Millatuzzahroh Karimah
Penggunaan social media yang massif dengan tampilan yang kian lengkap sudah tidak bisa terhindarkan di era digitalisasi modern. Media sosial tidak memiliki batasan ruang dan waktu sehingga dapat menghapuskan batasan dalam bersosialisasi dan berinteraksi secara online, karena itu pula, penggunaan sosial media menjadi bebas dan uncontrolable atau tidak dapat terkendali dan secara tidak sadar telah banyak menyita waktu para penggunanya. Kehadiran social media memang membawa dampak positif bagi berbagai lini kehidupan, termasuk mempermudah berbagai akvititas manusia untuk memperoleh berbagai informasi yang dapat ia pergunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun keperluan akademik, namun seperti pisau bermata dua media sosial juga kerap kali membawa dampak negatif bagi penggunanya.
Sosial media bersifat adiktif karena mengaktifkan sistem “reward” di otak, khususnya dopamin, yang berperan dalam mengontrol perasaan senang dan kepuasan. Setiap kali kita mendapatkan notifikasi, komentar, atau ‘likes’, otak kita merespons dengan melepaskan hormon dopamin, menciptakan sensasi positif yang mendorong kita untuk terus berinteraksi dengan platform tersebut. Efek ini mirip dengan perilaku adiktif lainnya, karena otak kita mulai mengaitkan interaksi sosial dengan hadiah instan. Ditambah lagi, algoritma sosial media dirancang untuk mempertahankan perhatian kita dengan menyajikan konten yang sesuai minat dan kebiasaan kita, sehingga memperkuat pola kebiasaan ini. Akibatnya, kita cenderung terus terhubung dengan platform ini dalam waktu yang lebih lama tanpa kita sadari.
Media sosial dapat mengalihkan kehidupan nyata menjadi dunia maya. Orang bebas berbagi informasi dan berkomunikasi dengan banyak orang tanpa mengkhawatirkan biaya, jarak, atau waktu. Namun seperti yang telah disebutkan di atas, selain kemudahan yang diberikan oleh media sosial, ada aspek lain yang dapat merugikan penggunanya dan orang-orang di sekitarnya diantaranya ialah kecanduan media sosial. Kecanduan media sosial terlihat pada intensitas waktu yang dihabiskan orang untuk gadget dan semua jenis perangkat elektronik yang terhubung ke internet, menghasilkan waktu yang lebih lama untuk online dan berisiko secara pribadi. Keterampilan sosialisasi yang kurang optimal dapat menimbulkan kecemasan sosial pada remaja (Pinilih et al, 2013). Menurut survei yang dilakukan oleh Young (2011), orang dengan kecanduan media sosial adalah individu yang lebih cenderung melakukan aktivitas yang hanya dilakukan sendiri dan membatasi aktivitas sosialnya.
Orang yang kecanduan media sosial akan sangat tergantung untuk berinteraksi dengan media sosial, yang membuat mereka rela menghabiskan waktu lama untuk mencapai kepuasan. Berbagai hal negatif yang timbul ketika seseorang tidak menggunakan sosial media dengan bijak ialah diantaranya, kehilangan identitas diri karena terlalu banyak membandingkan diri dengan kehidupan orang lain yang dilihat di sosial media, pencarian validasi diri tak berujung serta menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti gangguan kecemasan. Efek kecemasan sosial bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Remaja dapat mengalami kecemasan dalam beberapa atau semua situasi sosial yang mereka hadapi. Efek lain yang dapat terjadi adalah ketidakmampuan untuk bertindak dengan baik karena cenderung tegang, kaku, gugup, bahkan menghindari situasi sosial yang disebut penarikan diri. Juga, remaja tidak dapat menunjukkan keterampilan dan kemampuan mereka karena rasa takut dan kurang percaya diri. Mereka cenderung menjadi pribadi yang pemalu, tertutup, dan rentan terhadap kecemasan.
Kecemasan yang dimaksud merupakan kecemasan yang dimulai dengan keinginan seseorang untuk mengekspresikan diri yang tidak realistis dan ingin membentuk kesempurnaan yang tidak mampu dilakukan oleh orang tersebut, sehingga menimbulkan kecemasan bagi penggunanya. Media sosial juga seakan-akan menjadi tempat untuk ajang penggunanya untuk mengekspresikan diri dan memamerkan kegiatan sehari-hari. Hal tersebut tentu memunculkan rasa iri pada pengguna lain. Rasa iri tersebut dapat menimbulkan gangguan mental berupa depresi kepada penggunanya. Banyak penggunanya merasa depresi, tertekan, hingga memutuskan untuk bunuh diri karena dipermalukan oleh pengguna lain di media sosial
Dalam mengatasi efek kecanduan media sosial, pengguna harus membatasi jumlah waktu yang digunakan untuk bermain media sosial setiap harinya, bisa dengan menggunakan alarm atau memanfaatkan fitur controlling yang biasanya disediakan platform media sosial tersebut.
Mulailah untuk menyeleksi akun-akun media sosial yang kamu follow, sehingga hal tersebut akan membawa dampak positif seperti memberikan informasi yang spesifik misalnya rekomendasi buku, akun yang banyak membahas terkait kesehatan mental, tutorial memasak dll.
Memahami kembali bahwa penggunaan media sosial sejatinya ialah pertukaran informasi, jika kamu mulai menyadari bahwa yang kamu dapatkan ialah kecemasan dan rasa stress segeralah mengganti aktivitas browsing online itu dengan aktivitas fisik lain yang nyata, seperti berjalan kaki, membaca buku, bermain dengan hewan peliharaan dll sehingga hal tersebut akan kembali menyadarkan kamu bahwa dunia yang senyatanya kamu tinggali bukanlah dunia maya.
Banyaknya orang-orang yang mudah tersulut emosinya hanya karena perdebatan kecil di internet seharusnya menjadi pembelajaran bagi para remaja untuk memiliki mindset bahwa perbedaan pendapat di internet adalah hal yang lumrah terjadi, dan tidak perlu ditanggapi secara serius hingga menguras emosi.
menjadi “smart people” di media sosial berarti memiliki kesadaran untuk mengelola waktu dan informasi yang kita konsumsi. Dengan memilih untuk mengikuti akun yang positif, menyaring konten yang kita lihat, serta menjaga keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata, kita dapat memanfaatkan media sosial secara sehat. Hal ini tidak hanya membantu menjaga kesehatan mental, tetapi juga memperkuat kemampuan untuk tetap bijak dalam menghadapi berbagai opini dan tekanan dari luar. Menggunakan media sosial dengan cara yang bijaksana akan mendorong kita untuk tetap produktif, terinformasi, dan terhubung tanpa merasa terbebani.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
Dengerin Podcast
Penasaran? Yuk, tonton sekarang di YouTube!
Lampu LED portable yang dilengkapi tiang lampu fleksibel dan cahaya yang bisa disesuaikan.