ke Puya karya Faisal Oddang mengangkat tradisi lokal Tana Toraja dengan upacara adat Rambu Solo. Upacara adat ini merupakan sebuah tradisi untuk mengantarkan arwah dari orang yang sudah meninggal ke surga, apalagi jika orang tersebut kepala adat atau orang penting lainnya. Ritual adat ini juga menjadi sebuah penghormatan terakhir dari keluarga yang ditinggalkan kepada mendiang. Faisal Oddang mengajak pembaca menyelami Rambu Solo lebih jauh dengan beberapa permasalahan krusial di masyarakat, seperti masalah ekonomi. Puya ke Puya dapat dikatakan sebagai karya sastra yang turut berperan dalam melestarikan adat istiadat. Maka dari itu, wajar jika novel ini menyandang Hadiah IV Sayembara Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014.

Kereta Semar Lembu

Novel pemenang Hadiah I Sayembara Dewan Kesenian Jakarta tahun 2021 ini mengisahkan perjalanan hidup Lembu, bukan sapi, tetapi laki-laki bernama Lembu. Ia lahir, bertahan hidup, dan mati di tepi rel kereta api. Lembu tidak bisa melangkahkan kakinya jauh dari rel kereta. Novel bergenre surealis karya Zaky Yamani ini mengajak pembaca menyusuri setiap peristiwa penting yang menjadi sejarah Indonesia. Selain itu, Kereta Semar Lembu juga menceritakan kisah perwayangan dengan sangat apik dan mudah dimengerti.

Kambing dan Hujan

Kambing dan Hujan tidak bercerita mengenai peternakan kambing di saat hujan. Namun, novel ini berisi kisah cinta dua sejoli yang berbeda aliran kepercayaan, yakni NU dan Muhammadiyah. Bak kambing dan hujan yang sukar disatukan, kisah Mif dan Fau juga seperti itu lantaran perbedaan mazhab. Selain kisah cinta mereka, Kambing dan Hujan juga menggambarkan konflik sosial dalam beragama yang sangat dekat dari kisah kebanyakan masyarakat Indonesia. Maka dari itu, wajar jika novel karya Mahfud Ikhwan ini terpilih sebagai Hadiah I Sayembara Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014.

Dawuk

Selain Kambing dan Hujan, karya Mahfud Ikhwan yang pernah memenangkan penghargaan sastra, yakni Dawuk: Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu. Novel yang baru dicetak ulang dengan cover ciamik ini memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2017. Dawuk mengisahkan tentang Mat Dawuk yang menjadi TKI di Malaysia karena hampir kehilangan seluruh keluarganya. Sudah menjadi ciri khas Mahfud Ikhwan dalam menulis karya, kisah Mat Dawuk digambarkan dekat sekali dengan kehidupan kelas menengah di Indonesia.

Selain novel-novel di atas, masih banyak lagi karya sastra Indonesia yang memenangkan penghargaan sastra. Eka Kurniawan, Leila S. Chudori, Dee Lestari, Ayu Utami, Azhari Aiyub, Okky Madasari, Intan Paramaditha, dan sastrawan lain menjadi tonggak penting dalam berdirinya sastra Indonesia, begitu juga pembaca seperti Sunners. Demi meningkatkan tingkat literasi di negeri ini, pembaca harus mendukung penuh kegiatan literasi dengan tidak membaca buku bajakan. Saat ini, mulai banyak perpustakaan daerah ataupun kolektif perorangan dan komunitas yang memfasilitasi baca buku gratis. Selain itu, aplikasi perpustakaan digital seperti iPusnas dan Ruang Buku Kominfo dapat menjadi alternatif lain untuk membaca buku gratis dan mudah diakses. Yuk, baca buku!

*****