Penulis: Widya Ajeng Saputri – UGM
Gaya hidup yang semakin bebas terlihat jelas dari hadirnya fenomena free sex, FWB, ONS, Open Relationship hingga munculnya term body count yang banyak dianggap sebagai pergaulan biasa saat ini. Secara tidak langsung, ini adalah bukti nyata bahwa aktivitas seksual kasual tengah mengalami peningkatan yang masif. Tetapi tahukah kamu? Bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-14 didunia untuk total Orang dengan HIV (ODHIV) dan ke-9 untuk kasus infeksi HIV baru. Diperkirakan bahwa pada tahun 2025 jumlah ODHIV di Indonesia akan mencapai sekitar 564 ribu orang.
Pernah mendengar cerita seseorang yang tidak pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah namun tetap terkena HIV?. Sebut saja Minerva (bukan nama sebenarnya) seseorang yang telah menikah memegang prinsip teguh monogami mendapati fakta bahwa dirinya tertular HIV dari pasangannya.
Minerva mengetahui bahwa pasangannya mengidap HIV sesaat setelah pasangannya meninggal dunia dan dokter yang menangani kematian pasangannya meminta Minerva untuk melakukan Pemeriksaan HIV. Singkat cerita, Minerva baru mendapatkan informasi dari dokter tersebut bahwa pasangannya sebelum menikah dengan Minerva pernah melakukan hubungan seksual sekali dengan mantan kekasihnya yang ternyata menularkan HIV.
Pemeriksaan Minerva menunjukkan bahwa dirinya positif terpapar HIV. Semakin menyedihkan lagi ketika anak Minerva juga didiagnosis tertular HIV dan keduanya harus mengkonsumsi obat HIV secara rutin.

Infeksi menular seksual dapat menyebar baik pada laki-laki maupun perempuan meskipun dalam hubungan seksual yang pertama kali dilakukan. Dalam banyak kasus penyakit menular seksual seperti HIV dapat terjadi atau disebarkan melalui hubungan seksual, transfusi darah, dan penggunaan jarum suntik yang sama.
Selain itu, HIV juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh tertentu dari orang yang terinfeksi, yaitu darah, air mani, cairan pra-mani, cairan vagina, cairan rektum, dan air susu ibu. Perlu ditekankan bahwa alat pelindung atau alat kontrasepsi seperti kondom diciptakan sebagai alat untuk mengantisipasi terjadinya kehamilan bukan untuk menghindarkan dari penularan infeksi menular seksual.

Jika kamu tidak melakukan aktivitas seksual bagaimana cara mengantisipasi supaya kamu tidak tertular IMS dari pihak lain? atau jika kamu sudah pernah melakukan aktivitas seksual bagaimana cara mengetahui apakah diri kamu terbebas dari gejala IMS tersebut? Menjawab pertanyaan tersebut, tidak ada cara lain selain memastikan diri sendiri atau pasangan “bersih” dari gejala penyakit atau infeksi menular seksual dengan melakukan pemeriksaan medis seperti Tes IMS atau PMS dan Tes HIV.
Tes pemeriksaan ini disarankan dilakukan dalam 2 kali pemeriksaan. Rencanakan pemeriksaan tes pertama, apabila hasil menunjukkan keterangan negatif terhadap gejala IMS tetap lakukan pemeriksaan tes kedua setelah setidaknya 4 bulan pemeriksaan pertama (dengan catatan diri sendiri atau pasangan tidak melakukan aktivitas seksual dalam jangka waktu tersebut). Mengapa harus melakukan pemeriksaan kedua?
Pada pemeriksaan pertama bisa jadi hasil negatif diartikan bahwa tubuh “bersih” dari gejala penyakit menular seksual, atau juga dapat didefinisikan bahwa gejala IMS belum terdeteksi atau gejala samar terdeteksi, sehingga untuk memperoleh hasil yang akurat perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan ulang atau kedua.

Ingatlah, arah hubungan dan aktivitas seksual sepenuhnya adalah pilihan pribadi. Meskipun demikian, harus diketahui bahwa kesadaran dan upaya untuk menjaga diri serta pasangan dari risiko penularan adalah bentuk tanggung jawab yang harus kamu pilih dan juga kamu penuhi.
*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
